BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN KEMANDIRIAN REMAJA PUTRI YANG MENGGUNAKAN DAN TIDAK MENGGUNAKAN PEMBANTU RUMAH TANGGA

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

KONSEP KENDIRI (Part 5)

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB II TINJAUAN TEORI. Peranan ibu sangat banyak, peranan ibu sebagai istri dan ibu dari anak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan melalui pendidikan. Banyak sekarang kita lihat bahwa anak-anak

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ketidakmandirian dan ketergantungan disiplin pada kontrol luar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempraktekkan sesuatu. Sedangkan kerja secara psikologis diartikan. sebagai penyelesaian suatu tugas.

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perilaku Seksual Pranikah. 1. Perilaku Seksual. Sarwono (2003), mendefinisikan perilaku seksual remaja sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pendidikan anak usia 4-6 tahun sampai memasuki

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMANDIRIAN. dapat menjadi otonom dalam masa remaja. Steinberg (dalam Patriana, 2007:20)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis dan fisik, kognitif dan sosioemosional (Santrock dalam Dewi & Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud dengan perkembangan biologis dan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif. Sedangkan Perkembangan kognitif yang dimaksud adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds dalam Liem, 2013). Selanjutnya Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud dengan perkembangan sosioemosional adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara

unik sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Transisi perkembangan ini juga nampak jelas, salah satunya dalam perkembangan sosioemosional remaja. Seiring dengan masa perkembangannya maka remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang menuntut remaja untuk mempersiapkan diri dalam memasuki masa tersebut agar remaja dapat memiliki keutuhan pribadi. Proses perubahan karena pengalaman dan usia merupakan hal yang terjadi karena dalam proses pematangan kepribadiannya, remaja sedikit demi sedikit memunculkan sifat-sifat yang sebenarnya ke permukaan, yang harus berbenturan dengan rangsangan-rangsangan dari luar. Berbagai bentuk benturan antara diri individu remaja dengan rangsangan dari luar ini merupakan bagian dari tugas perkembangan yang harus dijalani oleh remaja sebagai bagian dari lingkungannya (Suwarno dalam Safitri & Hidayati, 2013). Dilihat dari tugas perkembangan remaja yang merupakan masa pencarian identitas (Papalia, Olds, & Feldman dalam Suryadi & Damayanti, 2001), maka kemandirian sangat diperlukan bagi remaja. Tanpa kemandirian, remaja akan menggantungkan dirinya kepada orang lain. Oleh karena itu, remaja yang memiliki tingkat kemandirian yang rendah tidak mengetahui kemampuan atau identitas diri yang sesungguhnya. Jadi kemandirian juga diperlukan oleh remaja untuk pencarian identitas. lebih jauh menurut Smart & Smart (dalam Suryadi & Damayanti, 2001) Kemandirian yang dimaksud adalah kemampuan mengatur tingkah laku yang ditandai kebebasan, inisiatif, rasa percaya diri, kontrol diri, ketegasan diri, serta

tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. Remaja harus dibiarkan melakukan segala sesuatu sendiri agar kemandiriannya terbentuk. Maskun, dkk (dalam Indrayarsa dkk, 2014) menyatakan kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan, serta berkeinginan untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu berpikir dan beritindak original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan dan menghargai keadaan diri sendiri, dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Serta menurut Sunario (dalam Indrayarsa dkk, 2014) mengartikan kemandirian sebagai kekuatan motivasional dalam diri individu untuk mengambil keputusan dan menerima tanggungjawab atas konsekuensi keputusannya itu. Kemandirian anak harus dibina sejak anak masih bayi, jikalau kemandirian anak diusahakan setelah anak besar, kemandirian itu akan menjadi tidak utuh. Kunci kemandirian anak sebenarnya ada di tangan orangtua. Kemandirian yang dihasilkan dari kehadiran dan bimbingan orangtua akan menghasilkan kemandirian yang utuh. Untuk dapat mandiri anak membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga khususnya pola asuh orangtua serta lingkungan sekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orangtua didalam keluarga, orangtualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing, membantu dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri (Mintarti, 2014).

Berikut merupakan contoh ketidakmandirian anak yang dalam rumah memiliki pembantu, membuat anak yang tumbuh remaja menjadi kurang mandiri. Saat pembantu pulang kampung, keinginan remaja tersebut untuk membantu orangtua membersihkan rumah sangat kecil bahkan hampir tidak ada. Hal ini disebabkan karena remaja tidak dibiasakan untuk belajar membersihkan rumah, segala sesuatu telah dikerjakan oleh pembantu rumah tangga mulai bangun tidur hingga tidur kembali seperti membersihkan kamar sendiri, ambil makan menggosok baju yang seharusnya remaja dibiarkan melakukan segala sesuatu sendiri agar kemandiriannya terbentuk (Maskun dkk dalam Indrayarsa dkk, 2014). Remaja memiliki tugas pokok untuk mempersiapkan diri memasuki masa dewasa dan hal ini membutuhkan tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan yang sebelumnya. Remaja belajar untuk melakukan segala sesuatunya sendiri, serta belajar melepaskan diri dari ketergantungannya terhadap orangtua (Suryadi & Damayanti, 200)1. Purno (2007) Untuk menghadapi pekerjaan rumah tangga yang begitu bervariasi, ibu rumah tangga sudah memiliki pilihan untuk mengatasinya yaitu dengan menggunakan jasa pembantu rumah tangga. Saat ini sudah banyak birobiro yang menyediakan jasa pelayanan pembantu rumah tangga. Beberapa ibu rumah tangga yang menginginkan kemudahan dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga lebih memilih untuk menggunakan jasa pembantu rumah tangga (PRT). Hal ini dimaksudkan untuk bisa meringankan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengurus pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Menurut Naibaho (dalam Putri & Sudhana, 2013) Pembantu rumah tangga adalah seorang yang

dipekerjakan dengan tujuan untuk membantu beberapa pekerjaan rumah tangga yang dengan kata lain meringankan pekerjaan dari keluarga tersebut. Pekerjaan rumah tangga adalah jenis pekerjaan non formal yang dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga. Menjaga kerapihan dan keteraturan kondisi rumah untuk keluarga merupakan inti utama dari pekerjaan rumah tangga itu sendiri. Begitu kompleksnya kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam pekerjaan rumah tangga yang menjadi pekerjaan utama seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Mulai dari mengurus anak, memasak, mencuci dan merapikan pakaian seluruh anggota keluarga, sampai perihal mengatur keuangan keluarga. Hal tersebut dianggap sebagai hal yang mudah bagi sebagian orang, tetapi bagi sebagian lagi pekerjaan rumah tangga merupakan hal yang cukup membebani. Jika perihal tentang pekerjaan rumah tangga tidak dilaksanakan atau terlaksana dengan baik, maka hal itu akan mempengaruhi seluruh aspek dalam keluarga itu sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung (Putri & Sudhana, 2013). Namun adanya pembantu rumah tangga di dalam keluarga dapat menghambat kemandirian anggota keluarga dikarenakan adanya seseorang yang terus menerus membantu setiap kebutuhan anggota keluarga tersebut dari bangun tidur hingga tidur kembali selama 24 jam. Terutama remaja puteri karena remaja puteri yang pada umumnya membantu ibu melakukan pekerjaan rumah. Jadi dengan demikian, praktis remaja putri tidak pernah bekerja dan otomatis tidak pernah memiliki skill dalam mengurus pekerjaan rumah tangga termasuk hal-hal yang kecil sekalipun, kemandiriannya otomatis dilemahkan dengan keberadaan pembantu rumah tangga di rumah mereka dibandingkan dengan remaja yang

dalam rumahnya tidak menggunakan jasa pembantu rumah tangga dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah tangganya. Berdasarkan fenomena di atas, sebagai peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada perbedaan kemandirian remaja puteri yang menggunakan dan tidak menggunakan pembantu rumah tangga. Oleh karena itu, penulis mengambil penelitian dengan judul Perbedaan kemandirian remaja puteri yang menggunakan dan tidak menggunakan pembantu rumah tangga. B. Identifikasi Masalah Remaja puteri pada umumnya dituntut untuk dapat mempersiapkan keperluannya sendiri, terutama keperluannya didalam rumah tangga seperti menyapu, mencuci baju hingga memasak. Remaja puteri yang tinggal di kota dengan di dalam desa akan memiliki tugas kemandirian yang berbeda karena peran gender lebih terlihat di pedesaan dan terbiasa melakukan segala sesuatu sendiri. Hal tersebut berkaitan erat dengan kemandirian yang merupakan salah satu tugas perkembangan remaja. Kemandirian yang dimaksud adalah kemampuan mengatur tingkah laku yang ditandai kebebasan, inisiatif, rasa percaya diri, kontrol diri, ketegasan diri, serta tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. Banyak remaja yang tidak mandiri, akibat dari beberapa faktor, yaitu pola asuh orangtua, jenis kelamin, urutan kelahiran dalam keluarga, ukuran keluarga, dan kemewahan. kemewahan yang dimaksud adalah penggunaan pembantu rumah tangga. Remaja puteri yang dirumahnya menggunakan pembantu rumah tangga

cenderung lebih tidak mandiri dikarenakan adanya seseorang yang selalu menyelesaikan pekerjaan rumah secara terus menerus selama 24 jam yang semestinya itu menjadi tugas remaja puteri. Sedangkan remaja puteri yang dirumahnya tidak menggunakan pembantu, cenderung lebih mandiri karena harus menyelesaikan pekerjaan rumah sendiri dan membiarkan ia melakukan sendiri sehingga kemandiriannya akan terbentuk terlebih lagi ada tuntutan dari ibu untuk membantu. C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini batasan permasalahan yang akan diteliti adalah perbedaan kemandirian remaja puteri yang menggunakan dan tidak menggunakan pembantu rumah tangga dengan batasan remaja puteri usia 18-21 tahun. Remaja putera tidak terlibat karena menurut kodrat yang melakukan pekerjaan rumah tangga merupakan tugas wanita bukan pria. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian adalah Apakah ada perbedaan kemandirian remaja puteri yang menggunakan dan tidak menggunakan pembantu rumah tangga?

E. Tujuan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut Untuk menguji perbedaan kemandirian remaja puteri yang di rumahnya menggunakan dan tidak menggunakan pembantu rumah tangga. F. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini di harapkan dapat berkontribusi dalam berbagai pengembangan ilmu pengetahuan, terutama pada psikologi perkembangan remaja, terkhusus pada kemandirian remaja, sehingga dapat memberikan gambaran kemandirian remaja puteri yang menggunakan dan tidak menggunakan pembantu rumah tangga. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan institusi pendidikan dan mahasiswa secara pribadi. 1. Bagi institusi pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak terkait mengenai gambaran kemandirian remaja puteri yang menggunakan dan tidak menggunakan pembantu rumah tangga maupun dampaknya. 2. Bagi mahasiswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi mahasiswa yang menggunakan dan tidak menggunakan pembantu rumah tangga serta dampaknya maupun yang akan melakukan penelitian dengan mempertimbangkan variabel sertaan yang lainnya.