II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa penjelasan yang akan digunakan pada babbab selanjutnya. 2. 1 Kata Keterangan 2.1.1 Batasan dan Ciri Kata Keterangan Menurut tatarannya kata keterangan dapat dibedakan dalam tataran frasa dan tataran klausa. Dalam tataran frasa kata keterangan adalah kata yang menjelaskan kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan lain. Dalam tataran klausa, kata keterangan yang mewatasi atau menjelaskan fungsifungsi sintaktis. Umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh kata keterangan itu berfungsi sebagai predikat (Alwi et al. 2003). 2.1.2 Kata Keterangan dari Segi Bentuknya Dari segi bentuknya, kata keterangan dapat dibedakan menjadi: 1) Kata keterangan tunggal Kata keterangan tunggal dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu a. Kata keterangan yang berupa kata dasar Kata keterangan yang berupa kata dasar hanya terdiri atas satu kata dasar. Karena jenis kata keterangan dasar tergolong ke dalam kelompok kata yang keanggotaannya tertutup, maka jumlah kata keterangan yang berupa kata dasar itu tidak banyak. b. Kata keterangan yang berupa kata berafiks Kata keterangan yang berupa kata berafiks diperoleh dengan menambahkan gabungan afiks se-nya atau afiks nya pada kata dasar. c. Kata keterangan yang berupa kata ulang Menurut bentuknya, kata keterangan yang berupa kata ulang dapat diperinci lagi menjadi empat macam, yaitu - Kata keterangan yang berupa pengulangan kata dasar - Kata keterangan yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan prefiks se-
- Kata keterangan yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan sufiks-an - Kata keterangan yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan gabungan afiks se-nya (Alwi et al. 2003). 2) Kata Keterangan Gabungan Kata keterangan gabungan terdiri atas dua kata keterangan yang berupa kata dasar yaitu: a. Kata keterangan yang berdampingan b. Kata keterangan yang tidak berdampingan (Alwi et al. 2003). 2.1.3 Kata Keterangan dari Segi Perilaku Sintaktisnya Perilaku sintaktis kata keterangan dapat dilihat berdasarkan posisinya terhadap kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh kata keterangan yang bersangkutan. Berdasarkan perilaku sintaktisnya kata keterangan dapat dibedakan menjadi empat macam posisi yaitu: 1. Kata keterangan yang mendahului kata yang diterangkan 2. Kata keterangan yang mengikuti kata yang diterangkan 3. Kata keterangan yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan 4. Kata keterangan yang mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan (Alwi et al. 2003). 2.1.4 Kata Keterangan dari Segi Perilaku Semantisnya Berdasarkan perilaku semantisnya, dapat dibedakan sepuluh jenis kata keterangan yaitu: 1. Kata keterangan kualitatif Kata keterangan kualitatif menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. 2. Kata keterangan kuantitatif Kata keterangan kuantitatif menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. 3. Kata keterangan limitatif
Kata keterangan limitatif menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. 4. Kata keterangan frekuentatif Kata keterangan frekuentatif menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu yang diterangkan kata keterangan itu. 5. Kata keterangan kewaktuan Kata keterangan kewaktuan menggambarkan makna yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa yang diterangkan kata keterangan itu. 6. Kata keterangan kecaraan Kata keterangan kecaraan menggambarkan makna yang berhubungan dengan bagaimana peristiwa yang diterangkan oleh kata keterangan itu berlangsung atau terjadi. 7. Kata keterangan kontrastif Kata keterangan kontrastif menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan sebelumnya. 8. Kata keterangan keniscayaan Kata keterangan keniscayaan menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian tentang kelangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang dijelaskan kata keterangan itu. (Alwi et al. 2003). 9. Kata keterangan lokatif Kata keterangan lokatif menggambarkan makna yang berhubungan dengan keterangan tempat atau arah dalam kata keterangan (Keraf 1989). 10. Kata keterangan instrumental Kata keterangan yang menjelaskan dengan alat manakah suatu proses itu berlangsung (Keraf 1989). 2.1.5 Kata Keterangan Konjungtif Kata keterangan konjungtif adalah kata keterangan yang menghubungkan satu klausa atau kalimat dengan klausa atau kalimat yang lain. Posisinya dalam kalimat boleh dikatakan agak bebas. Akan tetapi, biasanya kata keterangan konjungtif digunakan pada awal kalimat (Alwi et al. 2003).
2.1.6 Kata Keterangan Pembuka Wacana Kata keterangan pembuka wacana pada umumnya mengawali suatu wacana. Hubungannya dengan paragraf sebelumnya didasarkan pada makna yang terkandung pada paragraf sebelumnya (Alwi et al. 2003). 2.2 Graph Suatu graph adalah pasangan terurut (V,E) dengan V adalah himpunan berhingga dan takkosong dari elemen-elemen graph yang disebut simpul (node, vertex) dan E adalah himpunan pasangan takterurut dari simpul-simpul berbeda di V. Setiap {p,q}? E (dengan p, q? V) disebut sisi (edge) dan dikatakan menghubungkan simpul-simpul p dan q (Foulds 1992). 2.3 Knowledge Graph (KG) Menurut Zhang dan Hoede (2002) KG adalah sebuah teks yang diekstrak yang merepresentasikan pengetahuan dalam teks dan disajikan dalam bentuk graph untuk menjelaskan persepsi manusia dan pembentukan informasi. KG mampu melukiskan atau menggambarkan aspek semantik yang lebih mendasar, dengan menggunakan sejumlah relasi yang terbatas. Teori ini memberikan cara baru melakukan penelitian untuk memahami bahasa manusia dengan bantuan komputer (Zhang 2002). Word graph adalah konsep dan relasi yang direpresentasikan dalam bentuk graph. Word graph dapat dinyatakan sebagai graph berarah yang diberi label (Zhang & Hoede 2002). Konsep merupakan komponen terpenting dalam pemikiran manusia. Konsep mampu menjadikan prosedur dalam membentuk suatu pengertian dari khusus ke umum atau bahkan sebaliknya. Konsep dalam KG dinyatakan sebagai token dan type. Token (simbol, tanda, karakteristik, dan sebagainya) adalah konsep yang dipahami oleh seseorang menurut cara pandangnya masing-masing sehingga token bersifat subjektif. Type adalah konsep yang merupakan informasi umum dan
bersifat objektif karena merupakan suatu kesepakatan yang dibuat sebelumnya (Zhang 2002). 2.4 Aspek Ontologi Ontologi adalah gambaran dari beberapa konsep dan relasi antarkonsep yang bertujuan mendefinisikan ide-ide yang merepresentasikan konsep, relasi dan logikanya. Berdasarkan ontologi yang dimiliki inilah maka KG dapat membangun sebuah model yang dapat digunakan untuk memahami bahasa alami. Hal ini diperlukan agar arti dari suatu kalimat dapat diekspresikan. Arti dari kata terlebih dahulu harus diketahui untuk dapat mengartikan sebuah kalimat (Zhang 2002). Ontologi word graph sampai saat ini terdiri atas token yang disimbolkan dengan, 9 binary relationships, dan 4 frame relationships. Dalam (Zhang 2002), penjelasan dari ontologi dalam teori KG tersebut dapat diberikan sebagai berikut: 1. Relasi (KENESS) Relasi digunakan untuk menghubungkan sebuah type dengan token. Contoh: padi adalah type, dapat dinyatakan dengan: padi Gambar 1 Contoh penggunaan relasi. Selain dipergunakan untuk menghubungkan type dengan token, dalam bahasa Indonesia relasi ini dapat mengimplementasikan kata bagai, bagaikan, bak, seperti, sebagaimana. 2. Relasi CAU ( CAUSTY) Relasi CAU digunakan untuk menghubungkan dua token yang memiliki hubungan sebab dan akibat, atau sesuatu hal yang memengaruhi sesuatu yang lain. Contoh: Petani panen kopi. Kalimat tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut: panen petani CAU CAU kopi Gambar 2 Contoh penggunaan relasi CAU.
Struktur causal relation digunakan untuk menghubungkan dua token yang memiliki hubungan, pelaku, alasan, maksud, alat dan hasil. Relasi CAU dapat digunakan untuk menghubungkan dua konsep yang terdiri atas kata kerja, yaitu untuk menghubungkan subjek dengan predikat atau predikat dengan objek (Zhang 2002). 3. Relasi EQU (EQUTY) Relasi EQU digunakan untuk menghubungkan sebuah name dengan token. Contoh: Monthong adalah name dari durian. Pernyataan tersebut dapat digambarkan: Monthong EQU durian Gambar 3a Contoh penggunaan relasi EQU. Gambar 3a memberi contoh word graph penggunaan relasi EQU untuk kata durian Monthong. Relasi ini menghubungkan jenis durian Monthong ke konsep durian. Relasi EQU digunakan untuk menjelaskan konsep yang sederajat, mengekspresikan dua hal yang identik. Relasi ini juga bisa menyatakan kata hubung seperti adalah dan merupakan, word graph A sama dengan B, atau A adalah B. A EQU B Gambar 3b Contoh penggunaan relasi EQU. Gambar 3b memberikan contoh word graph penggunaan relasi EQU untuk kalimat a sama dengan b, atau a adalah b. 4. Relasi SU B (SUBSET)
Bila terdapat dua token yang mengekspresikan dua rangkaian secara berurutan dan satu token adalah bagian dari token yang lainnya, maka di antara kedua token tersebut terdapat relasi SUB. Contoh: akar SUB pohon. Pernyataan tersebut dapat digambarkan: akar SUB pohon Gambar 4 Contoh penggunaan relasi SUB. Gambar 4 untuk contoh akar SUB pohon. Ekspresi pada kata akar pohon tersebut mempunyai arti bahwa akar adalah bagian dari pohon. 5. Relasi DIS (DISPARATENESS) Relasi DIS digunakan untuk menyatakan bahwa dua token tidak memiliki hubungan satu dengan yang lainnya, relasi ini juga dapat digunakan untuk menyatakan kata berbeda, misalnya nangka berbeda dengan durian dapat dinyatakan dengan graph berikut: nangka DIS durian Gambar 5 Contoh penggunaan relasi DIS. Gambar 5 relasi DIS digambar tanpa menggunakan anak panah. Hal ini dikarenakan relasi DIS bersifat simetrik yaitu A DIS B yang dapat dinyatakan dengan B DIS A. 6. Relasi ORD (ORDERING) Relasi ORD menyatakan bahwa dua hal mempunyai urutan satu sama lain, baik urutan waktu atau tempat, tetapi bisa juga digunakan untuk mengungkapkan hubungan < yang dikenal dalam matematika A < B (A lebih kecil daripada B). Contoh penggunaan relasi ORD untuk menyatakan tanam kemudian panen, ditunjukkan pada gambar berikut:
tanam ORD panen Gambar 6 Contoh penggunaan relasi ORD. 7. Relasi PAR (ATTRIBUTE) Relasi PAR menyatakan bahwa sesuatu adalah atribut dari sesuatu yang lain. Contohnya untuk menyatakan frasa gelas merah. Merah merupakan atribut dari gelas, digambarkan berikut ini: gelas PAR merah Gambar 7 Contoh penggunaan relasi PAR. Relasi PAR juga dipergunakan untuk menyatakan satuan seperti, waktu, panjang, temperatur, berat, umur. 8. Relasi SKO (SKOLEM) Relasi SKO digunakan, jika informasi suatu token bergantung pada token yang lainnya. Contohnya digunakan untuk menyatakan harga bergantung pada kualitas, digambarkan berikut ini: kualitas SKO harga Gambar 8 Contoh penggunaan relasi SKO. 9. F (FOCUS) Ontologi F digunakan untuk menunjukkan fokus dari suatu graph. Ontologi ini diperlukan untuk menunjukkan token yang menjadi fokus dalam word graph (Hoede dan Nurdiati 2008a). Pada penelitian ini fokus dilambangkan dengan simbol atau token yang diberi warna hitam. Penggunaan ontologi ini dalam menyatakan gempa merusak bangunan dapat dinyatakan sebagai berikut:
gempa CAU CAU bangunan rusak merusak Gambar 9 Contoh penggunaan token F. Gambar di atas menunjukkan bahwa fokus dari gempa merusak bangunan terletak pada token gempa, dan dalam penelitian ini fokus dinyatakan dengan token berwarna hitam. Adapun empat frame relationship dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Focusing on a situation : FPAR 2. Negation of a situation : NEGPAR 3. Possibility of a situation : POSPAR 4. Necessity of a situation : NECPAR Jika suatu graf merepresentasikan suatu pernyataan, misal a: hari ini hujan, yang dinyatakan dengan frame, maka negasi dari a dinyatakan dengan graf yang sama dan diberi frame dengan relasi NEGPAR, possibility dari a dinyatakan dengan graf yang sama dan diberi frame dengan relasi POSPAR, neccesity dari a dinyatakan dengan graf yang sama dan diberi frame dengan relasi NECPAR (Zhang 2002). Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut: NEG POS NEC a a a a Gambar 10 Contoh penggunaan 4 frame relationship. Gambar tersebut secara berurutan menunjukkan graf dari pernyataan bahwa hari ini hujan, tidak benar hari ini hujan, mungkin hari ini hujan, seharusnya hari ini hujan.