Oleh Lily I. Rilantono (Ketua Umum YKAI)

dokumen-dokumen yang mirip
Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN

Bahan Masukan Laporan Alternatif Kovenan Hak Sipil dan Hak Politik (Pasal 10) PRAKTEK-PRAKTEK PENANGANAN ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM KERANGKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyelesaian Masalah Anak yang Berkonflik dengan Hukum

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Harkristuti Harkrisnowo Direktur Jenderal HAM Kementrian Hukum dan HAM RI

TENTANG PENANGANAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM

Perbandingan Penghukuman Terhadap Anak dengan Minimal yang Disebut sebagai Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, masyarakat dan

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

I. PENDAHULUAN. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi,

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menunjangnya skripsi ini, penulis terlebih dahulu akan menguraikan

Penerapan Diversi Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Fiska Ananda *

Al Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN UPAYA DIVERSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA ANAK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Alternative Penyelesaian Perkara Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana dengan Diversi dan Restoratif Justice

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) DALAM PROSES PERADILAN ANAK DI KOTA JAYAPURA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOmor 11 TAHUN 2012

RUMAH DUTA REVOLUSI MENTAL KOTA SEMARANG. Diversi : Alternatif Proses Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

kehidupan bangsa sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum pada alinea IV

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana Undang-

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

Assalamu alaikum Wr.Wb.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAI) PADA SIDANG HAM

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REFORMASI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA DALAM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA. Oleh :

: UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti

BAB I PENDAHULUAN. kemudian hari. Apabila mampu mendidik, merawat dan menjaga dengan baik,

BAB II PENGATURAN HUKUM TERKAIT DIVERSI DALAM PERMA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

BAB III PERLAKUAN PENYIDIK MENAHAN ANAK BERSAMA-SAMA DENGAN TAHANAN DEWASA TELAH SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan penelitian lapangan dengan

Konsep Pemidanaan Anak Dalam RKUHP. Purnianti Departemen Kriminologi FISIP Universitas Indonesia

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengakomodir Hak Anak Dalam KUHP. Oleh : Apong Herlina Lembaga Advokasi dan Pemberdayaan Anak (LAPA)

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM ERINA PANE

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

PEMETAAN LEGISLASI INDONESIA TERKAIT DENGAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN. Supriyadi Widodo Eddyono

OLEH ANAK BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dalam Pasal 28

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DELIK PEMBUNUHAN TIDAK DISENGAJA OLEH ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

"Itu Kejahatan": Perampasan kemerdekaan secara tidak sah

KEADILAN RESTORATIF DAN PEMENUHAN HAK ASASI BAGI ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan perlindungan anak ini tak

Tindak Kekerasan dan Pemidanaan Anak ditinjau dari Perspektif HAM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SKRIPSI. SINKRONISASI HAK-HAK ANAK DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA (Kajian Tentang Sinkronisasi Hak Anak Sebagai Pelaku Kejahatan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daniati, 2013

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak adalah merupakan titipan berupa hiasan paling berharga dari sang

BAB 1 PENDAHULUAN. senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan

I. PENDAHULUAN. dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda, sudah

UU 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI TINGKAT PENYIDIKAN MENURUT UU NO 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan penyidikan terhadap anak tersangka tindak pidana Narkotika di

KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAI) OLEH : PUTU ELVINA Komisioner KPAI

V. KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, adalah : dengan prosedur penyidikan dan ketentuan perundang-undangan yang

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Efektivitas Penerapan Diversi Terhadap Penanganan...

BAB II KEWENANGAN PENYIDIK DALAM PROSES PENYIDIKAN PIDANA ANAK. 2.1 Prosedur Penyidikan dalam Hukum Acara Pidana

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB III PENERAPAN SANKSI DALAM PENJATUHAN PIDANA ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR. penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

BAB II. Perlindungan Hukum Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika Di Lembaga. Pemasyarakatan Anak

2015, No Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pe

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN A. KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PENGATURAN DIVERSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DALAM PERSPEKTIF KEPENTINGAN TERBAIK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

Transkripsi:

Oleh Lily I. Rilantono (Ketua Umum YKAI) Banyak anak-anak berkonflik dengan hukum dan diputuskan masuk dalam lembaga pemasyarakatan. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1997 pengadilan negeri seluruh provinsi mencatat sebanyak 4.000 tersangka berusia 16 tahun yang diajukan melalui mekanisme Sistem Peradilan Pidana Anak (SPP Anak). Kita sering mendengar bahwa hasil pengadilan mengecewakan dan kita tidak melihat suatu perlakuan yang positif dan bermanfaat SPP Anak. Meskipun sudah ada berbagai perangkat hukum, tampaknya tidak cukup membawa perubahan berarti bagi nasib anak-anak yang berkonflik dengan hukum. Beberapa studi menunjukkan bahwa mereka mendapat perlakuan yang buruk bahkan kadang-kadang lebih buruk dari perlakuan terhadap orang dewasa pada suatu situasi yang sama. Perlakuan buruk ini tidak hanya terjadi di Rumah Tahanan (Rutan) atau Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) namun tindak kekerasan terhadap mereka sering dialami sejak berada di kantor polisi yang berupa tamparan, tendangan, bahkan kadang-kadang pelecehan seksual. Penyidikan di kantor polisi ini sebenarnya dalam rangkapenyusunan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Namun, kekerasan sering menjadi bagian dari upaya untuk memperoleh pengakuan. Bentuk kekerasan lain berupa tindakan memaksa anak untuk membersihkan kantor polisi dan mobil patroli. 1 / 6

Rutan atau Lapas memberikan pengaruh buruk terhadap anak-anak di samping hak mendapat pendidikan baginya terabaikan. Hal serupa tidak hanya ada di negara berkembang seperti Indonesia tetapi juga dialami di negara maju. Kini dipikirkan berbagai upaya alternatif sejalan dengan prinsip yang tercantum dalam KHA, yaitu prinsip The Best Interest of The Child dan pidana sebagai The Last Resort. Hak-hak anak yang berkonflik dengan hukum diatur dalam Pasal 40 KHA yang berbunyi Negara-negara peserta mengakui hak setiap anak yang disangka, dituduh, atau diakui telah melanggar undang-undang hukum pidana diperlakukan dengan cara yang sesuai dengan peningkatan martabat dan harga diri anak, memperkuat penghargaan anak pada hak-hak asasi manusia dan kebebasan dasar orang lain, dengan mempertimbangkan usia anak dan hasrat negara untuk meningkatkan reintegrasi anak dan peningkatan perannya yang konstruktif dalam masyarakat. Sedangkan Pasal 37 ayat b KHA yang berbunyi Tidak seorang anak pun akan dirampas kemerdekaannya secara tidak sah dan sewenang-wenang. Penangkapan, penahanan, atau penghukuman seorang anak harus sesuai dengan hukum, akan diterapkan sebagai upaya terakhir (last resort), dan untuk jangka waktu yang palingpendek. Dalam Pasal 37 ayat c KHA dinyatakan Setiap anak yang dirampas kemerdekaannya akan diperlakukan secara manusiawi, dihormati martabat kemanusiaannya, dan dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak seusianya. Di Indonesia, hak-hak anak yang berkonflik dengan hukum diatur di dalam Undang-undang nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Undang-undang mengatur tentang pemeriksaan terhadap anak yang harus dilaksanakan dalam suasana kekeluargaan. Setiap anak berhak didampingi oleh penasihat hukum. Tempat tahanan anak harus terpisah dari tahanan orang dewasa. Dalam Undang-undang juga disebutkan bahwa penahanan dilakukan setelah sungguh-sungguh mempertimbangkan kepentingan anakdan atau kepentingan masyarakat. Hukuman yang diberikan tidak harus di penjara atau tahanan melainkan dapat berupa hukuman tindakan dengan mengembalikan anak ke orangtua atau wali. Jadi, atas dasar perundang-undangan tersebut, upaya-upaya yang seharusnya dilakukan pada anak-anak yang berkonflik dengan hukum adalah upaya diversi dan keadilan restoratif (Restora tive Justice 2 / 6

). Diversi adalah pengalihan cara penanganan kasus-kasus anak yang diduga telah melakukan tindak pidana dari proses formal dengan atau tanpa syarat kepada suatu proses informal. Namun, sampai saat ini belum ada dasar hukum yang khusus untukdiversi sehingga polisi menggunakan aturan hukum diskresi untuk melaksanakan diversi. Keadilan restoratif adalah proses yang melibatkan semua pihak dalam memecahkan masalah secara bersama-sama dan menangani akibat suatu tindak pidana di masa yang akan datang. Hal ini perlu diperhatikan dalam menangani anak yang berkonflik dengan hukum agar tujuan keadilan restoratif tercapai. Upaya-upaya keadilan restoratif bertujuan menghindarkan anak dari penahanan dan pelabelananak sebagai penjahat, terulangnya pelanggaran tindak pidana, dan anak bertanggung jawab atas perbuatannya. Intervensi Intervensi bagi pelaku tidak perlu melalui proses formal sehingga anak terhindar dari proses sistem peradilan. Bila anak terpaksaharus menjalani proses pengadilan sebaiknya anak dijauhkan dari pengaruh dan implikasi negatif. Bentuk keadilan restoratif tersebut akan mendorong anak untuk bertanggung jawab atas perbuatannya. Selain itu anak mendapat kesempatan mengganti kesalahan dengan berbuat baik pada si korban dan memelihara hubungan dengan keluarga korban. Pada akhirnya anak diberi kesempatan untuk rekonsiliasi dan penyembuhan dalam masyarakat yang dirugikan oleh tindak pidananya. Upaya keadilan restoratif sebenarnya sudah diawali sejak tahun 1970 di Ontario dan di beberapa negara lain. Evaluasi program tersebut memuaskan baik dalam hal partisipasi si korban, kerugian yang ditimbulkan, mengurangi ketakutan korban, dan akhirnya juga mengurangi perilaku kriminal oleh yang bersangkutan. Pelaksanaan upaya ini masih harus diperjuangkan di Indonesia. Bila seorang anak dilaporkan melakukan pelanggaran pidana, yang perlu dilakukan adalah 3 / 6

mengupayakan penelaahan yang baik oleh beberapa pihak dan profesi agar anak mendapatkan diversi. Bila diversi tidak memungkinkan sekurang-kurangnya dilakukan diskresi.dalam persoalan anak yang berkonflik dengan hukum, kita harus mengupayakan keadilan restoratif. Sedangkan dalam pencegahan pelanggaran pidana pada anak dan remaja hendaknya kita mengacu pada Pedoman Riyadh, yaitu Pedoman PBB bagi Pencegahan Kenakalan Remaja (1990). Dalam pedoman tersebut disebutkan bahwa pencegahan kenakalan remaja memerlukan upaya segenap masyarakat agar mereka dapat berkembang secara harmonis dalam menumbuhkan kepribadiannya sejak usia dini sampai masa remaja. Upaya pencegahan kenakalan remaja dapat dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai dasar budaya dan sosial negaranya untuk mengembangkan kemanusiaan dan peradaban. Perangkat Hukum Peradilan Anak Secara umum KUHP Pasal 45-47, UU nomor 39 tahun 1999 tentang HAM Pasal 66 UU nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 16, 17, 18, 59, 64, dan 78 Secara khusus UU nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana 4 / 6

UU nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Kesepakatan internasional yang tercantum dalam Aturan Standar Minimum PBB bagi Penyelenggaraan Pengadilan Anak ( UN Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice ) atau Beijing Rules (1985). Aturan PBB bagi Perlindungan Anak Yang DicabutKebebasannya (UN Rules for the Protection of Juveniles Deprived of Their Liberty ) (1990) Undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) pada Pasal 66 juga mengatur hak anak yang berkonflik dengan hukum. Demikian juga dalam Undang-undang nomor 23 tahun2002 tentang Perlindungan Anak dalam Pasal 64 Ayat 1 yang menyatakan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak pidana merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Pada Pasal 64 Ayat 2 disebutkan bahwa perlindungan khususbagi anak yang berhadapan dengan hukum dilaksanakan melalui: Perlakuan atas anak secara manusiawi dengan martabat dan hak-hak anak Penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini Penyediaan sarana dan prasarana khusus 5 / 6

Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak Pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak yang berhadapan dengan hukum. Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orangtua atau keluarga, dan Perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi. Sedangkan pada pasal 64 ayat 3 dinyatakan bahwa perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana dilaksanakan melalui: Upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun di luar lembaga Upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi Pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik fisik, mental, maupun sosial, dan Pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan perkara. 6 / 6