Penduduk. Baciro ,62. Demangan ,16. Klitren ,75. Kota Baru ,74. Terban 80 9.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2013 pukul WIB. pukul WIB

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

lib.archiplan.ugm.ac.id

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A) RUSUNAMI SEBAGAI FASILITAS RELOKASI PERMUKIMAN KALI BENGAWAN SOLO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tingkat Kebutuhan Hunian dan Kepadatan Penduduk Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 komposisi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. persoalan kecenderungan meningkatnya permintaan dan kurangnya penyediaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pada dasarnya hunian tidak dapat dilihat sebagai tempat hidup saja

Rusunawa Buruh di Kawasan Industri Mangkang Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESAIN ULANG RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur Tropis)

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

Komposisi Penduduk DKI Jakarta 2012

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul

Tabel 1.1 : Tabel laju pertumbuhan penduduk menurut Provinsi Sumber : Statistics Indonesia, diakses 17 Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS

RUMAH SUSUN BURUH PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung-

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat dan sangat pesat. Masyarakat berbondong-bondong datang ke kota

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik (Juniarko dkk, 2012;

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK (RUSUNAMI) DI KECAMATAN DEPOK, KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Lokasi Kampung Pulo Sumber: hasil olahan pribadi

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG TUGAS AKHIR DINITYA LAKSITHA PUTRI L2B

BAB I PENDAHULUAN. mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

RUMAH SUSUN BURUH INDUSTRI KECIL PENGASAPAN IKAN DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mendasar yang harus diwujudkan untuk melangsungkan hidupnya.

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SEMARANG

DAFTAR PUSTAKA TA 123 PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan Hal. 1. Tabel 1.1 Tabel Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Neraca Air Dan Kebutuhan Air Baku PAM DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perumahan telah menjadi masalah yang pelik. bagi masyarakat karena jumlah penduduk yang bertambah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang akan datang serta merupakan pengejawantahan diri.

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA. BPS Monografi Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Semarang : Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.

BAGIAN 1 PENDAHULUAN

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Jakarta berbondong-bondong untuk tinggal, belajar, dan bekerja di ibukota. Hal ini

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun

UNIVERSITAS DIPONEGORO RUSUNAWA DI KOTA SEMARANG (PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE ARCHITECTURE) TUGAS AKHIR ERWIN TOMMY H.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB I PENDAHULUAN FRANSISCA RENI W / L2B

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bintarto, R Pengantar Geografi Kota. Penerbit U.P. Spring, Yogyakarta. Budihardjo, Eko Percikan Masalah Arsitektur Perumahan Perkotaan,

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen di D.I. Yogyakarta. Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun (000 jiwa)

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

BAB 1 PENDAHULUAN APARTEMEN DI SEMARANG 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pertumbuhan Penduduk Yogyakarta Kota Yogyakarta yang mempunyai luas wilayah 3.250 Ha (32,5 Km2 ) atau 1,02 persen dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah penduduk sebanyak 388.627 jiwa pada tahun 2010, dengan satu-satunya sumber daya alam yang terbatas berupa air tanah. Semakin banyaknya populasi penduduk dikotakota besar terutama di Kota Yogyakarta maka kualitas lingkungan dan tempat tinggal untuk memenuhi kebutuhan penduduk juga lambat laun menurun dibawah standar. Hal ini ditandai beberapa lingkungan di daerah yang blok-blok hunian yang kurang tertata dan merupakan permukiman padat contohnya di Gondokusuman. Sehingga menarik garis sample data kepadatan penduduk yang didapat yaitu, di Kawasan Sagan berada termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Gondokusuman dimana di kawasan Sagan terdapat sebagian wilayah yang termasuk dalam wilayah administrasi kelurahan terban. Nama Kelurahan Luas Kelurahan(ha) Penduduk Kepadatan Penduduk Baciro 106 12.150 114,62 Demangan 37 8.626 118,16 Klitren 67 9.698 144,75 Kota Baru 72 2.789 38,74 Terban 80 9.065 113,31 Jumlah 398 42.328 106,35 Tabel 1.1 Data Kepadatan Penduduk Kec. Gondokusuman Sumber Yogyakarta Dalam Angka 2011, Diolah RIZKA AFRIYAN PRAYOGA 11512139 1

1.1.2 Ketersediaan Hunian di Yogyakarta Ketersediaan Hunian di Yogyakarta saat ini bisa dikatakan terbatas. Hal tersebut dipengaruhi karena harga tanah dikota besar menjadi sedemikian melambung karena dipengaruhi oleh hukum ekonomi pasar, banyak permintaan maka harga akan semakin menjulang. Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memiliki nilai tanah yang sangat mahal. Harga tanah di Jogja menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia, setelah Bali dan Jakarta. Dijelaskan oleh Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY Remigius Edy Waluyo Pertumbuhan properti semakin meningkat, hal ini juga turut mendorong naiknya harga tanah di Yogya. Bahkan harga tanah sudah tidak masuk akal, (http://www.jogja.co/harga-tanah-jogja/). Ketersediaan tempat tinggal di Yogyakarta saat ini masih mengalami kekurangan yang cukup besar.berdasarkan data dari DPD Real Estate Indonesia (REI) DIJ tingkat kebutuhan rumah yang belum terpenuhi mencapai 100 ribu unit.hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal DPD REI DIJ Nur Andi Wijayanto disela-sela Musyawarah Daerah (Musda) ke - IX di Hotel Inna Garuda.Keterkurangan fasilitas hunian di Yogyakarta merupakan masalah yang timbul karena keterbatasan lahan di perkotaan. Dikarenakan keterbatasan lahan di kawasan perkotaan dan mahalnya harga lahan untuk mendirikan hunian, hal tersebut memberikan permasalahan tersendiri bagi bagi masyarakat berpenghasilan rendah.untuk menyediakan perumahan layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah, pembangunan rumah susun sederhana (rusuna) merupakan salah satu solusi dalam penyediaan hunian secara vertikal dengan memanfaatkan lahan secara efektif dan efisien.pembangunan rusun dapat membuat ruang-ruang terbuka kota menjadi lebih luas dan dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk peremajaan kota bagi daerah yang kumuh. Pembangunan rumah susun juga dapat mendukung rencana pemerintah yang tertera pada Keppres No. 22/2006 yang mengeluarkan Program Nasional Rumah Susun 1.000 Tower. Kepres ini mendukung pemenuhan kebutuhan rumah susun layak huni sebanyak 1.000 menara atau sekitar 350.000 unit dengan harga sewa atau jual yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. RIZKA AFRIYAN PRAYOGA 11512139 2

1.1.3 Kebutuhan Ruang Publik Pembangunan rumah susun merupakan salah satu pilihan alternatif untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat.rumah susun merupakan bangunan sosial karena digunakan atau dihuni oleh berbagai tipe masyarakat dengan latar belakang yang berbeda-beda.rumah susun yang terdiri dari beberapa level lantai dan perbedaan latar belakang dari para penghuni dapat memberikan dampak negatif pada perilaku sosial bagi para pengguna atau penghuni rumah susun tersebut. Dampak negatif tersebut salah satunya adalah kurangnya interaksi sosial antar para penghuni.interaksi sosial sangat penting adanya dalam kehidupan bermasyarakat karena dapat dapat menciptakan keharmonisan dan kenyamanan dalam suatu lingkungan masyarakat. Untuk mewadahi masyarakat dalam berinteraksi sosial pada suatu lingkungan dibutuhkannya sebuah ruang publik.ruang publik sendiri berperan sangat penting dalam suatu lingkungan masyarakat.selain digunakan sebagai wadah interaksi sosial ruang publik juga dapat digunakan sebagai tempat untuk kegiatan secara bersama, berbagi, melakukan aktifitas sosial maupun ekonomi dan budaya. 1.1.4 Kebutuhan Air Bersih Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.standar kelayakan kebutuhan air bersih adalah 49,5 liter/kapita/hari.untuk kebutuhan tubuh manusia air yang diperlukan adalah 2,5 lt perhari. Air dipakai untuk mengurai bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh, sehingga sari - sari makanan dapat diserap dan berguna bagi tubuh manusia. Selain itu air bersih juga penting untuk keperluan yang lain seperti membersihkan tubuh, mencuci alat dapur, mencuci pakaian, dll. Begitu besarnya peran air dalam kehidupan, maka penyediaan air bersih harus diperhatikan dengan baik dan terencana. Rumah susun merupakan salah satu bangunan yang tidak bisa terlepas dari kebutuhan air.kebutuhan air bersih yang diperlukan bagi rumah susun bisa dikatakan sangat banyak. Selama ini bangunan rumah susun memperoleh air bersih dari PDAM dan air tanah dengan mengunakan sumur. Dengan besarnya kebutuhan air bersih pada suatu rumah susun maka akan semakin banyak pula air tanah yang akan diambil oleh RIZKA AFRIYAN PRAYOGA 11512139 3

rumah susun tersebut. Jika hal tersebut dilakukan dalam jangka panjang makan akan berdampak buruk pada lingkungan hidup Yogyakarta. Peneliti Penanggulangan Bencana Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, mengatakan pembangunan hotel yang tak terkendali di Kota Yogyakarta membuat permukaan air tanah terus menurun. Berdasarkan risetnya, permukaan air tanah terus menurun sebanyak 15-50 sentimeter per tahun. (http://nasional.tempo.co/read/news/2014/09/27/058610070/ahli-geologi-muka-airtanah-yogyakarta-terus-turun) Gambar 1.1 Sistem memanen air hujan pada bangunan Sumber: www.google.com Dari penelitian Penanggulangan Bencana Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa kuantitas air tanah di Yogyakarta mengalami pengurangan. Hal tersebut bisa mengakibatkan terus menurunnya permukaan air tanah di Yogyakarta akan berdampak buruk bagi ketersediaan air warganya. Dari permasalahan tersebut maka konservasi air merupakan salah satu solusi yang efisien dalam memenuhi kebutuhan air bersih bagi rumah susun. Konservasi air yang akan diterapkan adalah sistem memanen air hujan (rainwater harvesting)yang dapat membantu memenuhi kebutuhan air bersih bagi bangunan rumah susun. Untuk RIZKA AFRIYAN PRAYOGA 11512139 4

memaksimalkan kinerja dari sistem memanen air hujan (rainwater harvesting), maka rumah susun yang akan dirancang menerapkan desain fasad yang dapat menangkap air hujan. Sehingga akan lebih banyak menghasilkan air hujan yang akah diolah untuk memenuhi kebutuh air bersih pada rumah susun tersebut. 1.2 Pernyataan Persoalan dan Batasan 1.2.1 Permasalahan Umum Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan pada perancangan rumah susun dikawasan sagan adalah bagaimana merancang hunian rumah susun untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah,dengan pendekatan rain water harvesting untuk mengurangi biaya operasional dalam kebutuhan air bersih. 1.2.2. Permasalahan Khusus a. Bagaimana merancang fasad bangunan rumah susun dengan konsep fasad energy saver tanpa mengganggu fungsi utama dari fasad tersebut. b. Bagaimana merancang ruang publik pada bangunan rumah susun yang dapat digunakan sebagai wadah interaksi sosial, kegiatan secara bersama, ekonomi, sosial dan budaya. 1.2.3 Batasan Permasalahan Pembahasan dititik beratkan pada bagaimana menemukan rancangan rumah susun dikawasan sagan untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dengan pendekatan rain water harvesting untuk membantu memnuhi kebutuhan air dan mengurangi biaya operasional dalam kebutuhan air bersih. RIZKA AFRIYAN PRAYOGA 11512139 5

1.3 Metoda Pemecahan 1.3.1 Metode Pengumpulan Data Metode Perancangan pada tahap awal dilakukan dengan metoda pengumpulan data, yang dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: i. Data Primer Penulis menggunakan data dari studio perancangan arsitektur 7 tahun ajaran 2014/2015 yang telah diolah untuk dijadikan acuan dalam perancangan bangunan rumah susun ini.data diperoleh melalui kegiatan survey lokasi dan wawancara. ii. Data Sekunder Mencari teori dan data yang berhubungan dengan tema perancangan dan tipologi perancangan yang relevan dengan permaslahaan bangunan yang diangkat.sehingga dapat dijadikan acuan dan pedoman dlam merancang serta menyelesaikan permasalahan tersebut. 1.3.2 Metode Penelurusan Masalah Mengidentifikasi pola kegiatan dari penghuni rumah susun maupun tipologinya. Menganalisis kajian dari sistem rain water harvesting untuk memenuhi kebutuhan air pada rumah susun dengan fasad bangunan. Menganalisis kajian tentang rumah susun yang meliputi fungsi, karakteristik, program ruang, dan pengertiannya.lalu mengidentifikasi keadaan existing kawasan dimana site berada agar sesuai dengan tema tugas akhir yang diangkat serta mengidentifikasi peraturan-peraturan daerah yang berlaku. 1.3.3 Metode Pemecahan Masalah Dalam memecahkan masalah yang ada dalam tahap perencanaan maupun perancangan, dapat menggunakan cara menganalisa dan mengkaji data-data dan fakta yang berkaitan dengan kawasan disekitar site maupun yang sesuai dengan tema rancangan. Menganalisis preseden yang menggunakan pendekatan rain water harvesting. Menganalisis kajian mengenai tipologi bangunan yakni rumah susun, yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan maupun perancangan. RIZKA AFRIYAN PRAYOGA 11512139 6

Rumah Susun MBR di Sagan, Yogayakarta Dengan Pendekatan Rain Water Harvesting 2016 1.4 Peta Persoalan Gambar 1.2 Peta Persoalan Sumber: penulis, 2015 RIZKA AFRIYAN PRAYOGA 11512139 7

1.5 Kerangka Pola Berfikir Gambar 1.3 Kerangka Pola Berfikir Sumber: penulis, 2015 RIZKA AFRIYAN PRAYOGA 11512139 8

1.6 Keaslian Penulisan NO JUDUL SUBSTANSI PERBEDAAN 1 Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan, Rumah Susun Di Yogyakarta Penataan ruang permukiman dengan mewujudkan kampung vertikal - Latar belakang proses rancangan - Pendekatan desain Penulis: Nestor Raditya perancangan Manohara, Tugas Akhir, Teknik Arsitektur Universitas Atmajaya, 2011 2 Rusunami Sebagai Fasilitas Relokasi pemukiman Kali Bengwan Solo Penulis: Sugeng Marsudi D300 960 011, Tugas Akhir, Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011 Penekanan Pada Rumah Susun Sederhana Miliki Berkonsep Arsitektur Hemat Energi Pendekatan desain fisik bangunan 3 Rusunawa Di Kota Semarang (Penekanan Desain Sustainable Architecture) Penulis: Erwin Tommy H.M, Tugas Akhir, Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro, 2013 Pengaplikasian konsep Sustainable pada Rumah Susun Pendekatan desain fisik bangunan RIZKA AFRIYAN PRAYOGA 11512139 9

4 Rumah Susun Penekanan Ecological Design Menuju Hunian Sehat Penulis: Vandelo Diva Sinaga, Tugas Akhir, Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada, 2008 5 Rusunawa Di Jakarta, Aplikasi Eko- Desain pada Bangunan Tinggi Penulis: Zahmi Afrizal, Tugas Akhir, Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada, 2007 Pengaplikasian Ecodesign didalam Rumah Susun Penekanan Eko-Desain pada Rumah Susun yang lebih ramah lingkungan dan hemat energi Pendekatan desain fisik bangunan -Latar belakang proses rancangan Tabel 1.2 Kerangka Pola Berfikir Sumber: Penulis, 2015 RIZKA AFRIYAN PRAYOGA 11512139 10

RIZKA AFRIYAN PRAYOGA 11512139 11