BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Letaknya berdekatan dengan tempat wisata makam raja-raja Mataram. Menurut cerita Bpk. Pargiyanto, Kepala urusan kesejahteraan agama di desa tersebut, kawasan ini awalnya merupakan daerah transmigrasi lokal yang dikembangkan oleh Dinas Transmigrasi dan kemudian menjadi kawasan penghijauan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bantul sejak tahun 1992. Daerah ini pada tahap berikutnya dikembangkan menjadi kawasan agrowisata pada tahun 2005 oleh Yayasan Royal Silk atas inisiatif G.K.R. Pembayun yang merupakan ketua Yayasan Royal Silk. Sesuai dengan sejarahnya, Karangtengah merupakan salah satu kawasan wisata yang mengandalkan wisata alam berbasis Agrowisata Sutera Liar dan Pewarna Alam. Pengembangan kawasan agrowisata ini tampaknya sejalan dengan usaha pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan secara terus menerus sebagai bagian untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat tentu harus memperhatikan lingkungan, karena pengelolaan alam yang hanya berorientasi pada ekonomi hanya akan membawa efek positif secara ekonomi tetapi menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia (Firmansyah dan Gunawan, 2007). Oleh sebab itu pengelolaan sumber daya alam perlu diperhatikan kelestarian lingkungan dengan bertanggung jawab (Yoeti, 2000). 1
Dalam konteks sumberdaya alam dan lingkungan Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan 1,86 juta km 2 dengan 17.508 pulau (Statistik Indonesia, 2004), serta berada pada garis khatulistiwa sehingga memiliki beragam kekayaan sumber daya alam. Keberagaman kekayaan sumber daya alam ini merupakan modal dasar bagi pembangunan. Oleh sebab itu jika pengelolaan sumber daya alamnya baik dan berorientasi kepada kesejahteraan rakyat maka kesejahteraan alam akan terjaga apalagi jika didukung oleh segenap lapisan masyarakat Indonesia. Hal tersebut juga tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. (lihat UUD 45) Dengan keberagaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, flora, fauna, keindahan alam serta bentuknya yang berkepulauan kaya akan adat istiadat, budaya, dan bahasa sehingga memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Potensi daya tarik alam inilah mendorong pemerintah untuk mendirikan industri pariwisata, khususnya ekowisata, termasuk di dalamya agrowisata. Pendorong didirikannya industri pariwisata di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa faktor lainnya misalnya: (1) Berkurangnya minyak sebagai penghasil devisa, (2). Merosotnya sektor eksport non-minyak, (3). Meningkat sektor pariwisata secara konsisten, (4). Besarnya potensi untuk pengembangan pariwisata (Spillane, 1985). Dalam peta kepariwisataan nasional, potensi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menduduki peringkat kedua setelah Bali. Penilaian tersebut didasarkan pada beberapa faktor yang menjadi kekuatan pengembangan wisata di DIY. Pertama, berkenaan dengan keanekaragaman obyek. Keanekaragaman obyek wisata dapat dilihat baik dari segi fisik maupun non fisik dengan kesiapan sarana penunjang 2
wisatanya. Pendukung lainnya adalah Yogyakarta sebagai kota pendidikan, sehingga relatif memiliki sumber daya manusia yang memadai untuk mendukung terselenggaranya kepariwisataan yang bermutu. Kedua, adanya ragam spesifikasi obyek dengan karakter khas dan unik yang mapan seperti misalnya kraton, candicandi dan kerajinan perak di Kotagede. Faktor-faktor tersebut memperkuat daya saing DIY sebagai propinsi tujuan utama (primary destination) tidak saja bagi wisatawan domestik tetapi juga wisatawan mancanegara (Muallisin, 2007). Sayangnya tidak semua potensi wisata ini terkelola dengan baik. Jika dilihat dengan lebih teliti banyak obyek wisata di daerah ini yang tidak dikelola dengan dasar-dasar pemikiran pengelolaan pariwisata yang keberlanjutan dan berwawasan lingkungan. Salah satu daerah wisata di Yogyakarta yang berlum terkelola secara maksimal sebagai daerah ekowisata adalah agrowisata Sutra Alam dan Pewarna Alam Karangtengah. Menurut definisi, ekowisata adalah industri pariwisata berwawasan lingkungan dan dalam pengembangannya selalu memperhatikan keseimbangan nilainilai lingkungan (Yoeti, 2000). Pemanfaatan pariwisata dengan jasa lingkungan ini semakin banyak diminati oleh masyarakat seperti taman wisata pegunungan, wisata danau, wisata pantai, laut, hutan lindung, cagar alam, dan wisata alam yang tidak memiliki nilai pasar yang pasti. Desa Karangtengah memiliki potensi untuk menjadi sebuah kawasan ekowisata. Adanya kawasan agrowisata yang sudah berkembang bisa menjadi modal untuk menjadikan desa Karangtengah sebagai kawasan ekowisata yang berwawasan lingkungan dan memperhatikan keseimbangan lingkungan. Potensi yang ada masih memerlukan banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan (Damanik, 2006). Penanganan yang ada di kawasan Agrowisata Sutera Liar dan Pewarna Alam Karangtengah masih belum terkelola dengan baik dan 3
memiliki kendala-kendala dalam pengembangannya. Oleh sebab itu penelitian ini ingin mengetahui potensi-potensi yang ada di kawasan Agrowisata Sutera Liar dan Pewarna Alam Karangtengah, kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pengembangan ekowisata di kawasan agrowisata tersebut, dan strategi pengembangan kawasan agrowisata Karangtengah menjadi kawasan ekowisata yang berkelanjutan sesuai dengan prinsip ekowisata yang ada. 1.2. Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas desa Karangtengah memiliki potensi-potensi sebagai kawasan ekowisata. Tetapi dalam pengembangannya menuju kawasan ekowisata yang berkelanjutan masih belum dikelola dengan baik dan memiliki kendala yang dihadapi oleh masyarakat lokal dalam pengembangan potensi ekowisata untuk kegiatan pariwisata yang berkelanjutan. 1.3. Batasan Masalah Agrowisata Sutera Liar dan Pewarna Alam Karangtengah terletak di desa Karangtengah. Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian untuk mencari fokus dari masalah yang ada di kawasan Agrowisata Sutera Liar dan Pewarna alam Karangtengah. Studi penelitian pada lingkungan, sosial, ekonomi, dan kultur yang ada di sekitar kawasan agrowisata. Penelitian ini sebatas mendeskripsikan potensi, kendala dan strategi pengembangan yang bisa dilakukan di kawasan Agrowisata Sutera Liar dan Pewarna Alam. 4
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan potensi-potensi ekowisata yang ada di kawasan Agrowisata Sutera Liar dan Pewarna Alam Karangtengah, mendeskripsikan kendala-kendala apa saja yang dihadapi masyarakat dalam pengembangan agrowisata di desa Karangtengah. Dari deskripsi potensi-potensi ekowisata dan kendala-kendala yang dihadapi masyarakat kemudian dapat dirumuskan strategi pengembangan kawasan Agrowisata Sutera Liar dan Pewarna Alam Karangtengah yang sesuai dengan model dan prinsip ekowisata sebagai sebuah bentuk wisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikam manfaat untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang pengertian, potensi, manfaat, serta pengembangan ekowisata di kawasan Agrowisata Sutera Liar dan Pewarna Alam Karangtengah. Dengan adanya penelitian ini, bagi pihak pengelola dan pihak yang terkait dengannya dapat menentukan kebijakan yang disesuaikan dengan potensi-potensi yang ada di dan menyelesaikan kendala-kendala yang ada di kawasan Agrowisata Sutera Alam dan Pewarna Alam Karangtengah serta dapat memberikan model alternatif dalam pengembangan ekowisata di kawasan agrowisata tersebut. 5