KESETARAAN GENDER DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA HUTUMURI KECAMATAN LEITIMUR SELATAN KOTA AMBON. I. P. N. Damanik dan M. E.

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

ANALISIS RELASI GENDER DAN KEBERHASILAN ORGANISASI KOPERASI WARGA (KOWAR) SMP NEGERI 7 BEKASI

PERAN GANDA PEREMPUAN PEDAGANG SAYURAN DALAM KELUARGA (STUDI KASUS PASAR BENTENG KECAMATAN NUSANIWE KOTA AMBON)

PERAN GENDER DALAM KEHIDUPAN RUMAH TANGGA DI DESA LIANG KABUPATEN MALUKU TENGAH

KONTRIBUSI PENDAPATAN ISTRI TERHADAP KEBUTUHAN KELUARGA DI KECAMATAN POLOKARTO. Endang Sri Sudalmi dan Dewi Ratna Nurhayati

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

Jln. Ir. M.Putuhena - Kampus Poka - Ambon, Tlp. (0911)

ALOKASI WAKTU JENDER DALAM RUMAH TANGGA NELAYAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BUTON UTARA SULAWESI TENGGARA

STUDI TENTANG MIGRASI SIRKULER DI KOTA AMBON (Studi Kasus : Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau Kota Ambon)

Sistem Pembagian Kerja, Akses dan Kontrol terhadap Sumber Daya Ekonomi dalam Keluarga Peternak Rakyat Sapi Potong di Kabupaten Grobogan

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA YANG BEKERJA PADA SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN DAUH PURI KAUH, DENPASAR BARAT

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. (Studi Deskriptif Pada Keluarga Yang Suaminya Tidak Bekerja) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

PERANAN PEREMPUAN PEKERJA PADA SEKTOR INFORMAL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TIAL KECAMATAN SALAHUTU KABUPATEN MALUKU TENGAH

WIFE CONTRIBUTION TO FISHERMAN HOUSEHOLD INCOME IN MERANTI BUNTING VILLAGE MERBAU DISTRICT MERANTI ISLAND REGENCY RIAU PROVINCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ANANG RIASMOKO J

Oleh: Sundari, Endang Sriningsih, dan Adwi Herry K.E. Jurusan Sosek Fakultas Pertanian Unsoed (Diterima: 30 Maret 2005, disetujui: 6 Oktober 2005)

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

Agus Nurkatamso Umi Listyaningsih

KONTRIBUSI PENDAPATAN PEREMPUAN PEDAGANG TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DI PASAR TRANSIT NEGERI PASSO KECAMATAN TELUK AMBON BAGUALA KOTA AMBON

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pengaruh Gender Terhadap... (Yudha Manggala)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan mengenai mikro ekonomi,sub sistem yang utama

ABSTRAK. Kata kunci : bargaining position, vasektomi.

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

(Studi Kasus: Desa Latuhalat Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon) Inta P. N. Damanik Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura-Ambon

PERANAN WANITA DALAM USAHA INDUSTRI MAKANAN KHAS MELAYU RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRACT. Fira Noprita 1), M.Ramli 2), Zulkarnaini 3)

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : DEDI WIZANI NIM :

KONTRIBUSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI DESA KINILOW KECAMATAN TOMOHON UTARA. R.M. Kumaat ABSTRACT

Oleh. Mutiara Cendrakasih 1), Kusai 2) dan Firman Nugroho 3) Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI,

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat

TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA MASYARAKAT MISKIN DI RT.01 RW.06 DESA TEGAL GEDE KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

STUDI TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA (Kasus: Masyarakat Desa Layeni, Kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

KONTRIBUSI KEMAMPUAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM KERJA TERHADAP ETOS KERJA GURU SD NEGERI DI KECAMATAN AMBARAWA TESIS

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

PERAN PEREMPUAN DALAM PARIWISATA DI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

PREFERENSI PEMILIHAN PRODUK TERNAK SEBAGAI LAUK HARIAN (Studi Kasus di Universitas Wijayakususma) Sulistyaningtyas 1)

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA

BAB II LANDASAN TEORI

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA. Population and Worker

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KONTRIBUSI PENDAPATAN TENAGA KERJA WANITA PADA USAHA PEMBUATAN TEMPE TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA MASYARAKAT MISKIN DI RT.01 RW.06 DESA TEGAL GEDE KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

KONTRIBUSI NILAI-NILAI HUKUM ISLAM TERHADAP PERSAMAAN HAK ATAS WARIS BAGI PRIA DAN WANITA MUSLIM KARO DI KOTA BINJAI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR

CHAPTER XI POVERTY BAB XI KEMISKINAN

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

Swara Bhumi. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN ATAS BAURAN PEMASARAN PADA SUPERMARKET MILLENIUM DI NATAR - LAMPUNG SELATAN

ALOKASI WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN MEGANG SAKTI KABUPATEN MUSI RAWAS

Analisis Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Produk Kaki Naga (Studi Kasus di CV. Bening Jati Anugrah, Kabupaten Bogor)

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

ANALISIS CURAHAN WAKTU KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENDAPATAN WANITA PEDAGANG PENGECER SAYURAN (Studi Kasus Di Kota Bengkulu)

OLEH: S. HINDU MATHI NIM

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI SAYURAN ORGANIK FACTORS AFFECTING CONSUMERS DECISION IN BUYING ORGANIC VEGETABLES

Fadilah et al., Pendapatan Wanita...

ABSTRAK. Kata Kunci : Kualitas Pelayanan, Brand Image

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA BERDASARKAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA TEGALSARI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

PEMAHAMAN PESERTA PADA PROGRAM MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) (Kasus pada peserta program MKRPL di Desa Singamerta)

Transkripsi:

KESETARAAN GENDER DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA HUTUMURI KECAMATAN LEITIMUR SELATAN KOTA AMBON Gender Equality in a Community of Hutumuri Villages, Subdistrict of Leitimur Selatan, Ambon I. P. N. Damanik dan M. E. Tahitu Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura ABSTRACT Damanik, I.P.N. and M. E. Tahitu. 2008. Gender Equality in a Community of Hutumuri Villages, Subdistrict of Leitimur Selatan, Ambon. Jurnal Budidaya Pertanian 4: 38-44. The objectives of this research were: 1) to study community views according to gender equality concept in the community of traditional Hutumuri village; and 2) to analyze the application of gender equality concept in the community of this village. Population of this research is the whole households in Dusun III (Sub-village of Hutumuri Village) which are indigenous resident. Samples were taken by simple random sampling as much as 20 percent of 158 households. In-depth interview method with key persons in this village was done in order to get complete information. The result of this research showed that community in Hutumuri village have positive views about gender equality concept. More than 50 percent of household wives are working wives with interval income between Rp. 500,000,- and Rp. 1,500,000,-/month in Hutumuri. The main reason which motivates household wives to work was to increase household income. On the other side, there were two main reasons that motivate the household wives not to work, namely: 1) difficult to get job; and 2) to raise children at home. Husband and wife have an equal right to decide in household, whereas decision about daily household finance is made dominantly by wife. Besides, decision maker to reject or to receive a certain job is the husband, especially husband who does not have a job yet. The husband participates also in doing domestic jobs although with the lower intensity than his wife. It means that distribution of role based on gender equality concept has been done well in Hutumuri village. Key words: Gender, equality, Hutumuri villages, community PENDAHULUAN Menurut Resusun & Titawano (1998), gender adalah pembagian peran, kedudukan dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut normanorma, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan masyarakat. Sejalan dengan pendapat tersebut, Subhan (2004) mengartikan gender sebagai perbedaan dan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat, serta tanggungjawab laki-laki dan perempuan. 38

Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 4. No 1, Juli 2008, Halaman 38-44 Istilah kesetaraan gender mulai ramai diperbincangkan ketika masyarakat tidak lagi dapat menghindari kenyataan akan peran penting kaum perempuan, mulai dari kehidupan keluarga (rumah tangga), bermasyarakat, hingga bernegara. Munculnya konsep/istilah kesetaraan gender adalah untuk mengurangi atau memperkecil kesenjangan gender yang masih sering terjadi. Dalam kehidupan keluarga, khususnya pada masyarakat Indonesia, seorang ibu rumah tangga umumnya diidentikkan dengan pengurus rumah tangga yang harus melakukan tugas-tugas yang terkait dengan itu, seperti mengurus anak, memasak, mencuci, dan mengatur masalah keuangan rumah tangga. Secara perlahan-lahan, fenomena ini mulai berubah. Pada saat ini banyak kaum perempuan yang berperan bukan hanya dalam urusan rumah tangga, tetapi juga dalam pembangunan, baik di sektor formal maupun informal. Berkaitan dengan hal tersebut, upaya peningkatan kesejahteraan keluarga tidak lagi hanya berada di tangan kaum pria (suami), tetapi kini mulai berbagi dengan kaum perempuan (istri). Masuknya kaum perempuan (istri) ke dunia diluar kodratnya sebagai perempuan tentu saja bukan tanpa hambatan. Bagi masyarakat yang masih memandang perempuan hanya sebatas kodratnya tentu akan timbul pertentangan-pertentangan atau penolakan terhadap hal tersebut. Hal ini dapat dipahami karena salah satu faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender adalah tata nilai sosial budaya masyarakat khususnya ideologi patriarki yang lebih mengutamakan laki-laki daripada perempuan. Jika demikian halnya, bagaimanakah masyarakat menyikapi hal tersebut? Terlebih khusus lagi pada masyarakat desa yang masih memegang teguh adat-istiadat setempat (desa adat) yang menganut ideologi patriarki; apakah kesetaraan gender diterima oleh masyarakat setempat dan dalam hal-hal apa saja kaum perempuan (istri) berperan sebagai mitra sejajar bagi kaum pria (suami)? Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1) mendapatkan gambaran yang jelas tentang pandangan terhadap konsep kesetaraan gender di kalangan masyarakat Desa Hutumuri yang masih merupakan desa adat di Kota Ambon; dan 2) menganalisis penerapan konsep kesetaraan gender di lingkungan masyarakat Desa Hutumuri. BAHAN DAN METODE Sebagai penelitian sosial, penelitian ini dirancang sebagai penelitian survey, yaitu suatu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 1989). Pemilihan Desa Hutumuri dilakukan secara purposif dengan alasan Desa Hutumuri merupakan salah satu desa yang masih mempertahankan adat-istiadat sehingga dikenal dengan desa adat di Kota Ambon. Selanjutnya mewakili desa dipilih dusun yang lebih kental nuansa adatnya dalam kehidupan sehari-hari. Ini dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan Pejabat Kantor Desa sekaligus sebagai tokoh masyarakat di desa tersebut. Berdasarkan hal tersebut, mewakili Desa Hutumuri ditentukan Dusun III. Populasi penelitian adalah seluruh rumah tangga yang ada di Dusun III Desa Hutumuri yang merupakan masyarakat asli desa tersebut. Pengambilan responden penelitian dilakukan secara acak sederhana dengan besar sampel 20 persen dari 158 KK. Dengan demikian, besar sampel adalah 32 KK. Unit analisis dalam penelitian ini adalah suami dan istri dari setiap rumah tangga yang terpilih sebagai sampel. Disamping itu juga dilakukan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat untuk melengkapi data. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden yang dipandu dengan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari kantor Desa Hutumuri. Keseluruhan data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk menjawab permasalahan penelitian yang selanjutnya akan melahirkan kesimpulan hasil penelitian. 39

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Kesetaraan Gender dalam Pandangan Masyarakat Desa Hutumuri Dalam kaitannya dengan gender, konsep kesetaraan gender merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Salah satu strategi untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dikenal dengan istilah pengarusutamaan gender. Salah satu tujuan pengarusutamaan gender adalah menjamin adanya partisipasi yang setara antara perempuan dan laki-laki dalam semua kegiatan dan tahap pembangunan (LIPI, 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Hutumuri memiliki pandangan positip terhadap konsep kesetaraan gender. Masyarakat sangat responsif terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Memang masih ada masyarakat yang masih memandang kaum perempuan (istri) memiliki peran hanya terbatas sesuai dengan kodratnya dan kurang setuju terhadap konsep ini, namun jumlahnya cukup kecil seperti yang digambarkan pada Tabel 1. Tabel 1. Pandangan Masyarat Desa Hutumuri terhadap Konsep Kesetaraan Gender Pandangan terhadap Konsep Kesetaraan Suami Istri Gender Setuju 26 (81,3) 27 (84,4) Kurang setuju 6 (18,7) 3 (9,4) Tidak setuju 0 (0,0) 2 (6,2) Jumlah 32 (100) 32 (100) Ket: Angka dalam kurung menunjukkan persentase Hal yang mendukung terjadinya respon yang cukup positip terhadap konsep kesetaraan gender ini adalah pandangan kaum masyarakat yang memang melihat bahwa kaum perempuan punya potensi untuk berkembang, baik di bidang ekonomi maupun sosial serta peluang untuk itu sangat terbuka saat ini. Dikaitkan dengan adat istiadat, kaum perempuan juga memiliki peran tertentu yang cukup penting yang antara lain dapat dilihat dalam upacaraupacara adat. Demikian pula latar belakang mata pencaharian penduduk yang merupakan masyarakat tani, telah mengikutsertakan kaum perempuan dalam aktivitas usahatani sehingga kerjasama kaum perempuan dan laki-laki (istri dan suami) dalam aktivitas ekonomi dan sosial rumah tangga sudah merupakan hal yang biasa. Masyarakat yang kurang setuju terhadap konsep ini memiliki pertimbangan tersendiri. Sebenarnya konsep ini juga diterima dengan cukup baik, namun kaum istri hendaknya tetap memprioritaskan diri pada kodratnya. Hal yang menarik adalah adanya kaum istri yang tidak setuju terhadap konsep kesetaraan gender. Hal ini disebabkan adanya kekhawatiran dari kaum istri bebannya akan semakin berat, yaitu ikut mencari nafkah disamping peran dalam urusan domestik. Penerapan Konsep Kesetaraan Gender di Lingkungan Masyarakat Desa Hutumuri Penerimaan terhadap konsep kesetaraan gender tidak cukup hanya dilihat dari pandangan masyarakat terhadap konsep tersebut, namun penting untuk ditelusuri lebih lanjut penerapan konsep tersebut di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Menurut Rahmani (2006), dalam usaha mewujudkan kesetaraan gender, job diskripsi harus jelas dan tidak ada dominasi antara laki-laki dan perempuan. Kalau perempuan diajari memasak, laki-laki mengapa tidak? Kalau lakilaki diajari mengambil kebijakan atau keputusan untuk memilih dan sebagainya, mengapa perempuan tidak? Terkait dengan hal tersebut, hal-hal yang perlu dilihat adalah penerapan konsep tersebut dalam kehidupan ekonomi dan sosial rumahtangga. Bidang Ekonomi Rumahtangga Salah satu fenomena telah terjadinya kesetaraan gender di kalangan masyarakat adalah terlibatnya kaum istri sebagai pencari nafkah. Tabel 2 menggambarkan keadaan tersebut di Desa Hutumuri. 40

Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 4. No 1, Juli 2008, Halaman 38-44 Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Status Bekerja dan Tidak Bekerja Status Suami Istri Bekerja 28 (87,5) 19 (59,4) Tidak bekerja 4 (12,5) 13 (40,6) Jumlah 32 (100,0) 32 (100,0) Jenis pekerjaan yang digeluti oleh kaum istri dan suami di Desa Hutumuri cukup bervariasi, namun dominasinya adalah sebagai petani karena Desa Hutumuri memang merupakan desa dengan potensi pertanian dan perikanan yang cukup baik. Tabel 3 menyajikan jenis pekerjaan yang merupakan mata pencaharian pokok kaum suami dan istri di desa penelitian. Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Suami Istri Utama Petani 15 (53,6) 12 (63,1) PNS 2 (7,1) 2 (10,5) Swasta 3(10,7) 1 (5,3) Pedagang 2 (7,1) 4 (21,1) Pensiunan 1 (3,6) 0 (0,0) Nelayan 5 (17,9) 0 (0,0) Jumlah 28 (100,0) 19 (100,0) Faktor yang terkait langsung dengan status bekerja atau tidak bekerja adalah besar pendapatan. Pada Tabel 4 dapat dilihat sebaran besar pendapatan suami dan istri di desa Hutumuri. Kenyataan ini menunjukkan bahwa peranan kaum istri dalam menghasilkan uang lewat pekerjaan yang ditekuninya sangat berarti dalam membantu memenuhi kebutuhan rumahtangga. Dengan demikian, tanggungjawab untuk mencari nafkah dalam rumahtangga telah menjadi tanggungjawab bersama antara suami dan istri. Keadaan yang sama juga terjadi pada rumahtangga nelayan dan petani di Desa Latuhalat Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon. Hasil penelitian Damanik (2003) mengungkapkan bahwa peranan kaum istri dalam mendatangkan penghasilan keluarga cukup berarti. Pada keluarga tani, kontribusi pendapatan istri bagi pendapatan rumah tangga berada pada kisaran 3,71% - 61,40% dengan rata-rata 14,98% per tahun. Angka ini lebih besar lagi pada rumah tangga nelayan, yaitu dalam kisaran 18,06% - 58,22% dengan rata-rata 39,16% per tahun. Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Besar Pendapatan Besar Pendapatan (Rp/bulan) Suami (orang) Istri (orang) < 500.000 4 (14,3) 5 (26,3) > 500.000 1.000.000 > 1.000.000 1.500.000 > 1.500.000 2.000.000 > 2.000.000 2.500.000 8 (28,6) 6 (31,6) 8 (28,6) 5 (26,3) 6 (21,4) 3 (15,8) 2 (7,1) 0 (0,0) Jumlah 28 (100,0) 19 (100,0) Meskipun pada kenyataannya kaum istri yang bekerja dapat membantu memenuhi kebutuhan rumahtangga, namun tidak semua kaum istri di desa tersebut yang memiliki pekerjaan dan tidak semua kaum istri yang bekerja memiliki motivasi yang sama dalam bekerja. 41

Tabel 5. Distribusi Responden (Kaum Istri) Berdasarkan Alasan untuk Tidak Bekerja Alasan/Motivasi Tidak Bekerja Jumlah (Orang) Memiliki anak yang masih kecil 4 (30,8) Belum mendapatkan pekerjaan 5 (38,4) Tidak diijinkan oleh suami 2 (15,4) Pendapatan suami sudah mencukupi 2 (15,4) Jumlah 13 (100,0) Tabel 6. Distribusi Responden (Kaum Istri) Berdasarkan Alasan untuk Bekerja Alasan/Motivasi Bekerja Jumlah (Orang) Membantu mencukupi kebutuhan keluarga 7 (36,8) Mengembangkan potensi diri karena ada kesempatan 2 (10,5) Sudah bekerja sebelum menikah 3 (15,8) Suami belum bekerja 4 (21,1) Mengisi waktu luang 3 (15,8) Jumlah 19 (100,0) Ada beberapa alasan utama yang menyebabkan kaum istri tidak bekerja, yaitu: (a) belum mendapatkan pekerjaan, dan (b) memiliki anak yang masih kecil (balita). Secara jelas alasan-alasan ini dapat dilihat pada Tabel 5. Sementara itu, motivasi utama kaum istri bekerja adalah: (a) membantu mencukupi kebutuhan keluarga, dan (b) suami belum bekerja (Tabel 6). Ada juga kaum istri yang sudah bekerja sebelum menikah dan tetap bekerja setelah menikah. Bidang Sosial Rumahtangga Hal-hal yang dilihat dalam lingkup sosial rumahtangga adalah pengambilan keputusan dan pembagian kerja dalam rumahtangga. Dalam kehidupan rumahtangga masyarakat di Desa Hutumuri, pengambilan keputusan yang menyangkut aktivitas rumahtangga merupakan bentuk keputusan yang diambil secara bersama-sama antara suami dan istri. Ada juga keputusan yang diambil oleh istri saja, misalnya tentang pengelolaan keuangan yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari, sedangkan keputusan yang diambil oleh suami sendiri adalah tentang menerima tawaran kerja sewaktu-waktu bagi suami yang belum memiliki kerja tetap. Lebih jelas hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Pembagian kerja dalam rumahtangga pada kenyataannya tidak menjadi masalah, baik bagi rumahtangga dengan istri yang bekerja maupun tidak bekerja. Bagi rumahtangga dengan istri yang bekerja, peran istri sebagai ibu rumahtangga pada jam-jam istri bekerja digantikan oleh sanak saudara yang tinggal berdekatan. Ini dapat dipahami karena sebagai masyarakat asli desa tersebut, sanak saudara banyak yang tinggal berdekatan sehingga kehidupan saling tolong-menolong dan saling memperhatikan sangat terasa. Tidak ada dijumpai rumahtangga yang mempekerjakan pembantu rumahtangga seperti yang lazim dijumpai pada rumahtangga-rumahtangga dengan istri yang bekerja di daerah perkotaan. 42

Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 4. No 1, Juli 2008, Halaman 38-44 Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Pengambil Keputusan dalam Rumahtangga Jenis Keputusan Suami (%) Istri (%) Suami & Istri (%) Pengelolaan keuangan rumahtangga sehari-hari 100,0 Pendidikan anak-anak 100,0 Investasi/tabungan keluarga (jika ada) 100,0 Aturan/norma-norma dalam keluarga 100,0 Terima/tolak tawaran kerja *) 100,0 *) = Bagi suami yang belum memiliki pekerjaan tetap Tabel 8. Distribusi Jam Kerja Responden Dirinci per Kegiatan per Hari Kegiatan Distribusi Jam Kerja (jam) Suami Istri Mencari nafkah 10 (41,7) 6 (25,0) Mengerjakan pekerjaan rumahtangga 3 (12,5) 10 (41,7) Kegiatan sosial 5 (20,8) 3 (12,5) Istirahat 6 (25,0) 5 (20,8) Jumlah 24 (100,0) 24 (100,0) Pembagian kerja antara suami dan istri berjalan cukup baik karena ada saling pengertian antara keduanya. Kaum suami juga terlibat dalam menyelesaikan pekerjaan rumahtangga, meskipun dengan intensitas yang lebih rendah dari kaum istri seperti tergambar pada Tabel 8. Berdasarkan data pada Tabel 8, diketahui bahwa alokasi waktu kaum suami sebagian besar ditujukan untuk kegiatan mencari nafkah, sedangkan bagi kaum istri, waktu terbesar tercurah untuk menyelesaikan pekerjaan rumahtangga. Dalam kaitannya dengan waktu untuk istirahat, ternyata jumlah jam istirahat kaum suami lebih panjang dibandingkan dengan kaum istri. Keadaan ini terjadi karena kaum istri memiliki tanggungjawab yang lebih besar dalam mengurus rumahtangga disamping juga harus bekerja untuk mendapatkan penghasilan. KESIMPULAN 1. Pada kenyataannya, Desa Hutumuri sebagai salah satu masyarakat memiliki pandangan yang positip terhadap konsep kesetaraan gender karena sebelum konsep ini ramai dibicarakan, kehidupan masyarakat juga sudah menggambarkan adanya pembagian peran antara kaum perempuan (istri) dan kaum laki-laki (suami). 2. Pandangan yang positip terhadap konsep kesetaraan gender dalam kehidupan masyarakat Desa Hutumuri telah nyata dalam kehidupan sehari-hari yang antara lain dapat diamati dalam kehidupan ekonomi dan sosial rumahtangga masyarakat tersebut. 3. Meskipun konsep kesetaraan gender secara umum telah diterima oleh masyarakat Desa Hutumuri, namun hendaknya masing-masing pihak (suami dan istri) tidak melupakan kodratnya, tetapi memadukan kodrat dan kesetaraan gender secara seimbang sehingga tercapai kehidupan yang lebih baik dan lebih damai. DAFTAR PUSTAKA Damanik, I.P.N. 2003. Analisis Faktor-faktor Pendorong Perempuan Bekerja dan Tidak Bekerja. J. Media Gizi dan Keluarga 27(2): 7-16. 43

LIPI, 2006. Apakah Pengarusutamaan Gender? www.pdii.lipi.go.id/mybox/2/176- PedomanGender.pdf. [12 Maret 2006] Rahmani, N. 2006. Pendidikan Kesetaraan Gender Dimulai dari Keluarga. www.suaramerdeka.com/cybernews/ harian/0602/13/dar3.htm. [13 Pebruari 2006]. Resusun, D. & D. Titawano. 1998. Ketidakadilan Jender. Ikatan Sosiologi Indonesia Cabang Ambon, Ambon. Singarimbun, M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Dalam: M. Singarimbun dan S. Efendi (Ed.). Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta. Subhan, Z. 2004. Kesetaraan dan Keadilan Gender. www.menegpp.go.id/ menegpp.php?cat = list&id=kesetaraan. [09 Desember 2004]. 44