BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar kelompok manusia atau antar negara yang berbeda benua

dokumen-dokumen yang mirip
PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

BAB VI PENUTUP. pengembangan kompetensi nilai-nilai wirausaha Islam untuk menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. mempermudah proses transaksi jual beli. Harga juga berpengaruh dalam

ANALISIS PELAKSANAAN UJIAN KOMPETENSI PRODUKTIF DALAM PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

Ricky W. Griffin, Bisnis Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta, 2006, hlm. 43.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal).

BAB I PENDAHULUAN. pemberian kewenangan serta tanggung jawab yang terencana, terarah dan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara.

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) berbasis

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

2 Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pembangunan Tenaga Kerja Industri dan penggunaan konsultan Industri, pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah bagi anak untuk belajar memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Berkaitan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu,

BAB I DESKRIPSI SWOT TIAP KOMPONEN

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Hakekat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Pemerintah ada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung suatu bangsa dituntut untuk mempunyai sumber

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi, sosial dan politik. Hal ini juga akan mempengaruhi

KURIKULUM KURIKULUM KURSUS VIDEO EDITING JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI. berbasis

PENGAMBANGAN SKKNI DALAM RANGKA MENINGKATKAN KOMPETENSI TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI PERSAINGAN GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi Free Trade Area (AFTA) dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. pada ASEAN Economic Community (AEC) yang mana merupakan pedoman

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Jumlah Akuntan Publik Sumber: PPPK Kementerian Keuangan RI (2014),

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil. pembangunan yang telah dicapai. Di sektor-sektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara. Pendidikan tidak terlepas dari Kurikulum pendidikan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perkoperasian menjadi payung hukum sementara bagi BMT. ada 41 BMT dan 10 BTM, dan tahun 2013 ada 42 BMT dan 10 BTM.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL. [Dewi Triwahyuni]

BAB I PENDAHULUAN. bentuk ibadah yang juga termasuk dalam rukun Islam yang ketiga. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

PENGELOLAAN KAWASAN ANDALAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN INVESTASI DUNIA USAHA DI KTI

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

BAB I PENDAHULUAN I - 1

KUMPULAN MATERI-MATERI TENTANG SMK Oleh Setiyo Agustiono

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN WIB.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan. Dalam melaksanakan kehidupan ini manusia tidak bisa berdiri

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak

Laporan Penelitian. Judu): Persepsi Guru Ekonomi Tentang Mea Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Di Kabupaten Jombang Propinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. akses kredit/pembiayaan. Infrastruktur ini mempertukarkan informasi kredit

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengkondisikan kelas atau mengelola kelas, agar pelaksanaan. pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Globalisasi 2 sebagai efek dari kemajuan teknologi dan informasi tidak dapat dihindari oleh manusia. Globalisasi umumnya diidentikkan dengan segala bentuk kemudahan sehingga manusia merasa lebih bebas dalam melakukan banyak hal, terutama dalam berhubungan dengan manusia yang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Hubungan yang dulunya mereka jalin hanya dengan satu dua orang dalam satu daerah sempit saja, sekarang telah meluas pada hubungan antar kelompok manusia atau antar negara yang berbeda benua dengan mudahnya. Seperti yang telah dinyatakan dalam Al-Qur an surat Al- Hujuraat ayat 13, Allah SWT berfirman bahwa manusia yang asalnya satu ayah dan satu ibu akan berkembang biak secara cepat menjadi berbagai ras, suku, dan bangsa yang bermacam-macam. 3 Namun tujuannya adalah untuk saling mengenal dan berhubungan. 2 Globalisasi dapat diartikan sebagai peningkatan dalam hubungan dan saling ketergantungan dalam kegiatan ekonomi dan perdagangan di antara berbagai negara di dunia dalam Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 428 3 Didin Hafidhudin dan Henri Tanjung, Manajemen Syari ah dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2003), hlm. 43 1

2 Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujuraat: 13) 4 Globalisasi juga merangsang manusia untuk terus meningkatkan kebutuhan mereka sehingga bentuk hubungan yang mereka jalin pun menjadi semakin kompleks. Dari yang dulunya hanya hubungan kemitraan dalam perdagangan yang masih sederhana, hubungan politik dan perebutan wilayah kekuasaan, sampai yang marak di era ini adalah kerjasama ekonomi di kawasan tertentu bahkan dunia. Seperti yang dialami oleh Indonesia baru-baru ini setelah tergabung dalam kerjasama ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2003 lalu, kini Indonesia telah masuk dalam kerjasama Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang berlaku mulai akhir tahun 2015. Perjanjian-perjanjian kerjasama seperti ini akan mempermudah negaranegara yang ada di dalamnya untuk saling berinteraksi dalam kegiatan memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Pertukaran barang dan jasa menjadi sangat cepat sehingga memicu adanya persaingan dalam kelompok. Mereka yang tidak siap dalam persaingan akan kalah dan menjadi pasar konsumen bagi yang lain. Di akhir ayat 13 Al-Hujuraat di atas juga menegaskan bahwa dalam menyikapi globalisasi, seorang muslim harus memiliki sikap takwa dan kemandirian serta ketertundukan kepada Allah SWT dalam keseluruhan tatanan kehidupan. Takwa tercermin dalam kekuatan di berbagai bidang kehidupan, seperti kekuatan 4 Departemen Agama Republik Indonesia, Alqur an dan, hlm. 837

3 akidah, kekuatan ilmu pengetahuan, kekuatan ukhuwah dan sinergi, serta kekuatan pendidikan dan budaya. 5 Memasuki kerjasama ekonomi Negara-Negara ASEAN melalui MEA tahun 2015 akhir, Indonesia menghadapi persaingan yang ketat baik di sektor barang maupun jasa. Ini berarti Indonesia harus meningkatkan daya saing baik mutu hasil produksi maupun jasa. Beberapa upaya telah dilakukan Indonesia untuk mempersiapkan diri menghadapi MEA. Upaya tersebut meliputi strategi yang disusun Indonesia dan dilaksanakan per daerah otonomi di seluruh Indonesia. Strategi daerah tersebut antara lain: 6 1. Meningkatkan daya saing produk unggulan daerah, dengan cara; a. Meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk-produk unggulan daerah b. Mendorong ekspansi dan promosi produk unggulan baik barang dan jasa 2. Mendorong investasi di daerah, dengan cara; a. Menyederhanakan prosedur, mempersingkat waktu, serta transparansi proses perijinan investasi atau memulai usaha b. Menciptakan iklim investasi yang kondusif di daerah melalui tata kelola investasi, kualitas sumber daya manusia dan kualitas pelayanan dan perijinan c. Mengoptimalkan kinerja dan efektifitas pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) 5 Hafidhudin dan Tanjung, Manajemen Syari ah, hlm. 44 6 Kementrian PPN atau Bappenas, Persiapan Daerah dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, (Kementrian PPN atau Bappenas Indonesia, 2014), hlm. 14-18

4 d. Meningkatkan promosi sektor unggulan yang belum menjadi target investasi 3. Meningkatkan daya saing sumber daya manusia daerah, dengan cara: a. Meningkatkan utilisasi balai pelatihan tenaga kerja di daerah (termasuk juga unit-unit pelaksana teknis pelatihan kerja) b. Bekerjasama dengan lembaga sertifikasi di daerah untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi kerja sumber daya manusia daerah sehingga diakui di dunia internasional 4. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur daerah, dengan cara; a. Meningkatkan proporsi anggaran daerah untuk pembangunan sistem transportasi dan infrastruktur yang terintegrasi, yaitu jalan raya, pelabuhan, dan bandara, serta ketersediaan pasokan energi dan listrik untuk mendukung keterhubungan antar provinsi di Indonesia b. Mengoptimalkan peran dan kerjasama dengan swasta dalam pengembangan infrastruktur melalui mekanisme Public-Private Partnership (PPP) 5. Meningkatkan sinkronisasi kebijakan pusat-daerah, dengan cara sinkronisasi kerangka regulasi, kebijakan dan program pusat dan daerah dalam menghadapi MEA. Dari kelima strategi Indonesia untuk menghadapi MEA diatas, 3 diantaranya berhubungan langsung dengan kegiatan kewirausahaan di Indonesia, dan 2 lainya secara tidak langsung juga berhubungan dengan kegiatan kewirausahaan. Hal ini dikarenakan pentingnya peran wirausaha dalam

5 meningkatkan perekonomian nasional, terlebih dalam masa persaingan global seperti MEA ini. Untuk itu, pengembangan kemampuan wirausaha di Indonesia menjadi sangat penting. Jika wirausahawan di Indonesia sampai kalah kompeten dari wirausahawan asing, maka yang terjadi pertumbuhan ekonomi di Indonesian pun juga akan mengalami kemunduran. Pengembangan kemampuan wirausaha, dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya dengan pendidikan wirausaha. Namun, pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat. Banyak pendidik yang kurang memperhatikan penumbuhan sikap dan perilaku wirausahawan sasaran didik, baik di sekolah-sekolah kejuruan, maupun di pendidikan profesional. Orientasi mereka pada umumnya hanya pada menyiapkan tenaga kerja. Selain itu, secara historis masyarakat kita memiliki sikap feodal yang diwarisi dari penjajah Belanda, ikut mewarnai orientasi pendidikan kita. 7 Sebagian besar masyarakat mengaharapkan output pendidikan sebagai pekerja, sebab dalam pandangan mereka pekerja (pegawai negeri) memiliki status sosial yang cukup tinggi dan disegani oleh warga. Berbeda dengan negara maju, di Amerika Serikat misalnya, sejak tahun 1983 telah merasakan pentingnya pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan yang berkenaan dengan pendidikan bisnis dapat dikatakan telah dilakukan pada setiap level pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan bisnis di Amerika Serikat meliputi pendidikan pekerja kantor, distribusi dan pemasaran, 2008), hlm. 85 7 Muhammad Yunus, Islam dan Kewirausahawan Inovatif, (Malang: UIN Malang Press,

6 dan pemahaman ilmu ekonomi. Pendidikan bisnis di Amerika Serikat diarahkan kepada: 8 1. Menyiapkan siswa sebagai pekerja yang cakap dalam dunia bisnis; 2. Menyiapkan siswa sebagai pelaku bisnis yang handal; 3. Menyiapkan siswanya sebagai konsumen yang rasional; 4. Mengusahakan siswanya untuk menguasai ilmu ekonomi bisnis. Pengembangan SDM yang berkelanjutan melalui pelatihan-pelatihan yang didesain sedemikian rupa, sesuai dengan kebutuhan baik jangka pendek maupun jangka panjang sangat diperlukan. Pelatihan adalah salah satu sarana agar seseorang dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Pelatihan itu sendiri merupakan suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. 9 Kompetensi yang jelas pun juga sangat diperlukan dalam pelatihan agar menghasilkan lulusan pelatihan yang berkualitas dan dapat diakui secara luas. MEA tidak harus menjadi kekhawatiran, justru ini menjadi peluang untuk memperluas pasar Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Pasar Indonesia mencapai 250 juta orang, tetapi pasar ASEAN itu mencapai 625 juta orang. Melalui Kementerian Tenaga Kerja Indonesia telah menyusun setidaknya tiga strategi dalam menghadapi MEA. Diantaranya adalah percepatan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Kompetensi Kerja 8 Ibid., hlm. 90-91 9 Ibid., hlm. 92

7 Nasional Indonesia (SKNNI) di semua sektor. Serta percepatan penerapan sertifikasi kompetensi kerja bagi pekerja dan wirausaha Indonesia yang diakui secara nasional dan internasional, dengan cara mengotimalkan peran Balai Latihan Kerja dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi di seluruh Indonesia. Hal tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan wirausaha Indonesia mendapatkan pengakuan di luar negeri. 10 Di Jawa Timur sendiri, setidaknya sudah ada 16 balai latihan kerja. Salah satunya adalah UPT Pelatihan Kerja Tulungagung. Bersama dengan balai latihan kerja yang lainnya di Indonesia, UPT Pelatihan Kerja Tulugagung juga turut serta dalam usaha pemerintah mempersiapkan SDM di Indonesia (di Kabupaten Tulungagung dan sekitarnya khususnya) untuk menghadapi persaingan global dengan mengadakan program pelatihan dan sertifikasi bagi masyarakat. Sertifikasi kompetensi kerja ini juga berlaku bagi masyarakat yang berprofesi sebagai wirausaha agar dapat pengakuan di luar negeri sehingga barang dan jasa yang mereka produksi juga mendapat pengakuan dari konsumen luar negeri. Berdasarkan hal tersebut, penulis akan meneliti lebih dalam tentang bagaimana Peranan UPT Pelatihan Kerja Tulungagung dalam Pengembangan Kompetensi Nilai-Nilai Wirausaha Islam untuk Menghadapi MEA 2015 di Kabupaten Tulungagung. 10 Ahmad Dani, Ini yang Telah disiapkan Presiden Jokowi Jelang Pemberlakuan MEA 2015, dalam http://ekonomi.rimanews.com/read/20151230/253092/ini-yang-telah-disiapkan- Presiden-Jokowi-Jelang-Pemberlakuan-MEA-2015 diakses pada Kamis, 07/01/2016

8 B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian penulis adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan UPT Pelatihan Kerja Tulungagung dalam pengembangan kompetensi nilai-nilai wirausaha Islam untuk menghadapi MEA 2015 di Kabupaten Tulungagung? 2. Apa kendala yang dihadapi oleh UPT Pelatihan Kerja Tulungagung dalam menjalankan peranannya dalam pengembangan kompetensi nilai-nilai wirausaha Islam untuk menghadapi MEA 2015 di Kabupaten Tulungagung? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisa peranan UPT Pelatihan Kerja Tulungagung dalam pengembangan kompetensi nilai-nilai wirausaha Islam untuk menghadapi MEA 2015 di Kabupaten Tulungagung. 2. Menganalisa kendala-kendala yang dihadapi oleh UPT Pelatihan Kerja Tulungagung dalam menjalankan peranannya dalam pengembangan kompetensi nilai-nilai wirausaha Islam untuk menghadapi MEA 2015 di Kabupaten Tulungagung. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan penulis antara lain:

9 1. Secara Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan bagaimana peranan UPT Pelatihan Kerja Tulungagung dalam mengembangkan kompetensi nilai-nilai wirausaha Muslim untuk menghadapi MEA 2015 khususnya di Kabupaten Tulungagung. Serta dapat memunculkan teori baru ataupun menyempurnakan teori yang telah ada tentang pengembangan kompetensi nilai-nilai wirausaha Islam. 2. Secara Praktis a. Bagi Lembaga Pelatihan Kerja Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan program-program yang dapat berperan dalam pengembangan kompetensi nilai-nilai wirausaha Islam untuk menghadapi MEA 2015 khususnya di Kabupaten Tulungagung. b. Bagi Akademik Penulis berharap dengan adanya penelitian ini bisa menambah perbendaharaan kepustakaan di IAIN Tulungagung. Dan menyumbangkan hasil penelitian yang bisa bermanfaat bagi pembaca. c. Bagi Peneliti Lanjutan Bagi peneliti selanjutnya, penulis mengharapkan penelitian ini bisa menjadi salah satu bahan referensi tambahan bagi penelitian dengan tema yang sejenis. Sehingga ilmu pengetahuan tentang pengembangan kompetensi nilai-nilai wirausahawan Islam bisa terus diikuti perkembangannya.

10 E. Penegasan Istilah 1. Penegasan Konseptual a. Peranan: 1 bagian yg dimainkan seorang pemain (dl film, sandiwara; dsb): ia berusaha bermain baik di semua ~ yg dibebankan kepadanya; 2 fungsi seseorang atau sesuatu dl kehidupan: faktor manusia memegang ~ penting dlm pembangunan;. 11 b. Wirausahawan Islam: wirausahawan adalah seseorang yang merubah ide menjadi kesempatan komersil dan menciptakan nilai (harga). Sedangkan wirausahawan Islam adalah wirausahawan yang beragama Islam dan menerapkan prinsip syariah dalam menjalankan usahanya. c. Kompetensi: kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu. 12 d. MEA (Masyarakat Ekonomi Asean): merupakan komunitas pasar bebas diantara negara-negara anggota Asean, meliputi sektor perdagangan dan tenaga kerja. 2. Penegasan Operasional Yang dimaksud dengan Peranan UPT Pelatihan Kerja Tulungagung dalam Pengembangan Kompetensi Nilai-Nilai Wirausahawan Islam untuk Menghadapi MEA 2015 di Kabupaten Tulungagung dalam penelitian skripsi ini adalah bagaimana fungsi operasional UPT Pelatihan Kerja 11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 1155 12 Ibid., hlm. 795

11 Tulungagung dalam menjalankan tugasnya berkaitan dengan pengembangan kemampuan atau kecakapan dalam membuat keputusan wirausahawan khususnya pada peserta pelatihan wirausaha yang beragama Islam dan menerapkan nilai-nilai syariah Islam pada usahanya untuk menghadapi persaingan komunitas ekonomi di negara-negara Asia Tenggara (negaranegara anggota ASEAN) di Kabupaten Tulungagung. F. Sistematika Pembahasan Sistematika penelitian ini berisi tentang isi keseluruhan penelitian yang terdiri dari bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir penelitian. Bagian awal memuat sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan penguji, halaman pernyataan keaslian, motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan abstrak. Adapun bagian isi, penelitian terdiri dari enam bab, yaitu: BAB I Pendahuluan, berisi uraian mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika pembahasan. BAB II Kajian Pustaka, memuat uraian tentang tinjauan pustaka atau buku-buku teks yang berisi teori-teori besar (grand theory) dan hasil dari penelitian terdahulu. Pembahasan dalam bab ini terdiri dari sub bab deskripsi teori mencakup teori-teori tentang MEA, wirausaha Islam, model-model pengembangan kompetensi

12 wirausaha, konsep dasar Unit Pelaksana Teknis Pelatihan Kerja, penelitian terdahulu, dan paradigma penelitian. BAB III Metode Penelitian, berisi tentang rancangan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, waktu penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahap penelitian. BAB IV Hasil penelitian, berisi tentang gambaran umum objek penelitian meliputi sejarah, profil lembaga, struktur organisasi, dan pegawaipegawai yang ada di UPT Pelatihan Kerja Tulungagung, temuan penelitian meliputi peranan UPT Pelatihan Kerja Tulungagung dalam pengembangan kompetensi nilai-nilai wirausaha Islam dalam rangka menghadapi MEA 2015 di Kabupaten Tulungagung dan hambatan-hambatan yang dialami oleh UPT Pelatihan Kerja Tulungagung dalam menjalankan peranannya, dan analisis data merupakan uraian tentang hasil analisis penulis dari data-data yang didapatkan, meliputi bagaimana peranan yang telah dilakukan UPT Pelatihan Kerja Tulungagung dalam rangka pengembangan kompetensi nilai-nilai wirausaha Islam untuk menghadapi MEA 2015 di Kabupaten Tulungagung dan hambatan-hambatan apa saja yang dialami oleh UPT Pelatihan Kerja Tulungagung dalam melaksanakan peranannya tersebut. BAB V Pembahasan hasil penelitian yang memuat keterkaitan antara temuan penelitian dengan teori-teori besar yang diuraikan di kajian

13 pustaka serta dilengkapi dengan implikasi-implikasi dari temuan penelitian. Pembahasan hasil penelitian ini meliputi bagaimana peranan UPT Pelatihan Kerja Tulungagung dalam rangka pengembangan kompetensi nilai-nilai wirausaha Islam untuk menghadapi MEA 2015 di Kabupaten Tulungagung dan hambatan-hambatan apa saja yang dialami oleh UPT Pelatihan Kerja Tulungagung dalam melaksanakan peranannya tersebut yang dikaitkan dengan teori-teori besar yang telah dukemukakan di kajian pustaka. BAB VI Penutup, dalam bab ini dikemukakan kesimpulan dan saran-saran. Bagian akhir laporan penelitian ini memuat uraian tentang daftar rujukan, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup peneliti.