ABSTRAK. Kata kunci: Keterbukaan perdagangan, pertumbuhan ekonomi, integrasi ekonomi, ASEAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

PENDAHULUAN Latar Belakang

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 2, OKTOBER 2017; p-issn: e-issn: SIAPKAH INDONESIA MENGHADAPI MEA?

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Kerja sama ekonomi internasional

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan.

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMASARAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN ( EMISI CO 2 ) DENGAN EKSPOR INDONESIA DALAM KERANGKA PERDAGANGAN DENGAN ASEAN5 +CHINA SKRIPSI. Oleh: Ayu Andria Sari

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

BAB 1 PENDAHULUAN. mendeklarasikan AEC sebagai tujuan integrasi ekonomi regional dalam kerangka

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya perjanjian kerjasama perdagangan antar dua negara atau yang

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

Transkripsi:

ABSTRAK Tahapan integrasi ekonomi yang telah berlangsung di kawasan ASEAN telah mencapai tahap ASEAN Economic Community (AEC). Dengan semakin terbukanya kawasan ASEAN diharapkan dapat membuat kawasan ini lebih terintegrasi dalam perekonomian global. Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa keterbukaan perdagangan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara keterbukaan perdagangan dengan perkembangan ekonomi yang terjadi di kawasan ASEAN. Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel yang menunjukkan hasil bahwa keterbukaan perdagangan yang telah terjadi tidak memiliki hubungan dengan perkembangan ekonomi di ASEAN. Hasil menarik lainnya yang didapatkan dalam penelitian ini adalah: terbuktinya teori catch-up effect yang terjadi pada negara CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam) dimana penambahan investasi di sektor infrastruktur akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi di negara CLMV lebih besar daripada negara lainnya. Kata kunci: Keterbukaan perdagangan, pertumbuhan ekonomi, integrasi ekonomi, ASEAN v

ABSTRACT The integration process in ASEAN-10 countries has reached ASEAN Economic Community stage. With a more opened ASEAN region, it is hoped that this region can be more integrated within the global economy. Several researches has proven that trade openness of a nation affects its economic growth. This research intends to see the relationship between trade openness and economic development within the ASEAN region. This research utilized panel data regression which then revealed the trade openness that has already happened has no relations with economic development in ASEAN. Another unique result attained from this research is: the catch-up effect is proved to occur within the CLMV nations where additional infrastructure investments lead to higher economic growth in CLMV nations than in the rest of ASEAN nations. Keywords: Trade openness, Economic growth, Economic integration, ASEAN vi

PRAKATA Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Dampak Keterbukaan Perdagangan terhadap Perkembangan Ekonomi di ASEAN-10. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Katolik Parahyangan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, koreksi, serta saran-saran dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama ini diantaranya: 1. Orang tua penulis, Bpk. Ruskin Trio Gunawan Bakkara dan Ibu Sri Budijastuti. Terima kasih atas kasih sayang, kesabaran, bimbingan, dukungan, dan pengorbanannya kepada penulis selama ini hingga akhirnya penulis dapat menempuh pendidikan hingga jenjang S1. Penulis menyadari bahwa ucapan terima kasih tidaklah cukup untuk menggambarkan seluruh pengorbanan yang telah dilakukan oleh bapak dan ibu saya yang tercinta ini. Terima kasih juga kepada kedua kakak kandung saya yaitu Fajarsah Ananta dan Mayasita Ananda yang telah memberikan dukungan dan semangat tiada henti kepada penulis agar menjadi seorang pribadi yang baik dan mandiri. Ucapan terima kasih selanjutnya penulis ucapkan juga kepada Justyna Fleszar dan Kai Mateusz serta seluruh keluarga besar di Polandia karena telah menjadi keluarga baru di dalam kehidupan penulis. 2. Ibu Januarita Hendrani, Ph.D, selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen kajian EIP. Terima kasih atas segala ilmu, arahan, bimbingan, pikiran, kesabaran, tenaga, dan berbagai informasi tambahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam proses penyusunan skripsi. vii

viii

DAFTAR ISI ABSTRAK... v ABSTRACT... vi PRAKATA... vii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiii 1. PENDAHULAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitan... 6 1.4 Kerangka Pikir... 7 2. TINJAUAN PUSTAKA... 11 2.1 Sejarah Pembentukan ASEAN... 11 2.2 Integrasi Ekonomi... 16 2.3 Hambatan Perdagangan: Tarif dan Non-Tarif... 18 2.4 Teori Pertumbuhan Endogen... 21 2.5 Teori Catch-Up Effect dan Diminishing Returns... 22 2.6 Hubungan Keterbukaan Perdagangan dengan Pertumbuhan Ekonomi... 25 3. METODE DAN OBJEK PENELITIAN... 30 3.1 Metode Penelitian... 30 3.2 Data dan Sumber Data... 30 ix

3.3 Teknik Analisis dan Model Penelitian... 32 3.3.1 Pemilihan Model Regresi... 33 3.3.2 Uji Chow... 35 3.3.3 Uji Hausman... 36 3.4 Objek Penelitian... 36 3.4.1 Tingkat Pertumbuhan GDP... 37 3.4.2 Tingkat Keterbukaan Perdagangan... 38 3.4.3 Hambatan Perdagangan Non-Tarif... 39 3.4.4 Gross Fixed Capital Formation (GFCF)... 41 3.4.5 Foreign Direct investment (FDI)... 42 3.4.6 Labor Rate of Participation (LABOR)... 43 4. HASIL DAN PEMBAHASAN... 45 4.1 Hasil Penelitian... 45 4.2 Uji Asumsi Klasik... 47 4.3 Uji Signifikansi... 48 4.3.1 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Simultan (F-statistic)... 48 4.3.2 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Parsial... 49 4.4 Koefisien Determinasi (R 2 )... 50 4.5 Pembahasan... 51 5. PENUTUP... 60 DAFTAR PUSTAKA... 64 x

LAMPIRAN... A-1 RIWAYAT HIDUP PENULIS... A-2 xi

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Total perdagangan ASEAN, Intra-ASEAN,share (%), dan Inter-ASEAN, share (%) Tahun 2007-2014... 5 Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian... 7 Gambar 3. Grafik Kesesimbangan Tarif... 19 Gambar 4. Hubungan Catch-Up Effect dan Diminishing Returns... 24 Gambar 5. Rata-rata Pertumbuhan GDP (GDP Growth) Negara ASEAN dari Tahun 2004-2014... 38 Gambar 6. Rata-rata Pertumbuhan GDP (GDP Growth) Negara ASEAN dari Tahun 2004-2014... 39 Gambar 7. Jumlah Hambatan Perdagangan Non-Tarif (sanitary and phitosanitary (SPS), antidumping, dan safeguard) Negara ASEAN dari Tahun 2004-2014... 41 Gambar 8. Rata-rata Total investasi fisik Negara ASEAN terhadap GDP dari Tahun 2004-2014(%)... 42 Gambar 9. Rata-rata Nilai FDI (Foreign Direct Investment) Negara ASEAN dari Tahun 2004-2014 (juta US$)... 43 Gambar 10. Rata-rata Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (15+) Negara ASEAN dari Tahun 2004-2014 (juta US$)... 44 Gambar 11. Total perdagangan Intra dan Inter ASEAN tahun 2006-2013... 52 Gambar 12. Kondisi Ekonomi 4 Tahun terakhir di ASEAN sejak 2014... 53 xii

DAFTAR TABEL Tabel 1. Tahapan Integrasi dan Kerja Sama ASEAN....12 Tabel 2. Tahapan Integrasi Ekonomi Bela Balassa... 17 Tabel 3. Efek Sesudah dan Sebelum Berlakunya Tarif... 20 Tabel 4. Variabel dan Sumber Data... 30 Tabel 5. Keterangan Model... 33 Tabel 6. Hasil Regresi Model Common Effect Model (CEM)....46 Tabel 7. Hasil Regresi Akhir... 47 Tabel 8. Correlation Matrix... 48 Tabel 9. 10 Komoditas Ekspor Unggulan ASEAN 2014... 55 Tabel 10. 5 Komoditas Ekspor dan Impor Unggulan intra-inter ASEAN 2014... 56 xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Asia Tenggara secara geopolitik dan geoekonomi mempunyai suatu nilai strategis pada kawasan tersebut. Kondisi ini menyebabkan kawasan ini menjadi ajang persaingan pengaruh kekuatan pada era perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Situasi persaingan telah terjadi sejak dulu di kawasan Vietnam ditandai dengan adanya perang Vietnam, kawasan Laos dan Kamboja dengan konflik militernya, serta konflik bilateral antar negara-negara di Asia Tenggara. Persaingan pengaruh ideologi dan kekuatan militer yang dapat menyeret negara-negara di kawasan Asia Tenggara ke dalam konflik bersenjata, membuat para pemimpin negara-negara di kawasan Asia Tenggara sadar bahwa perlu ada suatu kerja sama yang dapat meredakan sikap saling curiga di antara negara anggota serta mendorong usaha pembangunan bersama di kawasan Asia Tenggara. Menindaklanjuti hal tersebut, pada tanggal 8 Agustus 1967, bertempat di Bangkok, Thailand, lima wakil negara pemerintahan negara-negara Asia Tenggara, yaitu perwakilan dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, menandatangani Deklarasi ASEAN atau lebih dikenal dengan Deklarasi Bangkok. Deklarasi Bangkok inilah yang menjadi awal mula berdirinya organisasi kawasan yang dinamakan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations / ASEAN). Organisasi ini memiliki tujuan awal untuk mendorong terciptanya perdamaian dan stabilitas wilayah, melakukan percepatan pertumbuhan ekonomi, dan membentuk kerja sama di berbagai bidang dalam kepentingan bersama antar negara anggota. Sejak ASEAN didirikan, negara anggota telah menyadari bahwa kerja sama ekonomi merupakan salah satu agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerja sama ekonomi hanya berfokus pada program-program pemberian preferensi perdagangan (prefential trade) dan skema-skema saling melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN. Seiring berjalannya waktu, ASEAN mulai mengalami penambahan anggota hingga pada akhirnya jumlah anggota ASEAN mencapai 10 negara yang berada di kawasan Asia Tenggara. Proses globalisasi yang ditandai dengan semakin meningkatnya ketergantungan antarbangsa dan tidak ada satu pun negara yang mampu menghadapi perubahan global tersebut tanpa mengandalkan negara lain. 1

Proses integrasi yang terjadi di berbagai kawasan di dunia telah menyediakan sarana bagi negara-negara anggota yang tergabung dalam integrasi ekonomi untuk melakukan berbagai bentuk kerja sama baik kerja sama bilateral maupun multilateral. Akan tetapi beberapa integrasi ekonomi yang telah berlangsung masih memiliki banyak kekurangan dan perlu dikaji kembali pelaksanaanya. Argumen dasar yang menjadikan integrasi ekonomi ataupun integrasi regional menjadi penting adalah manfaat yang ditawarkan bagi negara anggota untuk memperluas pasar dan mempromosikan kompetisi dengan menghilangkan berbagai hambatan perdagangan di antara negaranegara yang menjadi anggota integrasi ekonomi tersebut. Proses integrasi yang terjadi di kawasan ASEAN telah menghasilkan kebijkan untuk mengurangi beberapa hambatan tarif dan non-tarif yang diterapkan oleh negara anggota ASEAN. Hal ini bertujuan agar akses pasar antar negara dapat lebih terbuka. Akan tetapi hampir saat ini perkembangan ekonomi yang terjadi di kawasan ASEAN masih belum dapat dinikmati secara merata, khususnya bagi negara CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam). Pertumbuhan dan perkembangan negara ASEAN-6 (Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Brunei Darussalam) masih menjadi motor utama penggerak ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Menurut Mazumdar (1996) manfaat dari liberalisasi perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara bagi pertumbuhan negaranya bergantung pada komposisi perdagangannya. Mazumdar (1996) juga berhipotesis bahwa komposisi perdagangan dapat menentukan kekuatan dari motor pertumbuhan suatu negra (engine of growth). Selanjutnya, hubungan keterbukaan perdagangan dengan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara menjadi salah satu topik yang telah memunculkan banyak hasil penelitian. Hal ini ditunjukkan pertama kali oleh Smith (1937) dan Ricardo (1973) dalam Pigka- Balanika (2013). Penelitian mereka menunjukkan hubungan positif antara keterbukaan perdagangan dengan pertumbuhan. Menurut Smith dalam model Ricardian, keterbukaan dapat meningkatkan pendapatan per kapita suatu negara ketika negara tersebut memiliki spesialisasi khusus yang diperoleh dari produktfitas tenga kerjanya (comparative laborproductivity advantage). Keterbukaan juga secara tidak langsung dapat menyebabkan perkembangan melalui jalur kegiatan yang berbeda-beda seperti: transfer teknologi, diversifikasi produk, adanya peningkatan skala ekonomi (economies of scale), serta adanya alokasi sumber daya yang lebih efisien. Banyak ekonom mendukung pendapat bahwa proteksionisme dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Sementara itu, beberapa analis 2

liberal berpendapat bahwa tingkat keterbukaan perdagangan suatu negara yang semakin tinggi akan menyebabkan kinerja ekonomi yang lebih baik pula (Pigka-Balanika, 2013). Dualisme pandangan tentang negara yang lebih proteksionis dan lebih terbuka tersebut menjadi dasar pemikiran serta pertanyaan penelitian, yaitu apakah keterbukaan perdagangan memiliki hubungan terhadap pertumbuhan ekonomi negara anggota ASEAN. Dalam dokumen cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN juga disampaikan bahwa dalam menuju AEC (ASEAN Economic Community) ASEAN memerlukan wawasan keluar agar tetap menjaga hubungan kerja sama dengan negara lain. Artinya dalam kegiatan integrasi yang dilakukan ASEAN tidak menutup kemungkinan ASEAN menjadi lebih terbuka lagi baik kerja sama antar anggota ASEAN maupun dengan negara-negara di luar ASEAN. Perkembangan perekonomian dunia dan pola hubungan antar negara secara umum seolah-olah menjadi semakin menurun. Hal ini tentu saja membuat semakin terbukanya perdagangan antar negara sehingga diharapkan dapat meningkatkan akses pasar suatu produk ke negara lain. Keterbukaan ekonomi dan perdagangan memiliki 2 konsekuensi, yaitu tantangan dan peluang. Semakin terbukanya perdagangan antar suatu negara dengan negara lainnya dapat memberikan peluang meningkatnya akses pasar suatu produk dalam negeri di pasar internasional sekaligus juga tantangan persaingan produk dalam negeri dengan produk luar negeri. Perkembangan dari pertumbuhan faktor produksi dan kemajuan teknologi yang dimiliki oleh suatu negara memiliki pengaruh dalam pergeseran batasan produksi suatu negara. Tinggi rendahnya volume perdagangan suatu negara dapat bergantung pada dua faktor yang dinilai penting. Hal penting yang pertama, yaitu bergantung pada tingkat di mana output dari komoditas yang dapat diekspor dan diimpor oleh suatu negara itu dapat tumbuh. Kemudian yang kedua, bergantung pada pola konsumsi suatu negara seiring dengan berkembangnya pendapatan nasional melalui pertumbuhan dan aktifitas perdagangan. Menurut Baliamoune-Lutz & Ndikumana (2007) beberapa teori dan literatur menyatakan bahwa liberalisasi perdagangan dapat memperluas peluang perdagangan, meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya (terhadap sektor yang paling efisien), dan mempercepat perkembangan teknologi terutama melalui kegiatan liberalisasi impor. Pada akhirnya semakin tinggi teknologi yang diimpor oleh suatu negara diharapkan dapat meningkatkan inovasi dalam negeri, sehingga meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan. 3

Penghapusan hambatan perdagangan dan peningkatan akses dalam kegiatan perdagangan yang berlangsung di ASEAN telah menjadi inisiatif awal yang menunjukkan bahwa ASEAN mampu mengikuti perkembangan dunia yang ada. Penghapusan hambatan perdagangan yang memiliki fokus khusus dalam penghapusan tarif di intra- ASEAN telah berjalan sejak komitmen CEPT (Common Effective Prefential Tariff) diberlakukan ketika pembentukkan AFTA (ASEAN Free Trade Area). Berkat diberlakukannya ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) pada bulan Mei 2010 lalu, penghapusan pembatasan perdagangan tarif yang lebih komprehensif diambil sebagai langkah untuk lebih memfasilitasi kegiatan perdagangan antar sesama anggota maupun dengan negara di luar ASEAN. Salah satu kebijakan dari adanya ATIGA yang dinilai dapat memfasilitasi aktifitas perdagangan di ASEAN adalah kebijakan bea cukai yang harus lebih sederhana, harmonis, efisien, mempersingkat prosedur dan aturan-aturan, serta penghapusan hambatan teknis lainnya yang dapat menghambat aktifitas kegiatan perdagangan. 1.2 Rumusan Masalah Kerja sama ekonomi di kawasan ASEAN yang menghendaki terciptanya sebuah kawasan perdagangan bebas yang memiliki program komprehensif untuk mereduksi tarif regional berawal dari dibentuknya AFTA. AFTA melalui perjajian skema CEPT, merupakan bentuk kerja sama antar negara anggota ASEAN yang menjadi awal mula kerja sama di bidang ekonomi pada kawasan ini. AFTA diharapkan dapat mempercepat terjadinya integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara menjadi suatu pasar produksi tunggal dalam lingkup regional. Pencapaian AFTA juga diharapkan mampu mempercepat terjadinya liberalisasi perdagangan intra-asean dan peningkatan investasi melalui skema CEPT. Akan tetapi, pasca AFTA, kondisi share perdagangan intra-asean belum menunjukkan perkembangan yang berarti jika dibandingkan dengan share perdagangan inter-asean. 4

Gambar 1. Total Perdagangan ASEAN, Intra-ASEAN trade share (%), dan Inter-ASEAN trade share (%) Tahun 2007-2014 % 100 75 50 75 75.2 75.5 74.6 74.9 75.7 75.8 75.9 2,476 2,512 2,388 2,529 2,009 1,897 1,661 1,537 $3,000 $2,500 $2,000 $1,500 25 0 25 24.8 24.5 25.4 25.1 24.3 24.2 24.1 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Intra-ASEAN Inter-ASEAN Total Perdagangan, US$ milyar $1,000 $500 $0 Sumber: ASEAN Integration Report, 2015 Berdasarkan gambar 1 kondisi perdagangan pasca AFTA masih belum menunjukkan adanya peningkatan hasil perdagangan di kawasan ASEAN. Kondisi yang terjadi menunjukkan bahwa rata-rata total perdagangan intra-asean hanya mampu mengambil sebanyak 25% saja jika dibandingkan dengan total perdagangan inter- ASEAN yang memiliki rata-rata sebesar 75% sejak tahun 2007 hingga 2014. Jika dilihat dari data di atas, kondisi negara-negara anggota ASEAN yang semakin terbuka sejak diberlakukannya AFTA dan beberapa perjanjian kawasan lainnya ternyata masih belum mampu dimanfaatkan untuk mengembangkan volume perdagangan antar negara ASEAN. Perkembangan kegiatan integrasi dan kerja sama yang telah terjadi di kawasan ASEAN saat ini telah mencapai tahapan AEC (ASEAN Economic Community). Hasil perdagangan pasca AFTA ini tentu menjadi masalah yang perlu diperhatikan bagi ASEAN dalam menempuh tahapan AEC. Ditambah lagi tahapan integrasi ekonomi yang terjadi di kawasan ASEAN tidak mengikuti kaidah teoritis tentang tahapan integrasi ekonomi yang dikembangakan oleh Balassa (1961). Menurut Balassa (1961) tahapan dalam integrasi ekonomi dimulai dari Prefential Trade Agreement (PTA), Free Trade Area (FTA), Custom Union (CU), Common Market (CM), Economic Union (EU), dan Complete Economic Integration dimana masing-masing tahapan ini seharusnya dilakukan secara 5

berurutan. Jika dilihat rangkaian perjalanan tahapan integrasi yang telah berlangsung, ASEAN melewati tahapan Custom Union dimana pada tahapan ini perjanjian tarif dengan negara mitra dagang telah terintegrasi. Beberapa permasalahan yang telah dikemukakan perlu menjadi perhatian bagi negara-negara anggota ASEAN yang saat ini telah semakin terbuka karena perjanjian-perjanjian dagang dan tahapan integrasi yang terjadi telah membuat hambatan perdagangan menjadi berkurang. Oleh sebab itu, perlu diteliti lebih lanjut apakah keterbukaan perdagangan yang terjadi di ASEAN memiliki pengaruh terhadap perkembangan ekonomi negara-negara anggotanya. 1.3 Tujuan Penelitian Pada saat waktu yang bersamaan kecepatan dalam pertumbuan ekonomi di masing-masing negara relatif berbeda. Alasan utama atas kesenjangan pertumbuan ekonomi yang berbeda-beda di masing-masing negara disebabkan oleh adanya perbedaan kebijakan ekonomi yang diterapkan. Hubungan keterbukaan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN menjadi menarik untuk dibahas karena kegiatan integrasi yang telah terjadi serta perjanjian antar kawasan ASEAN selama ini telah menghasilkan banyak keputusan yang secara tidak langsung memiliki tujuan untuk menghapus segala bentuk hambatan perdagangan tarif maupun non-tarif dengan agar memberikan kemudahan dalam aktivitas perdagangan. Adapun pengelompokan pemilihan negara yang akan dianalisis dalam pembahasan yaitu, negara ASEAN-6 dan negara CLMV. Pemilihan pembatasan pembahasan negara yang dilakukan karena negara ASEAN-6 dan negara CLMV memiliki kebijakan penerapan penurunan tarif yang berbeda. Menurut ASEAN Annual Report (2014) baik ASEAN-6 dan CLMV telah melakukan kebijakan penurunan tarif sejak tahun 2000 hingga tahun 2013, namun perbedaan bagi ASEAN-6 dan CLMV terlihat bahwa pada tahun 2010 ASEAN-6 telah berhasil melakukan penurunan tarif hingga 0% dan untuk CLMV pada tahun 2010 masih menerapkan tarif sebesar 0.6%. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah keterbukaan perdagangan yang terjadi di kawasan ASEAN berdampak pada perkembangan ekonomi negara anggota ASEAN. 6

1.4 Kerangka Pikir Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Keterbukaan Perdagangan Hambatan Perdagangan non-tarif Gross Fixed Capital Formation Pertumbuhan Ekonomi Foreign Direct Investment Labor Rate of Participation Variabel Dummy DCLMV*GFCF Apakah suatu sistem perekonomian yang terbuka tumbuh lebih cepat daripada sistem ekonomi yang tertutup? Hampir semua studi empiris tentang pertumbuhan dan keterbukaan suatu negara telah memberikan jawaban yang kuat untuk pertanyaan ini. Alasan kuat untuk menjawab kebiasan yang mendukung liberalisasi perdagangan sebagian besar didasarkan pada kesimpulan dari berbagai studi empiris, yang menyatakan bahwa ekonomi yang berorientasi keluar (outwards-oriented) secara konsisten memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi daripada negara-negara yang berorintasi kedalam (inward-oriented) (Yanikkaya, 2003). Perlu diperhatian bahwa keterbukaan perdagangan suatu negara menjadi lebih penting lagi ketika negara-negara mitra dagang memiliki kemiripan yang asimetris dalam artian bahwa mereka memiliki teknologi yang sangat berbeda dan endowment yang berbeda juga sehingga hal ini dapat mepengaruhi pertumbuhan masing-masing negara jika integrasi ekonomi dilakukan (Grossman dan Helpman, 1991). Adanya keterbukaan perdagangan ini juga diharapkan dapat mampu lebih meningkatkan perdagangan antar negara kawasan dengan asumsi hambatan perdagangan yang semakin menurun. Ketika intensitas perdagangan telah meningkat maka hasil dari pendapatan negara akibat melakukan perdagangan diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi negara. Jadi, 7

hipotesis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah semakin terbukanya suatu negara diharapkan memiliki pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Sejak dibentuknya WTO (World Trade Organization) pada tahun 1995, kesepakatan yang dihasilkan pada pertemuan dalam forum tersebut menghasilkan beberapa bentuk kebijakan tentang masalah tarif. Akibat dari turunnya hambatan tarif diantara negara-negara anggota WTO, tarif bea masuk terhadap produk-produk impor yang masuk ke negara mereka menjadi lebih rendah bahkan untuk beberapa kawasan integrasi ekonomi penurunan tarif hingga mencapi nol. Dalam kasus ini terlihat ASEAN telah melakukan kebijakan penurunan tarif sampai saat ini. Akan tetapi penurunan tarif masih belum menghilangkan seluruh hambatan perdagangan yang terjadi saat ini. Hambatan perdagangan non-tarif yang semakin menurun juga dapat mempengaruhi pendapatan negara yang ikut menurun juga akibat pendapatan dari adanya hambatan perdagangan non-tarif menjadi berkurang. Pada akhirnya, permasalahan hambatan nontarif menjadi penting untuk dicermati sebagai suatu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dari aktifitas perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara. Gross Fixed Capital Formation (GFCF), Labor participation rate (Partisipasi Angkatan Kerja), dan Foreign Direct Investment (FDI) menjadi variabel kontrol yang dapat membantu menjelaskan arah hubungan yang terjadi antara keterbukaan perdagangan dengan pertumbuhan ekonomi. Ketiga variabel ini digunakan penulis dalam menyusun kerangka pemikiran karena dinilai memiliki kaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Gross Fixed Capital Formation (GFCF) atau yang lebih dikenal dengan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) merupakan pengeluaran untuk barang modal yang mempunyai umur lebih dari satu tahun dan tidak merupakan barang konsumsi. PMTB mencakup bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, bangunan lain seperti jalan dan bandara, serta mesin dan peralatan (BPS, 2016). Ketersediaan infrastruktur sangat diperlukan negara dalam menunjang aktifitas kegiatan perdagangan. Dalam hal ini peran infrastruktur dinilai merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang kegiatan perdagangan antar negara yang bertujuan agar arus barang dan jasa dapat berpindah dengan mudah. Adanya infrastruktur yang memadai diharapkan mampu menciptakan kegiatan perdagangan antar negara maupun dalam negeri menjadi semakin lancar dan dapat mengurangi hambatan dalam kegiatan distribusi input maupun output dari suatu kegiatan produksi. Infrastruktur juga dapat mempelancar kegiatan dari mobilitas input dan hasil output dalam kegiatan produksi. Jika 8

suatu negara memiliki sarana infrastruktur yang masih rendah, misalkan sarana jalan raya, bandara, pelabuhan, sarana informasi serta infrastruktur pendukung lainnya yang masih belum tersedia, maka daya saing negara tersebut menjadi rendah jika dibandingkan dengan negara yang telah jauh lebih maju dalam penyediaan sarana infrastruktur. Menurut Bhattacharyay (2009) peran infrastruktur sangat penting dalam pembangunan sosial ekonomi dan integrasi ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa infrastruktur merupakan faktor dasar yang mampu mendorong perubahan ekonomi di berbagai sektor lokal maupun internasional. Pada akhirnya tanpa adanya peran infrastruktur dan teknologi maka kegiatan produksi tidak akan berjalan dengan efektif dan memiliki banyak kekurangan. Labor participation rate (Partisipasi Angkatan Kerja) atau lebih dikenal dengan sebutan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) adalah presentase banyaknya angkatan kerja terhadap banyaknya penduduk yang berumur 15 tahun ke atas (BPS, 2016). Pemilihan variabel Labor participation rate (Partisipasi Angkatan Kerja) yang berusia 15 tahun ke atas ini digunakan penulis untuk menggambarkan kondisi demografi yang ada di ASEAN. Usia produktif yang terletak antara 15 tahun hingga 64 tahun merupakan sumber potensi sumber daya potensial negara dalam bidang sumber daya manusia. ASEAN memiliki rata-rata tingkat partisipasi angkatan kerja yang berumur 15 tahun ke atas sebesar 71.20% selama tahun 2004-2014. Hal ini tentu saja memberikan gambaran bahwa telah terjadi kenaikan jumlah angkatan kerja potensial di ASEAN. Semakin tinggi TPAK suatu negara maka semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja (labor supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Sebelum melakukan perdagangan, suatu negara berusaha untuk menghasilkan output yang nantinya akan diperdagangkan atau dikonsumsi dalam negeri. Dalam aktifitas memproduksi suatu output, dibutuhan input. TPAK dinilai dapat menggambarkan bagaimana ketersediaan tenaga kerja aktif yang dapat bekerja untuk menghasilkan output di suatu negara. Menurut Jati (2015), bonus demografi harus dioptimalkan semaksimal mungkin demi pertumbuhan ekonomi melalui investasi sumber daya manusia yang modern. Ledakan penduduk usia kerja ini akan memberikan keuntungan ekonomi apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) Penawaran tenaga kerja (labor supply) yang besar meningkatkan pendapatan per kapita jika mendapatkan kesempatan kerja yang produktif; (2) Adanya peranan perempuan, yaitu jumlah yang sedikit memungkinkan perempuan memasuki pasar tenaga kerja dan membantu meningkatkan pendapatan; (3) Adanya tabungan (savings) masyarakat yang 9

diinvestasikan secara produktif; dan (4) Modal manusia (human capital) yang berkualitas jika ada investasi untuk itu. Semakin terbukanya negara-negara di ASEAN melalui kesepakatan integrasi ekonomi yang telah terjadi membuat kesempatan para investor baik berasal dari ASEAN maupun non-asean untuk melakukan investasi di kawsan ini. FDI yang masuk ke suatu negara dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu negara atau suatu kawasan tersebut. Selain itu, peningkatan GDP suatu negara juga dapat menggambarkan peningkatan ukuran pasar sehingga negara-negara yang mengalami peningkatan GDP tersebut menjadi sasaran para investor untuk menjadi basis dalam melakukan penjualan produknya. FDI juga dinilai dapat memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi suatu negara melalui aliran investasi asing yang masuk sehingga dengan adanya FDI, kapital untuk kegiatan produksi dalam domestik menjadi bertambah, kualitas input menjadi lebih baik, sehingga diharapkan output dari kegiatan produksi menjadi meningkat. Adanya kualitas produk yang semakin baik diharapkan dapat menjadi daya tarik negara lain dalam menggunakan hasil produk dari negara tersebut. Selanjutnya dengan adanya penambahan variabel dummy pada penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan interaksi antara kelompok negara-negara CLMV dan ASEAN-6 jika terjadi perbedaan infrastruktur. Hal tersebut digambarkan dengan variabel dummy negara CLMV dikalikan dengan variabel GFCF yang dalam penelitian ini digunakan oleh penulis untuk menggambarkan kondisi infrastruktur masingmasing negara ASEAN. Kondisi infrastruktur ini sangat penting menjadi perhatian dalam kegiatan integrasi yang telah terjadi di ASEAN karena kondisi geografi negara-negara ASEAN yang tidak berada dalam satu kepulauan. Oleh sebab itu, untuk menganalisis lebih lanjut peran pengaruh infrastruktur terhadap perkembangan ekonomi bagi kelompok negara CLMV maupun non CLMV penulis menggunakan bantuan variabel dummy interaksi untuk menggambarkan pengaruhnya. 10