BAB V PENUTUP. sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Bahwa Prinsip syariah yang di tuangkan dalam akad Dalam hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Prinsip Syariah Dalam Akad/Kontrak Pada Asuaransi. Jiwa Bersama (AJB) Syariah Cabang Yogyakarta.

PRAKTIK ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH

1. PENDAHULUAN. diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi risiko yang terjadi di masa yang

SALINAN NOMOR 18 /PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

SILABI MATA KULIAH HUKUM LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON-BANK

BAB V PENUTUP. syariah yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Asuransi Syariah. Insurance Goes To Campus. Oleh: Subchan Al Rasjid. Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013

BAB V PEMBAHASAN. A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus. masyarakat sebagai calon peserta asuransi.

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.05/2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGELOLA STATUTER PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN

BAB VI PENUTUP. Dari uraian pembahasan diatas, maka peneliti menyimpulkan dari hasil

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi

BAB IV ANALISIS. A. Pengelolaan dana tabarru pada AJB Bumiputra 1912 kantor cabang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENSIUN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Unsur Fatwa Ketentuan dalam fatwa Implementasi di AJB tijarah tabarru

Sharing (berbagi resiko). Cara pembayarannya sesuai dengan kebutuhan

Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian (research) adalah usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk

EVALUASI MEKANISME PENGELOLAAN DANA DENGAN SISTEM MUḌᾹRABAH PADA ASURANSI SYARIAH (STUDI KASUS DI AJB BUMIPUTERA 1912 CABANG SYARIAH SURAKARTA)

BAB 4 PEMBAHASAN. kontribusi yang dibayarkan oleh peserta, dana investasi dari akad mudharabah, hasil

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmengertianya akan masalah metafisis. Manusia tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan khususnya kehidupan ekonomi sangat besar baik itu

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI

Perusahaan adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah. 4. Perusahaan Asu

BAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR. A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO.53/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD TABARRU

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG POLIS ASURANSI JIWA DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH PRODUK UNIT LINK SYARIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian

LAMPIRAN VIII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan prinsip syariah demi menarik perhatian masyarakat,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat pemanfaatan lembaga keuangan baik bank maupun non bank sulit

- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, dengan mengacu atas rumusan masalah penelitian. Maka

DAFTAR PUSTAKA. Al-Qur an Al Karim Dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, CV. Thoha Putra

Komparasi Undang-undang

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PERINTAH TERTULIS PADA SEKTOR PERASURANSIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

Materi 5 Operasional Lembaga Bisnis Syariah. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan juga terjadi di Indonesia. 1. meminjamkan uang serta memberikan jasa-jasa pembiayaan untuk

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 RANCANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Muhammad Khaeruddin Hamsin, Lc, LLM, Ph.D

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Pengelolaan Dana Tabarru Pada Produk Unit Link

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

BAB VI PENUTUP. 1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa praktek BPJS. Kesehatan Kabupaten Jember dalam melayani para anggotanya sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. terduga akan terjadi, yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian baik bagi

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. 1. Perbankan sekarang ini bukanlah sesuatu yang asing bahkan, pada masa

BAB I PENDAHULUAN. umat agama lain. Islam adalah rahmatan lil alamin rahmat bagi alam semesta.

perbankan di Indonesia menganut dual banking system yaitu perbankan konvensional dan

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

BAB V PEMBAHASAN. Pada bagian ini penulis akan menyajikan kesesuaian praktik akad asuransi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan

DAFTAR PUSTAKA. , 2007, Perbankan Syariah Di Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa K

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan paling strategis bagi pendorong

BAB I PENDAHULUAN. lebih lagi menyangkut lembaga perekonomian umat Islam. Hal ini karena agama

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10/POJK.05/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT RISIKO LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

No. 15/22/DPbS Jakarta, 27 Juni 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

) **+*&,'**- *** *.'/ %$!. 01&2*3+*&41&**5$ (+2 Hai orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yan

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Le

Sosialisasi Peraturan OJK No.41/POJK.05/2015 tentang Tata Cara Penetapan Pengelola Statuter Pada Lembaga Jasa Keuangan. Jakarta, 15 Februari 2016

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut PSAK No 108, paragraph 7, definisi asuransi syariah adalah:

WORKSHOP NASIONAL KURIKULUM AKUNTANSI SYARIAH UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 6 Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami musibah, dan ia tidak memiliki

Seminar Implementasi dan Dampak Penerapan POJK No.72/POJK.05/2016 Terhadap Industri Asuransi Syariah AKUNTANSI UJRAH.

REGULASI ENTITAS SYARIAH

BAB III KONDISI OBYEKTIF PT. ASURANSI JIWA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.04/2014 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Analisis Penerapan Akuntansi Asuransi Pensiun Syariah (Studi Kasus pada Bringin Life Syariah Kantor Cabang Surabaya)

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.01/2015 TENTANG PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka kini sampailah pada kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dapat di tarik dari pembahasan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Bahwa Prinsip syariah yang di tuangkan dalam akad Dalam hal ini terdapat perbedaan istilah antara DSN dengan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) BUMIPUTERA Syariah, akan tetapi dari segi prinsip, keduanya sama yaitu, akad tijarah (DSN) dan akad mudharabah (AJB) yang dimaksudkan adalah bagi hasil (mudharabah). Sedangkan istilah akad tabarru (pada AJB) telah sama dengan yang di gunakan Dewan Syariah Nasional (DSN) yang merupakan hibah atau pemberian yang tidak akan di kembalikan. Dalam akad tersebut di sebut juga akad wakalah bil-ujrah (DSN) menyebutkan bahwa Wakalah bil-ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk melakukkan kegiatan perasuransian termasuk mengelola dana peserta dengan imbalan pemberian ujrah (fee), hal ini sama dengan penerapan yang dilakukan yaitu (AJB) ujrah merupakan bagian kontribusi yang dibayarkan oleh peserta 82

83 kepada perusahaan yang di gunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan dalam rangka pengelolaan asuransi jiwa syariah. ketentuan dalam akad tersebut sepenuhnya telah sesuai dengan dengan ketentuan prinsip-prinsip DSN, bahwasanya dalam akad mudharabah perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola) sedangkan peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis) dan dalam akad tabarru peserta memberikan hibah yang akan di gunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah sedangkan perusahaan hanya bertindak sebagai pengelola dana hibah tersebut. Dengan demikian prinsip operasional asuransi syariah lebih menekankan pada prinsip tolong-menolong, dan keadilan. 2. Bahwa Adapun untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai beberapa wewenang antara lain melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap industri perasuransian, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan industri perasuransian sebagaimana dimaksud dalam UU Perasuransian, termasuk kewenangan perizinan kepada industri perasuransian. Dalam hal pengelola statuter pada perusahaan asuransi merupakan bentuk pengawasan yang berada pada otoritas jasa keuangan. Penunjukan pengelola statuter dilakukan apabila pengelolaan suatu industri perasuransian dinilai merugikan kepentingan konsumen sehingga diperlukan pengelola yang dapat mewakili kepentingan OJK

84 dan konsumen. Pengelola statuter mempunyai tanggung jawab untuk memberikan laporan bulanan kepada OJK, laporan tersebut salah satunya adalah pengelola statuter memberikan rekomendaasi kepada OJK. Sedangkan pengawasan yang di lakukan oleh Dewan pengawas syariah (DPS) sebagai penasihat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit usaha syariah, dan pimpinan kantor cabang syariah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariah, DPS sebagai mediator perusahaan asuransi syariah dengan DSN dalam mengkomunikasikan usulan pengembangan produk dan layanan perasuransian yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN. Selanjutnya perwakilan DSN yang ditempatkan pada perusahaan asuransi syariah. DPS wajib menjelaskan kegiatan usaha dan perkembangan perasuransian syariah yang diawasinya kepada DSN paling sedikit sekali dalam satu tahun. Kedudukan DPS di perusahaan asuransi syariah juga adalah sebagai penjamin yang mengawasi perjalanan perasuransian sesuai dengan prinsip syariah.

85 B. Saran Selanjutnya di dalam skripsi ini juga memberi saran-saran antara lain sebagai berikut: 1. Asuransi Jiwa Bumiputera syariah, dalam hal akad lebih menjelaskan mengenai hal-hal yang mengenai prinsip landasan syariah, agar masyarakat dalam berasuransi lebih percaya kepada perusahaan asuransi tersebut, sehingga masyarakat tidak takut dalam berasuransi, yang bebas mengandung unsur riba, spekulasi, kecurangan, dan ketidakjelasan. 2. Otoritas Jasa Keuangan seharusnya memperkuat pengawasan terhadap industri perasuransian mengingat perasuransian adalah penghimpun dana masyarakat yang cukup diminati pada saat ini. Tujuannya adalah agar nantinya masyarakat tidak lagi merasa dirugikan oleh perusahaan asuransi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk berasuransi. Lemahnya pengawasan pada sektor perasuransian diakibatkan karena kurangnya tenaga pengawas pada lembaga OJK sehingga OJK sering kecolongan dalam melakukan pengawasan pada sektor ini. Agar OJK tidak kecolongan dalam melakukan pengawasan industri perasuransian, maka seharusnya OJK meningkatkan kinerjanya dalam melakukan pengawasan industri perasuransian dengan cara menambah tenaga pengawas untuk industri perasuransian. Hal ini bertujuan agar tidak ada perusahaan asuransi melakukan kecurangan yang berakibat merugikan masyarakat.

86 3. Pengelola statuter merupakan hal baru dalam industri perasuransian, diharapkan OJK melakukan sosialisasi kepada masyarakat pada umumnya dan perusahaan asuransi pada khususnya. Hal ini bertujuan agar masyarakat dan perusahaan asuransi memahami fungsi dan tugas pengelola statuter. 4. Selanjutnya Dewan Pengawas Syariah (DPS), DPS sebagai salah satu representasi dari peran ulama harus ditingkatkan lagi perannya karena selain untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produkproduk perasuransian syari ah juga untuk mengoptimalkan peran DPS selain di bidang pengawasan juga dalam hal pengembangan perasuransian itu sendiri.

88 DAFTAR PUSTAKA A. BUKU AM. Hasan Ali, MA., 2004, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta, Prenada Media. Ahmad Azhar Basyir, 2000, Asas-asas Hukum Mu amalah, Yogyakarta, UII Press. Chairuman Pasarbu dan Suhrawadi K. Lubis, 2004, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta, Sinar Grafika. Djoko Prakoso, Ketut Murtika, 1987, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta, PT.Bina Aksara. Faturahman Djamil, 2001, Hukum perjanjian Syariah dalam Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. Gemala Dewi, 2007, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Dan Persuransian Syariah Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup. Galuh Sri Sudarwati, Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera syariah, Dalam wawancara penelitian skripsi, 17 Maret 2017. Husain Husain Syahatah, 2006, Asuransi Dalam Perspektif Islam, Jakarta, Sinar Grafika Offset. Kuat Ismanto, 2016, Asuransi Perspektif Maqasid Asysyariah,Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Muhammad, 2015, Manajemen Asuransi Syariah, Yogyakarta,Uii Press. Muhammad Firdaus et al, 2005, Briefcase book Edukasi Profesional Syariah Sistem Operasional Asuransi Syariah, Jakarta,Renaisan. Muhammad syakir sula, 2004, Asuransi Syariah Konsep Dan Sistem Operasional, jakarta,gema Insani. Soerjono Soekanto, Sri Mamdji, 1985, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta, Rajawali. Wirdyaningsih et al, 2005, Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup.

89 B. PERATURAN Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 69 /POJK.05/2016 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Dan Perusahaan Reasuransi Syariah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 73 / POJK.05/2016 tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 23 /POJK.05/2015 Tentang Produk Asuransi Dan Pemasaran Produk Asuransi. Peraturan Otoritas Jasa Keuanagan Nomor: 41 /POJK.05/2015 Tentang Tata Cara Penetapan Pengelola Statuter. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 52/DSN-MUI/III/2006 Tentang akad Wakalah Bil-Ujrah Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor:53/DSN-MUI/111/2006 tentang akad tabarru Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Fatwa DSN No. 21/ DSN-MUI/X/ 2001, Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.