PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PUPUK ORGANIK DI KECAMATAN LAMURU KABUPATEN BONE

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. dalam tiga dasawarsa terakhir telah mencapai tingkat rendah bahkan sangat rendah.

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK DI PERKEBUNAN KOPI

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

PENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan

Bioteknologi Mikroba Untuk Pertanian Organik

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

Pembuatan Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

I. PENDAHULUAN. Saat ini kelangkaan pupuk menjadi suatu masalah di Indonesia. Harga pupuk

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

LAPORAN AKHIR PRODUKSI KOMPOS

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I b M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT DESA SIDO MULYO KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan. Untuk meningkatkan pertumbuhan maka perlu dilakukan pemberian pupk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal

PENERAPAN TEKNOLOGI MIKOTRIDERM BERBASIS 3 in 1 DALAM PEMBIBITAN KARET RAKYAT

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PADI ORGANIK

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman perkebunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

PENGARUH BEBERAPA KOMBINASI KOMPOS KEMPAAN GAMBIR DAN PUPUK NPK 15:15:15 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb.

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

SOSIALISASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI PEMUPUKAN BERIMBANG SPESIFIK LOKASI UNTUK MENINGKATKAN MUTU DAN HASIL TANAMAN KAKAO DI KECAMATAN SELEMADEG TABANAN

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau yang lebih dikenal dengan nama

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH BUAH KAKAO SEBAGAI PUPUK ORGANIK RAMAH LINGKUNGAN DI NAGARI KAMANG HILIR KECAMATAN KAMANG MAGEK KABUPATEN AGAM 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil)

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

Kata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

APLIKASI PUPUK ORGANIK MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KAKAO (POD) PADA KEBUN KAKAO DI KECAMATAN RILAU ALE KABUPATEN BULUKUMBA

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan salah satu tanaman pangan dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KANDANG PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) Oleh :Mukhlis Yahya *) dan Eka Afriani **) ABSTRAK

PENGARUH KOMPOS PAITAN (Tithonia diversifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (Brassica oleraceae)

I. PENDAHULUAN. Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah

BAB I. PENDAHULUAN 1.2 Analisis Situasi Mitra pupuk organik.

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI LADA MELALUI PERBAIKAN SISTEM USAHATANI

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SOSIALISASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI PEMUPUKAN BERIMBANG SPESIFIK LOKASI UNTUK MENINGKATKAN MUTU DAN HASIL TANAMAN KAKAO DI KECAMATAN SELEMADEG TABANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PENGARUH UKURAN BAHAN TERHADAP KOMPOS PADA PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan.

IbM KELOMPOK PETANI PADI DI KECAMATAN SAKERNAN KABUPATEN MUARO JAMBI DALAM UPAYA MENUJU PERTANIAN ORGANIK RAMAH LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai ( Glycine max L. Merril) merupakan komoditi pertanian. kacang-kacangan lainnya. Biji kedelai mengandung 30-50% protein

Transkripsi:

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PUPUK ORGANIK DI KECAMATAN LAMURU KABUPATEN BONE Junaedi 1, Sofyan 2, Syahruni Thamrin 3 1 Manajemen Perkebunan 2 Agroteknologi 3 Ekonomi Pertanian Email : junaedi_ppnp@yahoo.com Abstract Community service activities such as extention, demonstration plots, training and mentoring related to the utilization of cocoa pods as compost had been implemented in the Lamuru District, Bone Regency. This activity aimed to improve the knowledge and skills of farmers related to the utilization of cocoa pods and in situ materials through appropriate technology for composting. Based on the results of training and mentoring that has been done, it can be seen that the farmers had been able to produce compost independently. In situ Materials used by farmers consists of cocoa pod, straw, prunings cocoa and shade trees and manure. Keywords: pods, cocoa, compost A. PENDAHULUAN Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan di Kabupaten Bone, utamanya dalam menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan devisa negara, karena luas areal untuk tanaman kakao kurang lebih 37.500 hektar dengan tingkat produksi mencapai 18 ribu ton. Lokasi pengembangannya tersebar di 27 kecamatan. Salah satunya terdapat di Kecamatan Lamuru, di kecamatan ini terdapat beberapa kelompok tani (KT) kakao diantaranya yang terdapat di Kel. Lalebata adalah KT. Harapan Baru dan KT. Bujung Ulo yang berada di Desa Turucinnae. Walaupun merupakan tanaman perkebunan yang banyak di usahakan sebagai perkebunan rakyat, pengembangan kakao khususnya di Kecamatan Lamuru yang merupakan wilayah yang cukup potensial untuk pengembangan kakao, memiliki kecenderungan produktivitas yang semakin menurun (kurang dari 500 kg/ha per tahun). Salah faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas dan mutu hasil kakao adalah kurangnya pemeliharaan tanaman oleh petani, khususnya pemupukan. Umumnya usahatani kakao yang dipraktekkan 73

masih konvensional dengan teknik budidaya sederhana dan menggunakan masukan anorganik, berupa bahan kimia sintetik dalam pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Teknik pemupukan secara konvensional menggunakan pupuk an-organik (Urea, SP36 dan KCl) rutin dilakukan, namun jumlah yang diberikan sangat bergantung pada kondisi permodalan petani, akibatnya kebutuhan tanaman akan unsur hara esensial tidak optimal dan dampaknya pencapaian tingkat produktivitas yang masih rendah. Berdasarkan kondisi tersebut Tim Ipteks Politeknik Pertanian Negeri Pangkep telah melaksanakan kegiatan penyebarluasan informasi dan tingkat adopsi teknologi pemupukan yang berasal dari bahan organik, khususnya yang mudah diperoleh disekitar pertanaman melalui kegiatan pengabdian Ipteks bagi Masyarakat (I b M). Target kegiatan ini adalah untuk mendorong petani khususnya bagi Kelompok Tani di Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone menerapkan teknologi pengomposan pada tanaman kakao dengan menggunakan bahan-bahan in situ yang berada di sekitar pertanaman kakao yang dapat dipadukan dengan penggunaan pupuk yang berasal dari kotoran ternak (pupuk kandang) Keberhasilan kegiatan ini pada tahap awal pelaksanaannya dapat dilihat pada sejauh mana penerapan teknologi pembuatan pupuk organik (pengomposan) diadopsi bagi masing-masing anggota Kelompok Tani di Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone. Secara kuantitatif kegiatan ini mengharapkan 90% peserta yang terlibat memiliki keterampilan yang memadai dalam menerapkan teknologi pengomposan dan dipadukan dengan penggunaan pupuk kandang yang dapat diperoleh tidak jauh dari lokasi kelmpok tani, dan 80% diantaranya telah menerapkan teknologi tersebut di lahan masing-masing. B. METODE PELAKSANAAN Kegiatan pembinaan pada kegiatan ini dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan. Cara ini mencakup beberapa kegiatan utama yakni penyuluhan, 74

demonstrasi langsungg dan pelatihan pada pertemuan yang diperuntukkan khusus untuk itu. Untuk mendukung keefektifan kegiatan ini disediakan brosur yang berisi petunjuk praktis kegiatan yang akan dilakukan. Adapun tahap tahap pelaksanaan dalam pembinaan yang dilakukan meliputi kegiatan; 1) penggalangan target group (kelompok sasaran), 2) evaluasi awal, 3) penyuluhan materi, 4) demonstrasi kegiatan, dan 5) evaluasi akhir. C. HASIL DAN URAIAN KEGIATAN Hasil pelaksanaan kegiatan Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) yang dilaksanakan di Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Tahap Penggalangan Target Group Kegiatan mengkonsultasikan ini dimaksudkan untuk mengkoordinasikan dan kegiatan yang akan dilakukan dengan instansi terkait, khususnya kepala pemerintahan lingkup Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Koordinasi dilaksanakan pada tanggal 9 10 Juni 2016. Setelah melaporkan ke aparat setempat, dilakukan pertemuan dengann kelompok tani sasaran termasuk melakukan kunjungan lahan untuk observasi awal. Gambar 1. Koordinasi Kegiatan IbM di Kecamatan Lamuruu 75

Melalui kegiatan ini dijelaskan rencana kegiatan pengabdian/penerapan ipteks khususnya pemanfaatan bahan organik. Pada kegiatan ini dilakukan pula identifikasi kemungkinan penggunaan alat yang dibutuhkan dan kemungkinan waktu pelaksanaan penyuluhan. 2. Tahap Evaluasi Awal Evaluasi awal merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran sejauhmana petani telah memahami teknologi yang akan diterapkan. Kunjungan langsungg ke kebun petani juga dilakukan untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan tantangan pengembangan dan adopsi teknologi yang akan diterapkan, Berdasarkan evaluasi yang dilakukan menunjukkan kemungkinan hambatan dari segi penerimaan berdasarkan tingkat pemahaman dan keterbatasan modal dalam aplikasinya. Acuan evaluasi awal yang diberikan akan diuji kembali pada evaluasi akhir termasuk dengan melihat implementasi pada skala kelompok. Gambar 2. Observasi Kegiatan Usahatani dan Kondisi Kebun Kakao merupakan komoditas strategis yang idealnya mampu secara maksimal berperan dalam meningkatkan pendapatan petani, khususnya pada KT. Harapan Baru dan KT. Bujung Ulo yang ada di Kecamatan Lamuru. Hal ini dapat 76

terjadi karena kakao senantiasa memiliki perkembangan harga yang baik dalam memenuhi kebutuhan pasar. Namun kenyataannya walaupun setiap tahun terjadi peningkatan areal penanaman, namun hal ini tidak serta merta meningkatkan produksi. Rata-rata produksi petani hanya 1/5 dari potensi produktivitas tanaman yang berkisar antara 1,2-3 ton/ha. 3. Tahap Penyuluhan Materi Kegiatan penyuluhan dilaksanakan di ruang pertemuan Kelompok Tani Harapan Baru, dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2016. Kegiatan ini di hadiri 40 peserta, termasuk penanggung jawab wilayah (Sekcam), Kapolsek Lamuru serta tenaga penyuluh setempat. Gambar 3. Kegiatan Penyuluhan Terkait Pemanfaatan Bahan Organik Pada kegiatan ini dibawakan materi terkait peran bahan organik bagi pertumbuhan tanaman dan teknis pembuatan kompos berbahan baku kulit buah kakao, yang masing-masing dibawakan oleh M. Yusuf, SP, MP dan Dr. Junaedi, SP, M.Si. Sebelum pelaksanaan penyuluhan dibagikan makalah dan brosur petunjuk praktis pembuatan pupuk organik memanfaatkan bahan in situ yang ada di sekitar wilayah pertanian. Terabaikannya pengembalian bahan organik kedalam tanah dan intensifnya penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian menjadi penyebab 77

utama menurunnya mutu fisik dan kimia tanah atau yang disebut kelelahan lahan (land fatigue). Kondisi tanah yang demikian menyebabkan biota tanah yang berpengaruh terhadap fiksasi nitrogen dan kelarutan fosfat menurun, miskin hara mikro, perlindungan terhadap penyakit rendah, boros terhadap penggunaan pupuk dan air, serta tanamann peka terhadap kekeringan. Penggunaan pupuk organik pada produksi kakao dapat memperbaiki tanah sebagai tempat tumbuh dan penyerapan hara untuk tanaman dan memperbaiki ekosistem pada lingkungan sekitar tanaman karena dikuranginya penggunaan bahan kimia yang dapat membunuh jasad renik dalam tanah yang seharusnya tetap lestari (Isnaini, 2006). Hasil penelitian Gusli et. al (2012) pada pertanaman kakao di Sulawesi Barat menemukan ada lima sumber bahan pokok sebagai bahan organik. yakni rumput raja, kulit buah kakao, rumput alam, daun-daunan baik yang berasal dari pohon pelindung maupun dari tanaman kakao. 4. Demonstrasi kegiatan Demonstrasi dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan petani dalam memanfaatkan bahanan organik yang ada di sekitar kebun. Demonstrasi ini memanfaatkan campuran materi yang terdiri dari kulit buah kakao, sisa pangkasan pelindung dan pupuk kandang ayam yang mudah diperoleh dari petani yang ada di Desa Lalebata. 78

Gambarar 4. Kegiatan Demonstrasi Pemanfaatan Bahan Organik Kandungan hara mineral kulit buah kakao cukup tinggi, khususnya hara Kalium dan Nitrogen, dilaporkan bahwa 61% dari total nutrien buah kakao tersimpan pada kulit buah. Penelitian yang dilakukan Goenadi et. al (2000) dalam Isroi (2007) menemukan bahwa kandungan hara kompos yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,,81 5 n, 26,61% C-Orgnaik, 0,31% P 2 O 5, 6,08% K 2 O, 1,22% CaO, 1,37% MgO dan 44,85 cmol/kg KTK. Aplikasi kompos buah kakao dapat meningkatkan produksi hingga 19,48%. 5. Tahap Evaluasi Akhir. Evaluasi terkait pelaksanaan penyuluhan dan demontrasi dilakukan berdasarkan kegiatan petani secara mandiri dalam pembuatan kompos memanfaatkan bahan in situ. Semua petani yang terlibat pada saat penyuluhan, hadir mempraktekkan pembuatan kompos. Pada tahap ini petani memanfaatkan juga alat pencacah yang digunakan khusus untuk mencacah kulit buah kakao yang telah dipersiapkan. Pada tahap ini dapat dipastikan lebih dari 90% petani yang terlibat telah mampu menerapkan teknik dan metode pelatihan selama berlangsungnya kegiatan. 79

Gambar 6. Proses Pembuatan Kompos Secara Mandiri Gambar 7. Pemeriksaan Hasil Kompos 15 Hari Setelah Kegiatan Proses pelapukan bahan organik dalam proses pengomposan dapat dipercepat menggunakan beberapa jenis mikroba (Yuwono, 2007) ), diantaranya; 1) Jamur pelapuk putih berfungsi sebagai perombak (decomposer) bahan mengandung lignin 2) Trichoderma sp, (T. harzianum dan T. pseudkoningii), berperan sebagai decomposer, pemicu pertumbuhan tanaman dan agensia pengendali hayati penyakit tular tanah seperti Ganoderma yang menyerang kelapa sawit dan Rigidoporus yang menyerang karet. 3) Apergillus sp. Meningkatkan peyerapan hara dengan caraa meningkatkan kelarutan unsur fosfat didalam tanah. 80

Gambar 8. Pengayakan dan Pengemasan Produksi Kompos Hasil penelitian yang telah dilakukan Yanqoritha (2013) menyimpulkan bahwa pengomposann dengan memanfaatkan berbagai mikroorganisme yang berbeda sebagai aktivator dapat mereduksi limbah kakao hingga 67,47%-73,80% dari bobot awalnya. D. KESIMPULAN Berdasarkan tahapan yang telah terlaksana dalam kegiatan ini, dapat disimpulkan bahwa; 1. Petani atau kelompok tani sebagai sasaran kegiatan melalui pelaksanaan penyuluhan telah dapat memahami dan mengetahui pemanfaatan teknologi pembuatan komppos yang berasal dari bahan in situ, khususnya kulit buah kakao yang banyak terdapat di lahan milik petani. 2. Keseluruhan peserta kegiatan yang telah mengikuti demonstrasi plot dan pelatihan telah mampu secara mandiri melaksanakan kegiatan pembuatan kompos kulit buah kakao. 3. Hasil dari kegiatan ini memberi kesempatan bagi petani dan kelompok tani untuk mendapatkan usaha mandiri untuk meningkatkan penghasilan serta dapat mendorong peningkatan penggunaan bahan organik di lahan pertanaman kakao untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan produksi buah kakao. 81

E. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kami sampaikan kepada Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) atas pembiayaan pada kegiatan ini. F. DAFTAR PUSTAKA Gusli, S., Useng, D., Ali., H., dan Darmawan, 2012. Integrasi Kakao-Sapi dalam Pengelolaan Kebun Berkelanjutan Sistem Zero Waste. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/7382 diakses 24 Agustus 2016. Isnaini. M., 2006. Pertanian Organik. Kreasi Warna. Yogyakarta. Isroi, 2007. Pengomposan Limbah Kakao. Materi TOT Budidaya Kopi dan Kakao, Puslitkoka 25 30 Juni 2007. Jember. Yanqoritha, N., 2013. Optimasi Aktivator Dalam Pembuatan Kompos Organik Dari Limbah Kakao. Majalah Ilmiah Mektek VX(2); 103-108. Yuwono, D., 2007. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 82