BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menurut data BPS Kota Padang dalam angka 2016, angka harapan hidup Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pengangguran ini tidak ada habisnya. Indonesia memiliki penduduk

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya. Pembangunan ekonomi suatu bangsa juga merupakan pilar penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

PENDUDUK LANJUT USIA

Profil LANSIA Jawa tengah 2014

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015

PENDAHULUAN Latar Belakang

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi telah mencakup pada prinsip pengembangan usaha kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

ANALISIS PARTISIPASI KERJA PENDUDUK LANJUT USIA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. sajikan data-data yang terkait dengan sektor - sektor yang akan di teliti,

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal

BAB I PENDAHULUAN. Terbesar di Dunia. Setelah China, India, dan Amerika Serikat. Di tambah dengan


STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan ekonomi kota Medan. Konsumsi rumah tangga Medan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

No. Katalog :

Masalah lain yang muncul adalah berubahnya struktur

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

suatu negara. Pada dasarnya keberadaan penduduk di suatu negara akan mempercepat pembangun negara semakin besar. Tetapi jika pertumbuhan

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan atau yang juga sering disebut dengan buruh merupakan elemen penting

Profile Perempuan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia ternyata lebih tinggi daripada perkiraan. Revisi prediksi

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang menghadapi ASEAN Economic Community atau

Cover dalam.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada suatu negara terutama pada negara-negara berkembang

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kapasitas tenaga kerja dan identifikasi pasar pasar serta

BERITA RESMI STATISTIK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan ekonomi, pendidikan dan teknologi di Indonesia adalah kecenderungan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah


BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan mengenai mikro ekonomi,sub sistem yang utama

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

BAB III ANALISISI PERENCANAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan tenaga kerja. Keterlibatan SDM dalam pembangunan tidak hanya, pada

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi adalah serangkaian dari proses-proses nantinya akan

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber


BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka harus tetap berjuang demi kelangsungan hidup sendiri dan juga keluarga (Siddiqui dkk, 2015). Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah (Affandi, 2009). Impilkasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut. Nilai rasio ketergantungan lansia sebesar 12,71 yang menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 13 orang lansia (BPS, 2014) Di Indonesia, penduduk lanjut usia mengalami peningkatan selama 10 tahun terakhir dengan populasi sekitar 16,52 juta orang pada tahun 2004 menjadi 20,24 juta jiwa (8,03 persen dari seluruh penduduk Indonesia) pada tahun 2014. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan peningkatan angka harapan hidup sebagai dampak dari peningkatan kualitas kesehatan (Komnas Lansia, 2010). Persentase

penduduk lansia yang telah mencapai angka 8 persen, menunjukkan bahwa negara Indonesia sudah mulai masuk ke kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Struktur penduduk yang menua tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan mencapai pembangunan nasional, khususnya sebagai cerminan dari semakin panjangnya rata-rata usia penduduk Indonesia (BPS, 2009). Banyaknya pandangan bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia, maka beban penduduk usia produktif akan semakin meningkat karena penduduk lanjut usia hanya bergantung dengan penduduk usia lain terutama dalam hal pemenuhan kebutuhannya (Affandi, 2009). Namun, dalam kenyataannya walaupun lansia merupakan kelompok sumber daya manusia yang sebenarnya tidak produktif, masih banyak lansia yang masih aktif dalam bekerja. Seperti yang terlihat pada data Sakernas 2014 memperlihatkan bahwa sebesar 47,48 persen lansia masih bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (BPS, 2014). Tingginya persentase lansia bekerja menunjukkan bahwa lansia masih mampu bekerja secara produktif untuk membiayai kehidupan rumah tangganya, namun di sisi lain dapat mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan lansia masih rendah sehingga lansia masih harus bekerja. Dilihat dari segi pendidikan lansia, hasil Susenas 2014 menunjukan bahwa sebesar 84,92 persen lansia bekerja tersebut berpendidikan rendah, yaitu tidak pernah menamatkan pendidikan formal atau hanya memiliki ijazah SD/sederajat. Rendahnya

pendidikan penduduk lansia memperlihatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) lansia secara umum masih rendah (BPS, 2014). Menurut Simanjuntak (1998), lansia dalam urutan tenaga kerja menempati posisi sebagai bukan tenaga kerja. Pengertian secara praktis tenaga kerja dan bukan tenga kerja hanya dibedakan dengan pembatasan umur. Untuk Indonesia batas umur tenaga kerja minimum adalah 15 tahun, tanpa adanya batas umur maksimum (BPS, 2009). Alasan ini didasari bahwa Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional. Hanya sebagian kecil penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua, yaitu pegawai negri dan sebagian kecil pegawai perusahaan swasta. Akan tetapi pendapatan yang mereka terima tidak sepenuhnya dapat menutupi kebutuhan seharihari. Oleh karena itu mereka yang telah mencapai usia pensiun biasanya tetap masih harus bekerja. Dengan kata lain sebagian penduduk dalam usia pensiun masih aktif bekerja dalam kegiatan ekonomi dan mereka dapat digolongkan sebagai tenaga kerja (Simanjuntak, 1998). Meskipun telah lanjut usia, perempuan lanjut usia memiliki tanggung jawab atas semua yang berkaitan dengan urusan rumah tangga. Mulai dari membereskan rumah hingga yang kompleks dan memakan waktu maupun tenaga, seperti mengasuh anak, cucu dan mengurus suami. Keterkaitan perempuan lanjut usia dengan pekerjaan rumah tangga begitu erat dan tampaknya sudah menjadi sesuatu yang telah diterima masyarakat lainnya dan perempuan itu sendiri (Mandayati, 2012)

Dalam kehidupan modern dan era pembangunan pada saat ini lansia wanita dituntut untuk memberikan sumbangan lebih dari itu, tidak terbatas pada pelayanan terhadap suami, mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga. Perempuan lanjut usia sekarang ini tidak hanya berperan pada lingkup rumah tangga saja tetapi kegiatan yang menyangkut di luar rumah pun mereka lakukan. Hal ini dilakukan oleh sebagian perempuan lanjut usia karena didorong oleh keadaan ekonomi keluarga yang menuntut untuk bekerja diluar atau mencari suatu kegiatan yang dapat menambah penghasilan keluarga. Tentu saja kegiatan di luar rumah harus mereka lakukan tanpa harus mengorbankan waktu untuk mengurus segala urusannya di rumah tangga (Mandayati, 2012) Sebagai tenaga kerja wanita dalam keluarga, umumnya perempuan lanjut usia cenderung memilih bekerja di sektor informal, hal ini di lakukan agar dapat membagi waktu antara pekerjaannya yang bersifat ekonomis dan non ekonomis, adapun akibat lain dari faktor usia yang membuat para lanjut usia lebih memilih untuk bekerja di sektor informal karena selain memudahkan juga tidak terbatas pada usia yang mereka miliki. Sektor informal menjadi sebuah pilihan karena mudah untuk di masuki, bersandar pada sumber daya lokal, usaha milik sendiri dan operasinya dalam skala kecil (Taufik, 2013) Sebagian besar pekerja informal khususnya di perkotaan terserap ke dalam sektor perdagangan salah satunya adalah mereka yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima yang telah menjadi sebuah alternatif pekerjaan yang cukup populer. Hal ini

terkait dengan cirinya yang fleksibel (mudah keluar-masuk), modal yang dibutuhkan relatif kecil, dan tidak memerlukan prosedur yang berbelit-belit (Indrawati, 2009). Sektor perdagangan tersebut juga merupakan bagian penting dalam sistem perekonomian kota karena terbukti mampu memberikan dukungan kepada masyarakat luas terutama masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah melalui penyediaan produk-produk yang murah. Perempuan lanjut usia yang bekerja di sektor perdagangan dimana keberadaan mereka di sambut positif oleh kalangan masyarakat. Dalam hal ini memperlihatkan bahwa sebagian besar dari perempuan lanjut usia mampu untuk hidup mandiri tanpa harus menjadi beban bagi orang lain, bahkan sebagian dari perempuan lanjut usia harus menjadi tulang punggung bagi keluarga. Namun tidak terlepas dari pada pembagian fungsi keluarga dimana perempuan lanjut usia dituntut untuk memerlukan manajemen alokasi waktu yang seimbang sehingga pemenuhan fungsi-fungsi tersebut dapat terlaksana dengan baik dan seimbang (Mandayati, 2012) Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi dengan persentase penduduk lansia yang sudah berada di atas rata-rata nasional yaitu sebesar 8.8 persen dari total keseluruhan penduduk lansia Indonesia pada tahun 2015. Lansia pada umumnya memilih untuk bekerja, seperti di Kota Bukittinggi Sumatera Barat yang dikenal sebagai kota perdagangan, di kota ini masih banyak terdapat lansia yang masih aktif dalam kegiatan perekonomian seperti berdagang diwarung, kaki lima dan berdagang ditoko. Penduduk lansia ini seharusnya sudah menjadi tanggungan dari penduduk

usia produktif, namun dalam kenyataannya masih banyak penduduk lanjut usia yang masih aktif dalam kegiatan perekonomian. Dari pengamatan penduduk lansia yang bekerja lebih dominan penduduk lansia wanita dibanding lansia laki-laki, dimana seharusnya yang menjadi kepala rumah tangga dan yang mempunyai kewajiban mencari penghasilanuntuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga adalah lansia lakilaki. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan lansia wanita ini masih aktif dalam kegiatan perekonomian, apakah itu karena faktor demografi ataupun faktor sosial ekonomi seperti kesehatan, status perkawinan, beban tanggungan,pendidikan dan pendapatan rumah tangga lansia. Jika dilihat dari jumlah penduduk lansia di Kota Bukittinggi pada tahun 2015 mencapai 8548 jiwa (7,09 persen dari jumlah seluruh penduduk yang ada di Bukittinggi). Lansia yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada lansia yang berjenis kelamin laki-laki, dimana 3781 jiwa terdiri dari lansia laki-laki dan 4747 jiwa lansia perempuan. Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa partisipasi lansia wanita dalam sektor perdagangan cukup besar, namun belum diketahui secara pasti faktor yang menyebabkannnya, apakah itu faktor demografi ataupun faktor sosial ekonomi, hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Lansia Wanita untuk Berpartisipasi dalam Sektor Perdagangan di Kota Bukittinggi.

1.2 Rumusan Masalah Secara umum keputusan lansia wanita untuk berpartisipasi dalam Sektor Perdagangan di Kota Bukittinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendidikan, beban tanggungan, kesehatan, status perkawinan dan pendapatan. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diajukan dalam penelitian diatas, maka permasalahan yang diangkat adalah sebagai berikut : 1. Berapa besar pengaruh pendidikan, beban tanggungan, kesehatan, status perkawinan dan pendapatan terhadap keputusan lansia wanita untuk berpartisipasi dalam Sektor Perdagangan di Kota Bukittinggi? 2. Faktor manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap keputusan lansia wanita untuk berpartisipasi dalam Sektor Perdagangan di Kota Bukittinggi? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan seperti dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui seberapa besar pengaruh variabelpendidikan, beban tanggungan, kesehatan, status perkawinan dan pendapatan terhadap keputusan lansia wanita untuk berpartisipasi dalam Sektor Perdagangan di Kota Bukittinggi. 2. Mengetahui faktor yang berpengaruh paling dominan terhadap keputusan lansia wanita untuk berpartisipasi dalam Sektor Perdagangan di Kota Bukittinggi.

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi Pemerintah : Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan memberikan sumbangan pemikiran atau implikasi kebijakan berdasarkan penelitian empiris dalam pengambilan keputusan bagi pemerintah. b. Bagi Fakultas Ekonomi : Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian mengenai lansia dalam Sektor Perdagangan dalam studi aktifitas ekonomi berikutnya. c. Bagi Penulis : Penelitian ini dapat digunakan untuk sarana dalam memahami faktor apa saja yang mempengaruhi lansia untuk memilih masih bekerja dan diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman dalam mencari jawaban dari perumusan masalah di atas. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Agar penulisan ini lebih terarah, maka perlu di lakukan penentuan ruang lingkup penelitian dalam bentuk pembatasan-pembatasan sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian yang di pilih adalah Kota Bukittinggi. 2. Sampel responden yang di pilih merupakan lansia wanita yang bekerja dalam Sektor Perdagangan di Kota Bukittinggi dan lansia wanita yang tidak bekerja yang berdomisili di 3 Kecamatan di Kota Bukittinggi.

3. Variabel yang diteliti mencakup 2 (dua) jenis variabel yaitu variabel X dan Y, dimana variabel X adalah variabel bebas yang terdiri dari 5 indikator yaitu X 1 Pendidikan, X 2 Beban Tanggungan, X 3 Kesehatan, X 4 status perkawin dan X 5 Pendapatan. Sedangkan variabel Y adalah variabel terikat yang menunjukan partisipasi kerja lansia wanita dalam Sektor Perdagangan di Kota Bukittinggi. 4. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan wawancara langsung kepada responden dengan jumlah sampel 100 orang lansia wanita yang berada di Kota Bukittinggi. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memberikan kemudahan dalam memahami tulisan penelitian ini, maka keseluruhan isi dan tulisan disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bagian ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, dan sistematika penulisan penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Padan bagian ini mengemukakan beberapa landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini, penelitian terdahulu dan hipotesis dari penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini menjelaskan lokasi penelitian, populasi, sampel, sumber data, defenisi operasional variabel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data yang akan di uji dalam penelitian. BAB IV : GAMBARAN UMUM Pada bagian ini menjelaskan tentang gambaran umum Kota Bukittinggi. BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini menguraikan tentang hasil penemuan empiris dari hasil perhitungan dan pengolahan data dengan analisis regresi, yang pada akhirnya akan memberikan hasil hal-hal apa saja yang mempengaruhi lansia memilih untuk bekerja dalam Sektor Perdagangan Kota Bukittinggi. BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini merupakan bagian penutup dari tulisan penelitian ini, terdiri dari kesimpulan yang merupakan ringkasan dari pembahasan sebelumnya, serta saran yang dianggap perlu, baik untuk pemerintah daerah maupun untuk penelitian selanjutnya.