BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

TUGAS AKHIR PENILAIAN POSTUR KERJA PADA PEKERJA PENGGULUNGAN TEH DI PT. RUMPUN SARI KEMUNING I DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA (RAPID UPPER LIMB

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

Metode dan Pengukuran Kerja

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB II LANDASAN TEORI

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS POSISI DAN POSTUR PEKERJA LANTAI PRODUKSI DI PT. SERENA HARSA UTAMA

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

93 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Indonesia

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM :

PERBANDINGAN METODE-METODE BIOMEKANIKA UNTUK MENGANALISIS POSTUR PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (MMH) KAJIAN PUSTAKA

Analisis ergonomi postur kerja operator pada proses pembuatan batako

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

Penentuan Faktor Resiko Musculetal Disorder (MSDs) Bagi Pekerja Pengglasir Keramik

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PERANCANGAN ALAT BANTU PENGAMBILAN SAMPEL PADA ROAD TANK PT PERTAMINA EP CEPU

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya

Perbandingan Metode-Metode Evaluasi Postur Kerja

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id


Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

PERBANDINGAN PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE REBA DAN QEC (Studi Kasus Pada Kuli Angkut Terigu)

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Ergonomi Cukup banyak istilah maupun definisi yang digunakan untuk menjelaskan arti ergonomi seperti human factors, human factors engineering, human engineering, engineering psychology, applied ergonomics, industrial ergonomics dan/atau industrial engineering (Wignjosubroto, 2010). Istilah yang paling sering digunakan adalah ergonomics dan/atau human factors. Beberapa definisi ergonomi: a. Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia (Sutalaksana, 2006). b. Ergonomi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya (Wignjosubroto, 2010). c. Ergonomi didefinisikan melalui pendekatan yang lebih komprehensif (Mc. Cormick, 1993): (1) Secara fokus, ergonomi menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana seharihari manusia hidup dan bekerja. (2) Secara tujuan, tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta peningkatan nilai- 8

9 nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan kerja, pengurangan rasa lelah dan sebagainya. (3) Secara pendekatan, pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai keterbatasan-keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari. d. IEA (International Ergonomics Association) mendefinisikan ergonomi sebagai ilmu yang mengaplikasikan pengetahuan mengenai kemampuan fisik maupun mental manusia untuk merancang produk, proses, stasiun/tempat kerja (workplaces) dan interaksi manusia-mesin (juga lingkungan fisik kerja) yang kompleks. e. Ergonomi merupakan kajian interaksi antara manusia dan mesin, serta faktorfaktor yang mempengaruhinya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kinerja sistem secara keseluruhan. (Bridger, 2009). A. Tujuan dan Pentingnya Ergonomi Tujuan ergonomik adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja pada suatu institusi atau organisasi (sutalaksana 1979 dalam said 2012). Ergonomi adalah disiplin ilmu yang bersifat multidisiplin dengan menggabungkan elemen-elemen fisiologi, psikologi, anatomi, engineering, hygiene, sosial dan ilmu-ilmu lainnya, maka ergonomi akan berkaitan dengan aktifitas kerja yang mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Meningkatkan kemampuan fisik dan mental, khususnya untuk keamanan dan keselamatan, serta mengurangi atau menghilangkan beban fisik dan mental yang berlebihan untuk kenyamanan atau keserasian operasional.

10 b. Pengintegrasian secara rasional aspek-aspek fungsional, teknis, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pada suatu sistem untuk peningkatan efisiensi hubungan timbal balik manusia dan mesin. Mengorganisasikan suatu aktifitas kerja kearah produktifitas untuk peningkatan/kepuasan pekerja operator, konsumen pekerja dalam memenuhi kesejahteraan sosial. Kegunaan ergonomi pada suatu rancangan desain produk lebih banyak berorientasi pada berbagai kecenderungan gerakan-gerakan dalam sistem motor manusia yang akan berpengaruh pada : Fit, yaitu kesesuaian, keserasian atau kecocokan barang-barang produk/benda produk terhadap lingkungan atau sistem agar tidak terjadi benturan/tabrakan antara sistem dengan komponen produk lainnya dan juga kesesuaian pengguna atas produk tersebut di dalam operasionalnya. Form, adalah kesatuan bentuk atas beberapa komponen yang ada, agar secara estetika mempunyai daya tarik tersendiri, serta perhitunganperhitungan kekuatan atas komponen atau part yang ada, yang merupakan kesatuan komponen terkait. Fuction, adalah fungsi dan sistem mekanis dari barang produk/benda produk sesuai dengan desain dan target yang di harapkan. Desain produk yang di maksud, diantaranya Assesoris produk (misalnya ballpoint, kaca mata, sikat gigi), peralatan rumah tangga, alat-alat kantor, produk elektronik, alat transportasi (misal; sepeda, motor, dan mobil), komponen arsitektur, peralatan olah raga dan lain-lain, yang lebih utama lagi ialah kemampuan untuk dapat mengintegrasikan teknologi dengan sistem yang ada disesuaikan dengan kemampuan manusia, diantaranya :

11 - Ukuran-ukuran/dimensi besaran - Bentuk dan posisi dari peralatan yang ada - Sistem mekanis - Sistem pemeliharaan atau perawatan - Sistem operasional 2.2 Definisi Biomekanika Kerja Menurut (Chaffin 1999). mendefinisikan biomekanika kerja sebagai disiplin ilmu yang mempelajari interaksi fisik pekerja dengan peralatan, mesin maupun material dengan tujuan untuk meningkatkan performasi pekerja dengan cara meminimalkan resiko gangguan/keluhan kerangka otot (musculoskeletal disorder). Biomekanika kerja merupakan disiplin ilmu yang tidak berdiri sendiri, namun merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu yang bertujuan untuk meminimalkan resiko keluhan kerangka otot manusia yang disebabkan oleh aktivitasnya. 2.3 Work Related-Musculoskeletal Disorder (WMSDs) Gangguan pada sistem kerangka otot karena aktivitas pekerjaan dikenal dengan istilah musculoskeletal disorders (MSDs). Musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan gangguan/kerusakan yang terjadi pada sistem kerangka otot, baik pada bagian otot rangka maupun pada tulang rangka, yang biasanya terjadi karena kesalahan sikap (posture) kerja, penggunaan tenaga berlebih (overexertion), peregangan berlebihan (overstretching) atau penekanan lebih (overcompression) dan lainnya.

12 Gangguan/kerusakan pada ototdapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi, biasanya terjadi bagian otot, syaraf, tendon, persendian, dan lainnya. Sedangkan pada tulang dapat berupa memar, patah, dan lainnya. Musculoskeletal disorders (MSDs) dapat disebabkan juga oleh: a. Kelelahan dan keletihan terus menerus yang disebabkan oleh frekuensi atau periode waktu yang lama dari usaha otot, dihubungkan dengan pengulangan atau usaha yang terus menerus dari bagian tubuh yang sama meliputi posisi tubuh yang statis. b. Gangguan/kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat/berat atau pergerakan yang tak terduga. 2.4. Faktor-faktor Resiko Kerja Faktor-faktor resiko kerja terdiri dari: 1. Postural Stress Stres pada tubuh karena sikap (posture) kerja yang salah/tidak normal biasanya terjadi pada saat pekerja mengerahkan usaha/menyesuaikan tubuhnya pada pekerjaan, sehingga terjadi peregangan berlebihan (overstretching) atau penekanan lebih (overcompression) pada jaringan tubuh (syaraf, tendon, dan lainnya). 2. Porceful Exertion Pengerahan tenaga berlebih biasanya dilakukan dalam menahan peralatan kerja atau material kerja yang berat atau dalam menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan usaha yang berlebih (menarik, mendorong, dll) sehingga menimbulkan beban pada sistem musculoskeletal dan dapat menyebabakan deformasi jaringan, peningkatan kebutuhan energi, peningkatan resiko

13 kelelahan pada bagian tubuh tertentu serta resiko cidera pada otot, tendon dan syaraf. 3. Repetitive Exertions Suatu pekerjaan yang dilakukan berulang, dimana pengulangan gerakan kerja dilakukan dengan pola yang sama dalam waktu yang lama. 4. Static Exertions Bekerja dengan posisi yang sama (tidak bergerak/statis) dalam waktu yang lama. 5. Localized Mechanical Stress Tekanan kontak fisik dengan peralatan kerja yang keras atau tajam secara langsung pada syaraf atau tendon, sehingga menyebabkan cidera atau bahkan WMSDs. 6. Vibration Getaran yang dialami tubuh selama bekerja yang diakibatkan oleh peralatan kerja, sehingga menyebabkan gerakan reflek, penurunan sirkulasi darah, kehilangan sensasi pada bagian tubuh tertentu dan lainnya. 7. Low Temperatur Bekerja pada suhu rendah (< 20 ) sehingga menyebabkan penurunan sirkulasi darah dalam otot dan tendon bahkan dapat menyebabkan WMSDs. 2.5 Metode Penilaian Resiko Kerja A. Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Metode Rapid Upper Limb Assessment pertama kali diperkenalkan pada tahun 1993 oleh Dr. Lynn McAtamney. Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan metode cepat penilaian postur tubuh bagian atas. Input

14 metode ini adalah postur (telapak tangan, lengan atas, lengan bawah, punggung dan leher), beban yang diangkat, tenaga yang dipakai (statis/dinamis), jumlah pekerjaan. Metode ini menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan seperti resiko pada pekerjaan yang berhubungan dengan upper limb disorders, mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang berhubungan dengan postur tubuh saat kerja (penggunaan kekuatan dan kerja statis yang berulang) (McAtamney, et al.,1993) Gambar. 2.1 RULA Employee Assessment Worksheet Sumber: (McAtamney, et al.,1993) Langkah-langkah dan contoh penggunaan RULA Lembar kerja RULA dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian A(Lengan dan pergelangan tangan) dan B(leher, punggung, kaki). Pembagian ini dibutuhkan

15 untuk memastikan bahwa setiap postur dibatasi dari leher, punggung dan kaki yang mungkin mempengaruhi postur lengan dan pergelangan tangan yang termasuk dalam penilaian RULA. Peneliti harus memberi nilai pada grup A(Lengan dan pergelangan tangan) terlebih dulu, kemudian nilai untuk grup B (leher, punggung & kaki) untuk kiri dan kanan. Untuk masing-masing bagian tubuh, ada skala pemberian nilai postur dan ada penyesu ketentuannya seperti yang diuraikan pada lembar kerja yang perlu dipertimbangkan dan diperhitungkan dalam pemberian nilai. 1. Langkah 1-4: Analisa tangan kanan dan pergelangan Gambar. 2.2. Analisa lengan dan pergelangan RULA Langkah 1, nilai +3 digunakan untuk posisi lengan atas (45 + derajat). Langkah 2, nilai +2 diberikan untuk posisi lengan bawah (<60 derajat).

16 Langkah 3, untuk pergelangan adalah +3 untuk pergelangan tangan fleksi (> 15 derajat), dan +1 ditambahkan untuk penyimpangannya. Langkah 4, untuk pergelangan adalah +2 karena pergelangan tangan dipelintir dekat batas akhir maksimal. Setiap skor harus dilingkari pada Tabel A. 2. Langkah 5-8: Menghitung nilai grup A Gambar. 2.3. Nilai grup A pada RULA Langkah 5. Menggunakan nilai dari langkah 1-4, tentukan nilai melalui tabel A.

17 Langkah 6. Tambahkan skor penggunaan otot. Dalam contoh ini, postur yang tidak berkelanjutan selama lebih dari 10 menit, dan tidak berulang 4x per menit. Oleh karena itu, nilai adalah 0. Langkah 7. Dalam contoh ini, berat benda >4.4lbs dan berulang. Sehingga, nilainya +2. Langkah 8. Tambahkan nilai dari langkah 5-7. 3. Langkah 9-11: Analisa leher, punggung dan kaki Gambar. 2.4 Analisa leher, punggung dan kaki pada RULA Pada langkah 9, nilai +3 digunakan untuk posisi leher (> 20 derajat). Langkah 10,nilainya +1 karena posisi punggung 0-20 derajat. Setiap nilai kemudian harus dilingkari pada Tabel B.

18 4. Langkah 12-15: Menghitung total nilai grup B Gambar.2.5 Nilai grup B pada RULA Langkah 12. Menggunakan nilai dari langkah 9-11, tentukan nilai melalui tabel B. Langkah 13. Tambahkan skor penggunaan otot. Dalam contoh ini, postur yang tidak berkelanjutan selama lebih dari 10 menit, dan tidak berulang 4x per menit. Oleh karena itu, nilai adalah 0. Langkah 14. Dalam contoh ini, berat benda >4.4lbs dan berulang. Sehingga, nilainya +2. Langkah 8. Tambahkan nilai dari langkah 12-14. 5. Menentukan nilai akhir Gunakan tabel C untuk menentukan hasil akhir RULA seperti tertera dalam gambar berikut:

19 Gambar 2.6 Hasil akhir table C pada RULA Nilai akhir : 7 Dalam contoh ini, skor RULA akhir adalah 7 menunjukkan risiko tinggi dan membutuhkan perubahan metode kerja untuk mengurangi atau menghilangkan risiko MSD. B. Rapid Entire Body Assessment (REBA) Pada tahun 1995, McAtamney dan Hignett memperkenalkan metode Rapid Entery Body Assesment (REBA). Metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi tempat kerja dan diperlukan analisis postur lebih jauh dengan kriteria-kriteria sebagai berikut : a. Penggunaan seluruh tubuh b. Postur statis, dinamis, cepat berubah / tidak stabil

20 c. Beban ditangani baik secara sering / jarang d. Modifikasi terhadap stasiun kerja, peralatan, pelatihan, atau perilaku Gambar. 2.7. Employee Assessment Worksheet REBA Sumber: (HIGNETT, S & MCATAMNEY, L. 2000) Langkah-langkah Rapid Entire Body Assessment (REBA) a. Punggung Skor pergerakan punggung (batang tubuh) dan range pergerakannya dapat dilihat dalam Tabel 2.1 dan Gambar 2.8

21 tabel 2.1 Skor pergerakan punggung (batang tubuh) Gambar 2.8 Range pergerakan punggung b. Leher Skor pergerakan leher dan range pergerakannya dapat dilihat dalam Tabel 2.2 dan Gambar 2.9. Tabel 2.2 Skor pergerakan leher Gambar 2.9 Range pergerakan leher c. Kaki

22 Skor pergerakan kaki dan range pergerakannya dapat dilihat dalam Tabel 2.3 dan Gambar 2.10. Tabel 2.3 Skor pergerakan kaki Gambar 2.10 Range pergerakan kaki d. Lengan atas Skor pergerakan lengan atas dan range pergerakannya dapat dilihat dalam Tabel 2.4 dan Gambar 2.11. Tabel 2.4 Skor pergerakan lengan atas

23 Gambar 2.11 Range pergerakan lengan atas e. Lengan bawah Skor pergerakan lengan bawah dan range pergerakannya dapat dilihat dalam Tabel 2.5 dan Gambar 2.12. Tabel 2.5 Skor pergerakan lengan bawah Gambar 2.12 Range pergerakan lengan bawah f. Pergelangan tangan Skor pergerakan pergelangan tangan dan range pergerakannya dapat dilihat dalam Tabel 2.6 dan Gambar 2.13.

24 Tabel 2.6 Skor pergerakan pergelangan tangan Gambar 2.13 Range pergerakan pergelangan tangan Tabel 2.7 Skor tabel A

25 Tabel 2.8 Skor tabel B Hasil skor yang diperoleh dari tabel A dan tabel B digunakan untuk melihat tabel C sehingga didapatkan skor dari tabel C seperti pada Tabel 2.8 Tabel 2.9 Skor tabel C Penentuan berat benda yang diangkat, coupling, dan aktivitas pekerja Selain scoring pada masing masing segmen tubuh, faktor lain yang perlu disertakan adalah berat badan yang diangkat (Tabel 2.9), coupling (Tabel 2.10), dan aktivitas pekerjanya (Tabel 2.11). Masing masing faktor tersebut juga mempunyai kategori skor.

26 Tabel 2.10 Skor berat beban yang diangkat Tabel 2.11 Tabel Coupling Tabel 2.12 Skor aktivitas Proses pengerjaan metode REBA tertera seperti Gambar 2.8 sebagai berikut:

27 Gambar 2.14 Proses pengerjaan metode REBA Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan Setelah didapatkan skor dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara skor dari tabel B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga didapatkan nilai bagian B. dari nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan untuk mencari nilai bagian C dari tabel C yang ada. Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai aktivitas pekerja. Dari nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko pada musculoskeletal dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta perbaikan kerja. Untuk lebih jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan metode REBA serta level resiko yang terjadi

28 Table. 2.13. Level Resiko dan Tindakan 2.6 Review Penelitian Sebelumnya Sebagai referensi untuk penelitian ini, maka dilakukan review terhadap beberapa penelitian penilaian ergonomi yang telah ada. Tabel 2.14 Review Penelitian Sebelumnya No Peneliti Judul Metode Hasil 1 Dzikrillah & Yuliani (2016) Metode RULA 2 Habibi dan Soury (2015) Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Studi Kasus PT TJ Forge Indonesia Efek tiga intervensi ergonomi pada postur tubuh dan gangguan muskuloskeletal antara barangbarang dari Isfahan Provinsi Gas Company RULA dan kuesioner Nordic Musculoskel etal RULA check sheet mendapatkan hasil final score +5 yang berarti perlu diinvestigasi lebih lanjut dan segera lakukan perubahan. Rekomendasi yang diberikan adalah dengan menambahkan alat bantu (support) dengan menambah ketinggian meja kerja agar operator tidak lagi membungkuk. Setelah implementasi RULA check sheet dan hasilnya adalah +2 (acceptable) atau dapat diterima. Berdasarkan evaluasi, terdapat penurunan gejala MSDs setelah melakukan training.

29 No Peneliti Judul Metode Hasil 3 Kaden, et al. (2015) 4 Kholil & Yuliani (2015) 5 Nishanth et al (2015) 6 Yuliani et al. (2015) Tabel 2.14 Lanjutan Review Penelitian sebelumnya Studi ergonomis Risiko di Kayu Furniture Produksi Analisa Postur Kerja Operator Mesin HoningModel ANR- 275Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) Ergonomis Kerja Evaluasi untuk Menilai Risiko Kerja di Multistage Majelis Pump Usulan Perbaikan Metode Kerja Di Line Produksi Potong Pipa mesin Saw Blade Manual ILO checkpoints, RULA Metode REBA dan biomekanik Evaluasi dengan standar NIOSH, RULA dan pendekatan biomechanic al Metode RULA Berdasarkan International Labour Office checkpoints dan penilaian RULA, pada bagian penyimpanan dan penanganan material serta stasiun perancangan mempunyai resiko yang tinggi, posisi kerja tangan bawah, tubuh dan leher pekerja mempunyai nilai resiko yang tinggi. pekerja memiliki faktor resiko berupa Postural Stress, Sustained (static) exertions, Localized mechanical (contact) stresses, dan vibration. Serta tingkat resiko yang sangat tinggi yang memerlukan tindakan perbaikan saat ini juga. Setelah dilakukan evaluasi denga semua metode, dan dirancangkan tools dan metode kerja baru, hasilnya adalah pengurangan resiko kerja Perbaikan cara kerja, modifikasi mesin atau alat bantu kerja, penataan ulang posisi mesin dan merubah prilaku kerja yang dilakukan dengan segera sesuai rekomendasi hasil analisa RULA, selain dapat membantu mengurangi potensi gangguan atau cedera pada postur tubuh operator dan dapat menghilangkan potensi resiko cedera otot bahkan dapat meningkatkan produktifitas dan moral kerja dari operator.

30 No Peneliti Judul Metode Hasil 7 Tarwinder, & Jaswinder (2014) Ergonomis Evaluasi Tugas Industri di India Electronics Industries RULA & REBA Skor REBA untuk ini 11 yang menunjukkan risiko yang sangat tinggi, dan melaksanakan perubahan. Dengan demikian pelaksanaan perubahan diperlukan. Sekarang untuk skor RULA adalah 6. Ini berarti penyelidikan lebih lanjut dan 8 Jones, & Kumar (2010) Tabel 2.14 Lanjutan Review Penelitian sebelumnya Perbandingan penilaian resiko ergonomi output di empat sawmill jobs RULA, REBA, [ACGIH TLV], and [ORCA] perubahan segera diperlukan. Study ini telah menunjukkan penilaian resiko ergonomic metode yang digunakan untuk menilai empat berisiko pekerja penggergaji. Di teliti dengan pengecualian RULA/SI, REBA/OCRA %MVC, dan REBA/OCRA. 2.7 Kerangka Pemikiran Produktifitas Kerja Keluhan pekerja pembatik di CV. Batik Nadira Penilaian Ergonomi Nordic body map Identifikasi Faktor Keluhan Identifikasi tingkat resiko cidera dengan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA). Perbaikan Gambar. 2.8 Kerangka Pemikiran