BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terdapat dalam kesehatan reproduksi salah satunya terjadi pada sistem organ reproduksi.kanker reproduksi meliputi kanker alat kelamin perempuan, kanker payudara, kanker indung telur, kanker rahim dan kanker leher rahim.istilah kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat, tetapi ada juga kalangan masyarakat yang masih sangat asing tentang kesehatan reproduksi terutama masalah serviks (Kanker serviks) (Riska, 2011). Kanker serviks merupakan kanker yang menduduki urutan pertama dari kejadian kanker secara keseluruhan ataupun dari kejadian kanker pada wanita. Karena HPV (Human Papiloma Virus) yang merupakan faktor etiologi.kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada serviks atau mulut rahim, khususnya berasal dari lapisan epitel atau lapisan terluar permukaan serviks.(andrijono, 2003). World Health Organization (WHO) (2012), mencatat penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker penyebab kematian perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahunnya terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks. Sekitar 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks tertinggi di dunia. Kanker 1
2 serviks muncul seperti musuh dalam selimut.sehingga terdeteksi penyakit telah mencapai stadium lanjut. Angka kejadian kanker serviks setiap tahun sekitar 470.000 wanita terdiagnosis di seluruh dunia. Meskipun progam screening sudah dicanangkan namun sekitar 20 persen kejadian kanker serviks tidak terdeteksi, terutama adenokarsinoma serviks, yang lebih sulit untuk dideteksi melalui metode-metode screening yang telah ada. Jumlah penderita kanker di Indonesia memiliki jumlah yang sangat signifikan, kanker serviks merupakan kanker yang paling umum menimpa wanita. Pada tahun 2007 menyebutkan angka yang lebih hebat, 500.000 perempuan terdeteksi telah mengidap kanker serviks setiap tahun, dan separuhnya meninggal akibat kanker tersebut. Sebanyak 70% pasien kanker serviks di rumah sakit datang sudah dalam keadaan stadium lanjut.inilah yang membuat angka harapan hidup mereka dibawah 50% ketika memasuki perawatan rumah sakit. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) (2002) kebanyakan pasien datang sudah dalam stadium lanjut (II-IV) mencapai 80% dengan rincian. Stadium 1 (19,1%), stadium II (32%), stadium III (40,7%) stadium IV (7,4%). Sedangkan angka harapan hidup 5 tahun (5 year survical rate) makin rendah dengan makin tingginya stadium. FIGO pada tahun 1988 melaporkan angka harapan hidup 5 tahun untuk masing-masing untuk stadium I (75,7%), stadium II (54,6%), stadium III (30,6%) dan stadium IV (7,3%) (Tjokronegoro, 2002).
3 Penyebab kanker serviks belum diketahui secara pasti.akan tetapi, sekitar 95% kanker serviks diduga terjadi karena sejenis virus, yaitu HPV.Virus ini dapat menular melalui hubungan seksual.beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks diantaranya sering berganti pasangan hubungan seksual, berhubungan seksual diusia muda, kehamilan berulang (sering melahirkan) dan infeksi virus pada serviks (Setiati, 2009). Tentunya ada banyak faktor yang menyebabkan keterlambatan dalam mencari pengobatan kanker serviks sehingga terlambat didiagnosis, diantara adalah karena pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kanker serviks masih rendah, kemampuan petugas kesehatan dalam menyampaikan informasi pencegahan dini kanker serviks yang belum merata, faktor sosial ekonomi sehingga masyarakat enggan untuk kepelayanan kesehatan karena takut pada biaya pengobatan yang mahal, akses yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan, adanya rasa takut pada penderita sehingga enggan untuk melakukan pemeriksaan secara dini. Kanker serviks pada gejala dini belum menunjukkan gejala yang khas, sehingga banyak perempuan Indonesia belum mengetahui dirinya kanker serviks (Dewi, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Sabareta (2011) di Gondang Wetan Kecamatan Gondang Wetan Kabupaten Pasuruan, didapat 6% responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang pencegahan kanker serviks, 23% cukup, 71% kurang. Tingginya angka penderita kanker serviks disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan bahaya kenker serviks, sehingga membuat banyak penderita baru
4 menyadari dan melakukan pengobatan ketika sel kankernya sudah menyebar dan mencapai stadium akut. Menurut hasil penelitian RSU Dr. Soetomo (2008) di Surabaya, frekuensi pada penderita yang memiliki kebutuhan lain lebih penting dari pada memeriksakan kelainan pada rahimnya sebesar (18,1%) dan frekuensi penderita yang tidak memiliki kebutuhan lain lebih utama dari pada memeriksakan kelainan pada rahimnya (81,9%). Terlambat dalam memeriksakan diri kepelayanan kesehatan sebagian besar (74,5%) memiliki rasa takut, sedangkan pada kelompok penderita yang tidak terlambat dalam memeriksakan diri kepelayanan kesehatan, sebanyak (46,8%) yang memiliki rasa takut (Dewi, 2008) Penelitian Nuranna (2009) di Banda Aceh menunjukkan, kanker serviks masih menjadi penyebab kematian utama bagi wanita usia reproduksi saat ini di Indonesia. Kanker serviks yang mencapai 34 % keganasan pada wanita dan menjadi penyebab kematian wanita usia reproduksi yang menjadi masalah sekarang, ia menyebutkan sekitar 70 % dari kasus tersebut datang ke dokter saat stadium lanjut sehingga angka keberhasilan kesembuhan menjadi kurang. Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) adalah rumah sakit kelas A dan pusat rujukan untuk seluruh daerah propinsi NAD. Menurut Wakil Direktur Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin (RSUZA), setiap hari diantaranya 20 sampai 25 kasus atau satu diantaranya meninggal dunia per hari dan terdiagnosa pada stadium III sampai IV. Yang menjadi masalah sekarang adalah cakupan skrining masih sangat rendah yakni 5 %, semestinya untuk menekan kasus itu harus mencapai
5 80%. Saat ini banyak cara untuk deteksi awal, seperti Papsmear test dan inspeksi dengan usapan asam asetat. Cara deteksi awal ini mempunyai sensivitas yang tinggi. Dari hasil wawancara awal terhadap 10 orang pasien kanker serviks yang datang dengan stadium lanjut diperoleh informasi bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan pasien tersebut datang untuk berobat. Ada 7 orang penderita kanker serviks yang pernah merasakan duduk di bangku kuliah mempunyai tingkat pengetahuan buruk tentang tanda gejala dan pencegahan kanker serviks, mencari pengobatan pada tokoh agama yang biasa dipanggil dengan sebutan tuan Syeh dan pak Teungku. Dan yang mengganggap bahwa penyakitnya ini merupakan gejala biasa bukan menunjukkan gejala yang khas penderita kanker serviks sebanyak 6 orang belum mengetahui dirinya terkena kanker serviks. Ada juga penderita yang datang terlambat ke rumah sakit dan mengatakan rasa tidak takut terhadap penyakitnya meskipun keluhan atau gejala awal sudah dirasakan setahun yang lalu sebanyak 7 orang.sedangkan 6 orang penderita yang mengganggap besarnya biaya dan jauhnya jarak tempuh dalam mencari pengobatan kanker serviks menjadi alasannya. Sebanyak 9 orang penderita kanker serviks yang berdomisili di Kota Banda Aceh enggan melakukan deteksi dini kanker serviks (Pap smear), sehingga awal datang berobat sudah terdeteksi menderita kanker serviks stadium lanjut. Demikian juga, berdasarkan data yang didapat mengenai kanker serviks dari Instalasi Rekam Medik dan Ruang Seureune III RSUZA Banda Aceh menunjukan persentase penderita yang datang pertama kali untuk berobat pada stadium lanjut yaitu sebesar 54% dan jumlah yang meninggal dunia sebanyak 1 orang dari 40 orang
6 penderita yang datang kepoliklinik dan dirawat inap di RSUZA bulan Januari 2011 September 2012. Rentang umur antara berumur 25-64 tahun adalah berasal dari kota Banda Aceh sebanyak 18 orang sedangkan 22 orang lainnya berasal dari luar kota Banda Aceh yaitu berasal dari Aceh Utara, Aceh Barat, Aceh Tengah, Sabang, Aceh Pidie, dan Simeulu. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu penelitian untuk mengetahui determinan keterlambatan wanita penderita kanker serviks mencari pengobatan ke RSUZA Banda Aceh. 1.2 Perumusan Masalah Banyaknya penderita kanker serviks datang ke RSUZA Banda Aceh sudah dalam stadium lanjut dan belum diketahui determinan keterlambatan tersebut. 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui determinan keterlambatan wanita penderita kanker serviks mencari pengobatan ke RSUZA Banda Aceh. 1.4 Hipotesis 1. Ada pengaruh pengetahuan penderita kanker serviks terhadap keterlambatan mencari pengobatan ke RSUZA Banda Aceh 2. Ada pengaruh akses penderita kanker serviks terhadap keterlambatan mencari pengobatan ke RSUZA Banda Aceh 3. Ada pengaruh persepsi keparahan penyakit penderita kanker serviks terhadap keterlambatan mencari pengobatan ke RSUZA Banda Aceh.
7 1.5 Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh sehingga dapat melakukan intervensi agar tidak terjadi keterlambatan pengobatan kanker serviks pada wanita 2. Sebagai informasi bagi Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Banda Aceh sehinga dapat melakukan intervensi agar tidak terjadi keterlambatan pengobatan kanker serviks 3. Sebagai bahan informasi bagi RSUZA Banda Aceh untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan