BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap manusia yang ada di muka bumi ini. Maka dalam. membicarakan hukum tidak dapat lepas dari membicarakan tentang

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN kemudian Presiden mensahkan menjadi undang-undang pada tanggal. 31 Desember 1981 dengan nama Kitab Undang-undang Hukum Acara

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

TINJAUAN HUKUM TERHADAP TUNTUTAN GANTI KERUGIAN KARENA SALAH TANGKAP DAN MENAHAN ORANG MUHAMMAD CHAHYADI/D Pembimbing:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 117/PUU-XII/2014 Bukti Permulaan untuk Menetapkan Sebagai Tersangka dan Melakukan Penahanan

BAB I PENDAHULUAN. Advocatus mengandung arti: adalah seorang ahli hukum yang. memberikan bantuan atau pertolongan dalam soal-soal hukum 3.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 018/PUU-IV/2006 Perbaikan Permohonan Secara on the Spot Tanggal 09 Oktober 2006

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

RINGKASAN PUTUSAN. LP/272/Iv/2010/Bareskrim tanggal 21 April 2010 atas

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tepatnya pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

BAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari sebuah kebudayaan yang didasarkan pada pikiran, akal

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Hukum Acara Pidana. Pertemuan XXVIII & XXIX Malahayati, S.H., LL.M. (c) 2014 Malahayati 1

V. PENUTUP. 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim Komisaris. dalam RUU KUHAP Tahun 2009 atau hal utama digantinya lembaga pra

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, yang menyebutkan bahwa Negara

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS. Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Pasal 1 Ayat 3. Sebagai Negara hukum

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi tetapi sulit diberantas secara tuntas. preventif maupun represif. Dan apabila Undang-undang yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

Presiden, DPR, dan BPK.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XIII/2015 Objek Praperadilan

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penganiayaan adalah: perlakuan yang sewenang-wenang. Pengertian. pidana adalah menyangkut tubuh manusia. Meskipun pengertian

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Tugas, Wewenang Hakim Dalam Peradilan Pidana

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

PP 2/2002, TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN DAN SAKSI DALAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

LAMPIRAN II : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 600/PRT/M/2005 Tanggal : 23 Desember 2005

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)

JAMINAN PERLINDUNGAN HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM KUHAP DAN RUU KUHAP. Oleh : LBH Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 28, Pasal 28A-J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Pidana merupakan salah satu dari keseluruhan hukum yang berlaku

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

KEABSAHAN PENETAPAN STATUS TERSANGKA DALAM PROSES PENYELIDIKAN (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

BAB I PENDAHULUAN. ada yang belum diatur pada suatu peraturan-peraturan atau pun pada Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur menurut Undang-Undang ini.

RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. Hukum materiil seperti yang terjelma dalam undang undang atau yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

BAB I PENDAHULUAN. acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

selalu berulang seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ke

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

2011, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lemba

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. penegakan hukum berdasarkan ketentuan hukum, maka hilanglah sifat melanggar

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TENTANG PENANGKAPAN

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XI/2013 Tentang Frasa Pihak Ketiga Yang Berkepentingan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

PROSES PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN DALAM TRANSFER ILMU KEMAHIRAN DUNIA PRAKTIK. Oleh: Lise Yolanda, SH. 1. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomer 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomer 3209), yang selanjutnya dalam tulisan ini kami sebut dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, atau disingkat dengan KUHAP, Memberikan pembaharuan yang bersifat fundamental apabila di bandingkan dengan Herziene Indiesche Reglement (H.I.R.) yang juga dikenal dengan Reglement Indonesia yang diperbaharui (R.I.B.). Beberapa hal yang baru, yang tercantum dalam Kitab Udang-Undang Hukum Acara Pidana tersebut antara lain: 1. Hak-hak tersangka dan terdakwa (Pasal 50 s/d 68 KUHAP); 2. Bantuan Hukum pada semua tingkat pemeriksaan (Pasal 69 s/d 74 KUHAP); 3. Penggabungan perkara perdata pada perkara pidana dalam hal ganti rugi (Pasal 98 s/d 101 KUHAP); 4. Pengawasan Pelaksanaan putusan Hakim (Pasal 277 s/d 283 KUHAP);

5. Wewenang hakim pada pemeriksaan pendahuluan, yakni Praperadilan (Pasal 77 s/d 83 KUHAP); 3 Ditinjau dari hal-hal yang merupakan inovasi di atas, terlihat adanya perhatian yang lebih ditonjolkan pada dihormatinya hak-hak asasi manusia yang dicantumkan dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana tersebut. Tujuan dari hukum acara pidana adalah: 1. Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran yang materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan-ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat; 2. Untuk mencari pelaku dari suatu tindak pidana serta menjatuhkan pidana; 3. Menjaga agar mereka yang tidak bersalah, tidak dijatuhi pidana, meskipun orang tersebut telah dituduh melakukan suatu tindak pidana. Mencapai tujuan tersebut di atas, telah dicantumkan sejumlah peraturan dalam hukum acara pidana kita, yakni termuat dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Pengertian mengenai Praktik Kerja Lapangan adalah kesertaan mahasiswa secara nyata dalam dan langsung dalam kegiatan kerja profesi pada suatu lembaga atau instansi hukum yang menyelenggarakannya, dalam batas waktu tertentu 3 Loebby Loqman, 1987, Praperadilan Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm 7-8.

seperti ditentukan oleh kurikulum Program Diploma 3 Hukum Universitas Gajah Mada. Pemilihan tempat Praktik Kerja Lapangan penulis pilih dan lakukan sendiri. Advokat adalah sebuah profesi dalam bidang hukum yang membantu kliennya dalam meringankan suatu perkara yang sedang di hadapi, Dikantor Advokat penulis melalukan Praktik Kerja Lapangan dengan tujuan untuk mempelajari lebih dalam sistem kerjanya. Advokat merupakan salah satu dari 4 (empat) profesi praktisi peradilan di indonesia (caturwangsa) yang mempunyai kekhususan sendiri, dimana profesi advokat yang tidak terikat dalam suatu organisasi/lembaga, yang berdiri sendiri dalam mencari keadilan bagi kliennya. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Kantor Law Oficce Lasdin Wlas,SH yang terletak di Jalan Prof.Herman Yohannes, Sagan Timur, No 43. Kegiatan ini berlangsung dari bulan Maret hingga Juni. Penulis memilih Kantor Advokat Lasdin Wlas, S.H. sebagai tempat Praktik Kerja Lapangan sebab Advokat Lasdin Wlas, S.H. merupakan salah satu dosen pengajar di Diploma 3 Hukum Universitas Gajah Mada sehingga menurut penulis beliau akan lebih paham akan konsep dan pekerjaan yang harus dilakukan mahasiswa Praktik Kerja Lapangan Diploma 3 Hukum. Selain itu Advokat Lasdin Wlas, SH adalah salah satu advokat senior yang telah berdedikasi di dalam profesi advokat sejak tahun 1964 atau kurang lebih selama 48 tahun. sehingga akan banyak ilmu dan pengalaman yang dapat diberikan kepada mahasiswanya. Penulis memilih judul refleksi Analisis Hukum Terhadap Permohonan Praperadilan yang diajukan Bambang Widjojanto ke Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan. Alasan pemilihan judul tersebut adalah karena dalam kasus ini adanya kejanggalan dalam penangkapan dan penetapan Bambang Widjojanto sebagai tersangka oleh penyidik Bareskrim Polri yang tidak sah dan menganggap Bambang Widjojanto telah diduga mengarahkan saksi untuk memberikan kesaksian palsu di bawah sumpah dalam sidang sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Kotawaringin Barat di Mahkamah Konstitusi Pada tahun 2011. B. Tujuan Tujuan yang ingin di capai dalam melakukan Praktik Kerja Lapangan ini terbagi kedalam tujuan objektif dan tujuan subjektif. 1. Tujuan Objektif Untuk mengetahui proses berjalannya praperadilan Bambang Wijojanto. 2. Tujuan Subjektif a. Sebagai salah satu persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Hukum pada Program Diploma 3 Hukum Universitas Gajah Mada. b. Sebagai pembekalan pengetahuan dan pengalaman praktik profesi advokat apabila kelak akan meneruskan pendidikan profesi Advokat. C. Manfaat Program Praktik Kerja Lapangan ini mampu untuk memberikan pengetahuan yang luas akan dunia kerja profesi hukum bagi seorang mahasiswa lulusan

Diploma 3 Hukum Universitas Gajah Mada. Dalam Praktik Kerja Lapangan ini penulis merasakan perbedaan dalam hal-hal tertentu yang tidak didapatkan selama dalam perkuliahan sehari-hari. Penulis dapat merasakan proses dan teknis secara nyata dalam menyelesaikan masalah hukum. Dalam Praktik Kerja Lapangan ini pun menumbuhkan motivasi penulis untuk meningakatkan rasa kedisiplinan dan tanggung jawab dalam dunia kerja. D. Keaslian Penulisan Dalam Laporan Tugas Akhir Penulis yang berjudul ANALISIS HUKUM MENGENAI KASUS PENGAJUAN PRAPERADILAN BAMBANG WIDJOJANTO DI PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN, akan dipaparkan adanya kasus mengenai penangkapan yang dilakukan tim penyidik bareskim Polri karena Bambang Widjojanto telah diduga menyuruh saksi memberikan keterangan palsu dalam persidangan di Makhkamah Konstitusi untuk sengketa kasus Pilkada Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah tahun 2010, disini Bambang Widjojanto telah melanggar kode etik profesinya sebagai Advokat. Kasus ini akrhirnya berujung ke pengajuan Praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan karena Bambang Widjojanto merasa dalam penangkapan maupun dalam penyidikan dari pihak penyidik adanya keanehan dalam Surat Perintah Penyidikan (SPRINDIK). Diketahui dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyebutkan:

dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi yang melibatkan aparat penegak hukum penyelenggara negara dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara. 1. Dalam laporan Tugas Skripsi milik Unik Karlita tahun 2014 yang berjudul PENEGAKAN HUKUM DALAM PENANGKAPAN TERSANGKA TINDAK PIDANA TERORISME menjelaskan mengenai penangkapan tersangka terorisme dalam undang-undang No 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana diatur dalam Pasal 1 angka 20 yaitu: Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Penindakan dalam penangkapan tersangka dalam penangkapan tersangka tindak pidana terorisme menggunakan Standart Operating Procedur yang berbeda dengan Hukum Acara Pidana maupun perkap No. 1 Tahun 2009 karena terorisme merupakan Extra Ordinary Crime maka penindakan yang dilakukan diatur secara khusus dalam peraturan Kapolri No. 23/ XI/2011 Tanggal 29 November 2011 tentang Prosedur Penindakan Tersangka Tindak Pidana Terorisme. Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa antara refleksi yang ditulis oleh Penulis dengan refleksi yang ditulis oleh Penulis lain, terdapat kesamaan yaitu berupa tema pokok yang

mengangkat tentang penangkapan. Namun, ada perbedaan dalam soal sistem penangkapannya di refleksi Penulis proses penangkapan sampai dengan sistem Praperadilan dikarenakan Bambang Widjojanto menggunakan haknya yang ditangkap oleh Bareskrim Polri. Sedangkan refleksi yang ditulis oleh Penulis lain dengan menggunakan Standart Operating Procedur karena terorisme merupakan Extra Ordinary Crime maka penindakan yang dilakukan diatur secara khusus dalam peraturan Kapolri No. 23/ XI/2011 Tanggal 29 November 2011 tentang Prosedur Penindakan Tersangka Tindak Pidana Terorisme. 2. Dalam laporan Tugas Skripsi milik Nuryanti Tahun 2013 yang berjudul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN SALAH TANGKAP YANG DISERTAI PENGANIAYAAN OLEH PENYIDIK POLRI menjelaskan mengenai kasus salah tangkap yang dilakukan oleh penyidik pada Polres Kediri pada Tanggal 19 Agustus 2012 merupakan kasus yang menjadi obyek penelitian Nuryanti. Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa antara refleksi yang ditulis oleh Penulis dengan refleksi yang ditulis oleh Penulis lain, terdapat kesamaan yaitu berupa tema pokok yang mengangkat tentang penangkapan. Namun ada perbedaan di dalam kasus antara refleksi penulis dengan refleksi penulis lain yaitu dalam refleksi penulis lain

adanya salah tangkap dan melakukan tindak kekerasan terhadap korban yang dilakukan oleh penyidik dalam menangkap korban, Sedangkan di refleksi penulis korban sudah menjadi target penyidik, tidak ada korban salah tangkap dan tidak adanya penganiayaan terhadap korban.