Pelanggaran Hak-Hak Tersangka 2013 Wednesday, 01 January :00 - Last Updated Wednesday, 22 January :36

dokumen-dokumen yang mirip
Hentikan Praktik Sewenang-Wenang dan Kejam Wednesday, 02 January :05 - Last Updated Monday, 07 January :03

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Presiden, kepolisian negara Republik Indonesia diharapkan memegang teguh nilai-nilai

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Catatan KontraS terhadap Kinerja POLRI Hari Bhayangkara POLRI ke 68 Akuntabilitas POLRI Rendah, Pencari Keadilan Meningkat

SIARAN PERS LEMBAGA BANTUAN HUKUM (LBH) PADANG Nomor : 03/S.Pers/LBH-PDG/II/2017 tentang

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan. kekuasaan belaka. Penegakan hukum harus sesuai dengan ketentuan yang

Situasi HAM di Indonesia Semakin Anjlok: Laporan Kondisi Hak Asasi Manusia di Indonesia Periode Januari-Maret 2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Bahan Masukan Laporan Alternatif Kovenan Hak Sipil dan Hak Politik (Pasal 10) PRAKTEK-PRAKTEK PENANGANAN ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM KERANGKA

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

TOLAK PEMBATASAN SAKSI, PERLUAS BANTUAN BAGI KORBAN & LINDUNGI SAKSI AHLI Dalam RUU PERLINDUNGAN SAKSI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STUDI PENDAHULUAN MENGUKUR AKUNTABILITAS KINERJA PENYIDIKAN POLRI

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. pidana menjadi sorotan tajam dalam perkembangan dunia hukum.

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

DAFTAR PIRANTI LUNAK PADA SAT RESKRIM LOMBOK TENGAH

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB V PENUTUP. 1. Mekanisme Mediasi Penal Pada Tahap Penyidikan : mediasi penal dikenal dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DATA PENGADUAN REKAYASA KASUS (KRIMINALISASI) No Kasus Kronologis Bentuk Tindakan I TAHUN Kasus Jayawijaya 14 Agu 2012

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahap interogasi / penyidikan sering terjadi tindakan sewenang-wenang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat (Kepolisian

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perlu dikemukakan terlebih dahulu identitas responden. : Anggota Pembinaan dan Disiplin Bid Propam Polda Lampung

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

ANALISIS KESENJANGAN PERAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (POLRI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No

Kekerasan dalam Rumah Tangga

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN FEBRUARI DIBANDING BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

URUSAN YANG BELUM SELESAI: AKUNTABILITAS POLISI DI INDONESIA

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN MARET DIBANDING BULAN FEBRUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan orang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik spiritual maupun

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kemaslahatan bersama, dan juga untuk mewujudkan masyarakat yang damai

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

PELANGGARAN HAM YANG BERAT. Muchamad Ali Safa at

1. PELAPORAN Proses pertama bisa diawali dengan laporan atau pengaduan ke kepolisian.

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Profil PBHI Wednesday, 07 September :45 - Last Updated Tuesday, 25 February :36

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

PASAL-PASAL BERMASALAH PADA NASKAH RUU PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME NO. 15/2003

BAB I PENDAHULUAN. demokratis yang menjujung tinggi hak asasi manusia seutuhnya, hukum dan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA PEMBANGUNAN SEKTOR HUKUM DIY TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

Transkripsi:

Sejak 2 Januari 29 Desember 2013, Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) melakukan pemantauan atau penelitian tentang dugaan pelanggaran hak-hak manusia yang difokuskan pada pelanggaran hak-hak tersangka kriminal dan orang-orang yang mengekspresikan kebebasan. Pemantauan ini menggunakan metodologi berbasis pada peristiwa/ kasus (event based methodology) dengan pendekatan pelanggaran (violation approach ). Fokus tindak pelanggaran yang dipantau adalah aparat kepolisian baik ketika menjalankan fungsi sebagai penegak hukum ( law enforcement officials ) maupun sebagai aparat keamanan. Dalam pemantauan ini hanya membatasi pada kasus-kasus pelanggaran lalu lintas, pencurian dan perampokan, perjuadian, narkotika, penganiayaan dan pengeroyokan, dan pembunuhan. Sedangkan dugaan pelanggaran oleh kepolisian dalam kasus-kasus seperti perkosaan, trafficking, kekerasan dalam rumah tangga, korupsi, dan terorisme, tidak dicakup dalam pemantauan ini. Serangkaian dugaan pelanggaran hak-hak manusia (human rights violation) itu diringkas dalam tabel di bawah. PBHI mencatat sebanyak 595 kasus/peristiwa dugaan pelanggaran hak-hak tersangka dan orang-orang yang mengekspresikan kebebasan dalam bentuk protes yang tersebar di 27 provinsi. Peristiwa paling banyak atau sering dilakukan petugas kepolisian adalah penembakan tersangka, yang mencapai 446 kasus, dengan korban 661 orang di mana 115 orang di antaranya berakhir dengan kematian. Kasus yang juga banyak terjadi adalah pemukulan tersangka dan penyiksaan di tahanan kepolisian, sebanyak 61 kasus, dengan korban 294 orang di mana 18 orang menemui ajal. Kepolisian pun masih banyak yang melakukan salah tangkap dan rekayasa kasus, sebanyak 31 kasus. Tabel Ringkasan tentang Pelanggaran 2013 No Daftar Pelanggaran 1 / 10

Jumlah 1 Peristiwa pelanggaran 1. 595 kasus a. Peristiwa penembakan tersangka 446 kasus b. Pemukulan tersangka dan penyiksaan dalam tahanan 61 kasus c. Pelanggaran prosedur administratif 57 kasus 2 / 10

d. Salah tangkap dan rekayasa kasus 31 kasus 2 Kategori pelanggaran a. Pelanggaran hak-hak manusia yang berat 507 kasus b. Pelanggaran bukan berat 88 kasus 3 Tipologi pelanggaran 3 / 10

1.812 tindakan a. Kewajiban menghormati 1.221 tindakan b. Kewajiban melindungi 45 tindakan c. Kewajiban memenuhi 547 tindakan 4 Korban pelanggaran 1.061 orang 4 / 10

a. Korban pelanggaran berat 955 orang b. Korban pelanggaran bukan berat 106 orang 5 Kondisi korban a. Mati 133 orang b. Luka 648 orang 5 / 10

c. Lainnya* 279 orang 6 Pelaku pelanggaran 617 keterlibatan a. Polres 309 keterlibatan b. Polsek 253 keterlibatan c. Polda 6 / 10

34 keterlibatan d. Lainnya** 21 keterlibatan 7 Metode kekerasan dalam penyiksaan 22 item a. Pemukulan dengan tangan kosong 54 kali b. Penjemuran 31 kali c. Pemukulan dengan benda tumpul 7 / 10

27 kali d. Penendangan/penerjangan 23 kali e. Lainnya*** Sumber: Dokumentasi PBHI Lainnya* : Tanpa surat, pemaksaan BAP, pelecehan, pemukulan (tanpa luka), anak, dll. Lainnya** : Mabes Polri, Aparat TNI, Pemprov, Pemkab/Kota, Satpol PP, Rutan/Lapas Lainnya*** : penginjakan, penyetruman, perkosaan, pelecehan seksual dan pembiaran, penyundutan rok PBHI membagi dua kategori pelanggaran yang dilakukan kepolisian, yaitu pelanggaran hak-hak manusia yang berat/serius (gross/serious violation of human rights) yang tergolong hak-hak yang tidak dapat ditangguhkan dalam keadaan apa pun ( non-derogable rights 8 / 10

) sebagaimana dilarang dalam CAT atau UU No. 5/1998. Dari total 595 kasus, planggaran berat ini sebanyak 507 kasus dengan 995 orang korban. Sedangkan pelanggaran bukan berat ( non-gross violation ) 88 kasus dengan 106 korban. Dalam pelanggaran itu, aparat kepolisian adalah pelaku utama. Kepolisian Resor (Polres) menempati peringkat pertama sebagai pelaku, dengan 309 keterlibatan. Berikutnya disusul Kepolisian Sektor (Polsek) dan kemudian Kepolisian Daerah (Polda), masing-masing 253 dan 34 keterlibatan. Lainnya dengan keterlibatan yang lebih sedikit dan beberapa di antaranya dengan derajat keterlibatan karena dilibatkan atau ikut ambil bagian, sehingga total ada 617 keterlibatan dan dengan 1.812 tindak pelanggaran. Berbagai tindakan dan perilaku ini banyak terjadi tanpa pertanggungjawaban, sehingga kepolisian menumpuk-numpuk impunity. Rentetan tindak pelanggaran itu terutama yang dikategorikan sebagai pelanggaran berat/serius yang mendominasi, tidak sedikit kalangan masyarakat yang menuduh petugas kepolisian mempunyai kebiasaan menembak dan menyiksa tersangka. Tuduhan ini mengarahkan persepsi buruk yang ditujukan kepada kepolisian. Cepat atau lambat dapat menimbulkan kebencian yang kemudian dilampiaskan dalam bentuk tindakan. Berbagai peristiwa perusakan fasilitas kepolisian, bahkan sepanjang 2013 sudah 99 personel kepolisian yang menjadi korban di mana 27 personel tewas. PBHI prihatin bukan saja pada mereka yang menjadi korban pelanggaran hak-hak manusia oleh kepolisian, namun juga personel kepolisian yang menjadi korban kekerasan dan berbagai bentuk perusakan fasilitas kepolisian. Mengatasi persoalan ini membutuhkan strategi yang terpadu supaya setiap petugas kepolisian bertindak dengan [a] standar hak-hak manusia, [b] profesional, dan [c] pengayom masyarakat baik sebagai penegak hukum maupun aparat keamanan dalam negeri. Pemerintah dan DPR haruslah menyiapkan RUU antara lain KUHAP dan penjabaran lebih lanjut UU No. 5/1998 yang mewajibkan petugas kepolisian menjalankan standar hak-hak manusia dalam menangani setiap tindak pidana. Demikian pula Mabes Polri perlu memperbaiki sejumlah prosedur tetap (Protap) yang menekankan kewajiban untuk menghormati dan melindungi hak-hak setiap orang dalam penegakan hukum dan memelihara ketertiban umum. PBHI juga menganjurkan kepada Komnas HAM untuk melakukan kajian hukum dan pemantauan atas dugaan tindak pelanggaran hak-hak manusia yang dilakukan aparat 9 / 10

kepolisian. Dengan itu, memberikan masukan kepada pemerintah, DPR dan Mabes Polri guna melakukan sejumlah perbaikan yang diperlukan. Tidak kurang pentingnya adalah peran Kompolnas dan Ombudsman RI dalam menerima berbagai pengaduan/laporan dari masyarakat terkait tindakan dan perilaku kepolisian yang melanggar hak-hak manusia. Jakarta, 30 Desember 2013 Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) 10 / 10