BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi tiruan lengkap dapat diartikan sebagai protesa gigi lepasan yang dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur yang menyertai suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah. Protesa terdiri dari gigi tiruan yang dilekatkan pada basis protesa. Dukungan basis protesa diperoleh melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut dibawahnya (Anusavice, 2004). Kriteria bahan basis gigi tiruan yang ideal yaitu harus radiopak, memiliki kekuatan, kekakuan, kekerasan yang tinggi, memiliki stabilitas dimensional yang baik, mudah dipoles, mudah dimanipulasi, mudah dibersihkan, murah, tidak toksik, tahan terhadap penyerapan cairan rongga mulut, memiliki konduktivitas termal yang baik (Noort, 2002). Proses pemanasan resin methyl methacrylate menghasilkan bahan resin yang berporus. Permukaan resin yang berporus menyebabkan kolonisasi mikroorganisme salah satunya yaitu mikroorganisme jamur Candida, terutama Candida albicans dan Candida glabrata. Perlekatan organisme jamur menghasilkan produk metabolik yang dapat mengiritasi mukosa. 1
2 Berbagai faktor menyebabkan kolonisasi Candida yang tidak terkendali pada permukaan gigi tiruan, sehingga menyebabkan erythema dan edema pada jaringan lunak yang disebut kandidiasis atau kandidosis (Daniel, dkk., 2008). Pembersihan gigi tiruan dibutuhkan untuk meminimalkan bau yang tidak menyenangkan dan reaksi jaringan lunak yang tidak diinginkan. Pasien harus melepas gigi tiruan setiap setelah makan untuk membilas sisa makanan yang melekat dan meminimalkan perkembangan substrat menjadi bacterial plaque biofilm (Daniel, dkk., 2008). Pembersihan gigi tiruan dapat dilakukan dengan cara menyikat, merendam dalam larutan, menggunakan radiasi gelombang mikro atau gabungan dari cara-cara tersebut. Lebih dari 75% pengguna gigi tiruan lepasan maupun gigi tiruan lengkap menggunakan larutan perendam yang dijual di pasaran sebanyak dua kali atau lebih dalam seminggu. Pasta dan sikat gigi tidak harus digunakan untuk membersihkan gigi tiruan karena sifat abrasif dari pasta gigi yang dapat menyebabkan menipisnya plat akrilik dari waktu ke waktu. Gigi tiruan yang disikat menggunakan pasta gigi tidak mengurangi organisme secara adekuat dikarenakan organisme melekat erat pada permukaan gigi tiruan yang berporus (Daniel, dkk., 2008). Bahan pembersih gigi tiruan yang digunakan oleh pasien untuk membersihkan gigi tiruan sangat beragam. Urutan kesukaan pasien adalah pasta gigi, pembersih protesa komersial, deterjen ringan, pembersih rumah tangga, pemutih, dan cuka. Baik teknik menyikat maupun teknik merendam digunakan dengan bahan-bahan ini. Kebanyakan bahan pembersih protesa yang dijual
3 menggunakan teknik perendaman. Bahan perendam mengandung komponen alkalin, deterjen, natrium perborat, dan bahan pemberi aroma (Anusavice, 2004). Kebersihan gigi tiruan resin akrilik dan kebersihan rongga mulut dapat dijaga dari kontaminasi jamur Candida albicans dengan cara merendam gigi tiruan dalam bahan pembersih gigi tiruan pada malam hari. Bahan pembersih gigi tiruan yang dijual di pasaran saat ini memiliki kekurangan yaitu harga yang relatif mahal, sehingga diperlukan adanya bahan alternatif sebagai pengganti bahan pembersih gigi tiruan yang relatif lebih murah (Erna, dkk., 2010). Sumber daya alam di Indonesia sangat melimpah, terutama sumber daya alam hayati salah satunya tanaman obat. Tanaman salak pondoh (Salacca zalacca) merupakan salah satunya. Salak dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya, selama ini kulit buah salak hanya menjadi limbah dan tidak dimanfaatkan. Menurut Sahputra (2008), hasil uji fitokimia pada sampel daging dan kulit salak menunjukkan bahwa senyawa flavonoid dan tanin lebih dominan serta mengandung sedikit senyawa alkaloid. Menurut Sulaksono, dkk. (2015), hasil penapisan fitokimia buah salak Salacca zalacca (Gaertner) Voss terdapat senyawa alkaloid, polifenolat, flavonoid, tanin, kuinon, monoterpen, dan sesquiterpen. Robinson (1995) mengemukakan flavonoid yang diisolasi dari tumbuhan mempunyai beberapa keaktifan antara lain keaktifan sebagai antimikroba, anti virus, anti jamur, obat infeksi pada luka, antioksidan dan anti kanker. Berdasarkan uraian di atas, perlu kiranya meneliti bahan pembersih alternatif gigi tiruan yang murah dengan memanfaatkan limbah dan mudah
4 didapat dengan dilakukan penelitian terhadap ekstrak kulit salak pondoh dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans pada plat resin akrilik. ان ذ ي ج ع م ن ك م األر ض م ه د ا و س ه ك ن ك م ف يه ا س ب ال و أ ن ش ل م ن انس م اء م اء ف أ خ ز ج ن ا ب ه أ س و اج ا م ن ن ب ات ش ت ى )٥٣ ) Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. (QS. Thaha:53) B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu: 1. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan Candida albicans antara dua kelompok perlakuan? 2. Manakah kelompok perlakuan yang lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans pada plat resin akrilik? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi kulit salak pondoh (Salacca zalacca) sebagai alternatif bahan pembersih gigi tiruan.
5 Tujuan khusus : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak kulit salak pondoh (Salacca zalacca) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans pada plat resin akrilik. D. Manfaat Penelitian a. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan di bidang kedokteran gigi. b. Bagi masyarakat Memberikan informasi khasiat ekstrak kulit salak pondoh sebagai alternatif bahan pembersih gigi tiruan. c. Bagi peneliti Dapat menjadi informasi ilmiah dalam rangka memperkaya ilmu dan menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Cut Intan Evtia Nurina, dkk. (2014) yang berjudul Uji Antimikroba Ekstrak Buah Salak (Salacca edulis) terhadap Bakteri Escherichia coli mengatakan bahwa ekstrak buah salak dengan berbagai konsentrasi memiliki pengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan ekstrak kulit salak terhadap mikroorganisme Candida albicans.
6 2. Penelitian Endang Wahyuningtyas (2008) yang berjudul Pengaruh Ekstrak Graptophyllum pictum terhadap Pertumbuhan Candida albicans pada Plat Gigi Tiruan Resin Akrilik mengatakan bahwa ekstrak Graptophyllum pictum dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans pada plat gigi tiruan resin akrilik. Ekstrak Graptophyllum pictum 40% mempunyai daya antijamur tertinggi terhadap petumbuhan Candida albicans pada plat gigi tiruan resin akrilik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan ekstrak kulit salak pondoh (Salacca zalacca) sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak Graptophyllum pictum. 3. Penelitian Fahrizan Manda Sahputra (2008) yang berjudul Potensi Ekstrak Kulit dan Daging Buah Salak Sebagai Antidiabetes mengatakan hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daging dan kulit buah salak mengandung flavonoid, tanin, alkaloid dan hidrokuinon. Hasil penelitian menunjukkan salak varietas pondoh dari Yogyakarta dan Balikpapan memiliki kadar air yang tinggi (di atas 10%). Ekstrak kulit dan daging buah salak dari Yogyakarta tidak menunjukkan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase, sehingga tidak memiliki potensi antidiabetik hiperglikemia. Ekstrak salak varietas pondoh dari Balikpapan mampu menghambat enzim α-glukosidase diatas 0%. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan ekstrak kulit salak pondoh (Salacca zalacca) dalam menghambat pertumbuhan
7 Candida albicans, sedangkan penelitian sebelumnya meneliti ekstrak kulit dan daging buah salak sebagai antidiabetes. 4. Penelitian Jafari, dkk. (2015) yang berjudul Antifungal Effect of Zataria multiflora Essence on Experimentally Contaminated Acryl Resin Plates With Candida albicans mengatakan bahwa ekstrak Zataria konsentrasi 50 dan 25 mg/ml efektif dalam menhilangkan Candida yang melekat pada permukaan gigi tiruan setara dengan 100000 IU nistatin. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak Zataria multiflora sedangkan penelitian ni menggunakan ekstrak kulit salak pondoh, jumlah sampel penelitian sebelumnya sebanyak 160 sedangkan penelitian ini menggunakan 32 sampel.