BAB I PENDAHULUAN. dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 : 204). Dengan melihat pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. upaya sekolah dalam mendukung tujuan pendidikan nasional, Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di. dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. motivasi pokok implemenatasi pendidikan karakter negara ini. Pendidikan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat. Sarjan S-1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang Islami dalam aspek sumber. (wawancara dengan dr. Ismanto tenaga medis di RSI Pati, 17 Maret 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH. Pertemuan ke-6

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai salah satu rahmat yang tak

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING. DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN 2007/2008

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

STUDI KRITIS PENDIDIKAN ISLAM PADA KEGIATAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN TINGKAT PENGHELA DI KWARTIR DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. Allah yang bersumber dari al-qur an dan as-sunnah yang pemahamannya. seperti dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tentu Negara akan lemah dan hancur. Sikap dan tingkah laku. dan membentuk sikap, moral serta pribadi anak.

MATERI 5 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (Rindang, 2004: 2). Situasi dan kondisi sekolah mencerminkan keadaan

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DAN PEMECAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN DAN SISTEMATIKA PEMBAHASAN. layak dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) di Fakultas Agama Islam

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah masyarakat adalah aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī

bentuk hubungan tertentu (bersosialisasi) dengan dunia sekitarnya dan memiliki jenjang struktural yang jelas, memiliki tujuan dan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan yang telah mengalami perkembangan, baik dari segi

PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan pengajaran. Dan hal itu tidak saja untuk diri pribadi para. nabi, tetapi juga diwariskan kepada seluruh umatnya.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang tua, yang harus disyukuri, dijaga dan dididik agar dapat

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

BAB III METODE PENELITIAN

IKATAN REMAJA MUHAMMADIYAH (IRM)

BAB I PENDAHULUAN. untuk dihafal. Karena keaslian dan kemurnian Al-Qur'an haruslah tetap

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas SDM, salah satunya melalui pendidikan. Semua orang

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan yang telah ditentukan. Adapun metode yang peneliti gunakan adalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENERAPAN KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN) DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT DARUL FALAH LANGENHARJO SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam rangka membangun manusia Indonesia yang

ANGGARAN DASAR PEMUDA MUAHMMMADIYAH BAB I NAMA, IDENTITAS, TEMPAT KEDUDUKAN DAN LAMBANG. Pasal 1. Nama, Identitas dan Tempat Kedudukan

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN KADER (PRESEPSI ORGANISASI OTONOM MUHAMMADIYAH)

PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN REMAJA ( studi kasus kegiatan rohis di SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah Bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh pendidik

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H.

BAB I PENDAHULUAN. dari generasi sebelumnya. Perkembangan IPTEK yang semakin pesat telah

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: RATIH SILVIANA A

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

SKRIPSI. Oleh: DWI ERNAWATI NIM : G

BAB I PENDAHULUAN. mempertanggungjawabkan semua perilaku selama hidupnya. Idealnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KLASIKAL DALAM PENGAJARAN MEMBACA AL-QURAN

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

PERENCANAAN PEMBELAJARAN AQIDAH BERBASIS KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (STUDI KASUS DI SDIT AL- FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB III METODELOGI PENELITIAN. penulis akan mengemukakan metode penelitian induktif. Metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. cara-cara yang akan digunakan bersifat operasional dari kegiatan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Islam bersumber pada Al-Qur an dan As-Sunah. Maksud dan tujuan dari

REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. dibatasi oleh waktu, kapan pun dan dimanapun disepanjang hayatnya. dan yang terpenting adalah mempunyai akhlak dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kepada segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010, Gerakan Pramuka, Pasal 10, ayat 1

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

KWARTIR DAERAH KABUPATEN JEPARA Jalan Raya Kelet Keling Jepara, /

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sedangkan pendekatannya memakai diskriptif-analisis, dengan uraian lengkap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai arti proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dengan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 : 204). Dengan melihat pada keadaan pendukung atau instrumen di sekitar, maka pendidikan dapat menggunakan berbagai metode dan materi beragam yang dipersiapkan dalam sebuah kurikulum. Di dalam Islam, orientasi pendidikan yang dilakukan adalah terbentuknya kepribadian muslim (Marimba. 1989 : 46). Dengan melalui berbagai metode dengan dasar Al Quran dan Sunah, maka proses pendidikan bersifat fleksibel sesuai dengan penekanan kemampuan (skill) pribadi terhadap lingkungan atau alam sekitarnya. Proses pendidikan dapat disampaikan melalui berbagai bentuk kegiatan. Salah satunya adalah pendidikan kepanduan. Didalam tujuan pendidikan pandu merupakan proses pendidikan atau pendewasaan yang berorientasi pada kemampuan bermandiri dengan alam dan kecakapan dalam berbudi. Kepanduan bersifat universal bagi seluruh bangsa-bangsa. Hal ini dapat dilihat dengan keberadaan gerakan pandu yang berada di berbagai bangsa dan negara. Termasuk di Indonesia yang memiliki Gerakan Pramuka dan gerakan pandu yang lain. Salah satu bentuk pendidikan kepanduan yang ada di Indonesia

2 saat ini selain dari Gerakan Pramuka, terdapat pada organisasi Islam yaitu di Muhammadiyah dengan Organisasi Otonom Hizbul Wathan (HW). Di dalam Muhammadiyah, terdapat sebuah hierarki arah pengkaderan yang dikelompokkan sesuai bidang garapnya pada organisasi-organisasi otonom (Ortom). Pada Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah pasal 16 ayat 1 tentang Organisasi Otonom menyatakan yaitu, Organisasi Otonom adalah organisasi yang dibentuk oleh persyarikatan guna membina warga persyarikatan dan kelompok masyarakat tertentu sesuai bidang-bidang kegiatan yang diadakan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan persyarikatan (PPM Badan Pendidikan Kader, 1996 : 61). Hizbul Wathan adalah salah satu ortom yang mempunyai arah pendidikan kepanduan yang berisikan pendidikan kemandirian, permainan, hiburan dan kedisiplinan (Asrofie,et al. 2002 : 64). 1. Prinsip Hizbul Wathan Kepanduan Hizbul Wathan adalah organisasi otonom Persyarikatan Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang pendidikan kepanduan putra maupun putri dan merupakan gerakan Islam dan dakwah amar ma ruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumberkan Al Quran dan Sunah. Organisasi ini didirikan untuk mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah dengan jalan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam lewat pendidikan kepanduan. Pencapaian maksud dan tujuan Hizbul Wathan tersebut dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut :

3 a. Melalui jalur kepanduan ingin meningkatkan pendidikan angkatan muda putra maupun putri menurut ajaran Islam. b. Mendidik angkatan muda putra dan putri agar menjadi manusia muslim yang berakhlak mulia, berbudi luhur, sehat jasmani daqn rohani. c. Mendidik angkatan muda putra dan putri menjadi generasi yang taat beragama, berorganisasi, cerdas dan terampil. d. Mendidik angkatan muda putra dan putri gemar beramal, amar ma ruf nahi munkar dan berlomba dalam kebajikan. e. Meningkatkan dan memajukan pendidikan dan pengajaran kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan sesuai dengan ajaran Islam. f. Membentuk karakter dan kepribadian sehingga diharapkan menjadi kader pemimpin dan pelangsung amal usaha Muhammadiyah. g. Memantapkan persatuan dan kesatuan serta penanaman rasa demokrasi serta ukhuwah sehingga berguna bagi agama, nusa dan bangsa. h. Melaksanakan kegiatan lain yang sesuai dengan tujuan organisasi. 2. Aplikasi pendidikan Hizbul Wathan. Corak pendidikan yang diterapkan pada kepanduan, memiliki berbagai variasi model, metode, bahan ajar, dan bahkan simbol serta pemaknaanya. Hal serupa juga terdapat dalam pendidikan HW, akan tetapi tidak semuanya sama dan semaksud. Berbagai modifikasi keislaman dicoba untuk dimasukkan kedalamnya. Sehingga HW memiliki ciri khas corak penddikan yaitu keislaman dan kepanduan tersendiri.

4 Proses pendidikan dalam kepanduan terjadi pada saat peserta didik asyik melakukan kegiatan yang menarik, menyenangkan, kreatif dan menantang. Simbol-simbol yang digunakan berperan sebagai perantara pendidikan. Pada saat demikian itu pembina pandu disela-sela kegiatan tersebut, memberikan pendidikan dan pembinaan watak serta pemahaman makna. Dengan berbagai perlambangan yang dikemas dalam metode-metode pendidikan pandu HW, terdapat banyak sekali variasi pendidikan yang diterapkan diberbagai pelatihan. Akan tetapi, terkadang dalam metode yang dipergunakan masih menggunakan dasar kepanduan secara umum, maka harus ada filterisasi ke dalam pendidikan Islam. Karena apabila hal tersebut tidak dilaksanakan dapat menimbulkan kontroversi dikalangan umat Islam sendiri. Sebagai salah satu contoh perdebatan dalam pendidikan Hizbul Wathan sampai saat ini salah satunya adalah tentang keberadaan acara kegiatan api unggun yang dianggap kontroversial. Di satu sisi menurut pendidikan kepanduan secara umum, api unggun adalah merupakan wahana pendidikan kepanduan dengan melalui suasana yang gembira, penuh dengan nilai-nilai budaya dan seni sehingga proses pendidikan secara tersirat mengajarkan tentang pemahaman kehidupan di alam. Tetapi di sisi lain, ada yang beranggapan bahwa proses api unggun memiliki unsur penyimpangan aqidah, karena terdapat sebuah kesan pengagungan/pemujaan terhadap api. Tindakan yang seharusnya dihindari dan bersifat haram menurut syariat

5 ketauhidan dan keislaman. Apalagi ketika metode tersebut diterapkan pada siswa didik yang memiliki usia 16-20 tahun yang merupakan masa-masa remaja. Usia tersebut dalam pendidikan HW termasuk pada tingkat penghela, yang berperan sebagai generasi muda dan merupakan usia untuk meletakkan dasar pendidikan Islam yang kuat. Di sisi lain pendidikan pandu yang diterapkan pada HW adalah, sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yang menjadi salah satu dakwah Muhammadiyah yaitu menjaga kemurnian ajaran agama Islam dari unsur tahayul, bid ah dan khurofat (TBC). Karena semua perbuatan tersebut akan menuju kepada penyimpangan aqidah tentang kesyirikan, dan syirik adalah dosa besar sesuai dengan Firman Allah pada QS An Nisa ayat 48 :???d??? Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu bagi siapa yang dikehendakinya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang sangat besar. ( QS. An Nisa : 48) Ketidakseragaman dalam penerapan metode yang tepat, tidak adanya sebuah kesepakatan bersama terhadap konsep pendidikan kepanduan di tingkat praktis pada qabilah-qabilah, dapat berakibat terhadap perkembangan dakwah Islam. Hal-hal seperti inilah harus diluruskan agar tujuan dakwah yang telah dimaklumatkan oleh Hizbul Wathan terhadap pendidikan para anak dan

6 remaja Muhammadiyah, dapat berjalan dengan nilai-nilai kepanduan dan tidak melenceng dari tujuan pendidikan Islam. Pada salah satu motto Hizbul Wathan yaitu,??????? Yang artinya berlomba-lombalah kamu pada kebaikan, mempunyai sebuah kesan bahwa seorang pandu HW harus memiliki semangat untuk selalu ber amar ma ruf nahi munkar, selalu menjadi yang terdepan dalam melakukan ibadah. Apalagi seorang pandu penghela yang merupakan golongan remaja yang menjadi generasi muda dan penerus dakwah perjuangan. Apabila menilik permasalahan di atas, untuk sesuai dengan fakta di lapangan maka perlu adanya sebuah penelitian kritis terhadap keberadaan pendidikan Islam Hizbul Wathan. Dengan mengambil salah satu studi kasus yaitu kegiatan tingkat Penghela di Kwartir Daerah Kota Surakarta, sebagai pengurus Gerakan Hizbul Wathan. Mempertimbangkan tingkat keaktifan kegiatan yang diadakan serta keberadaan pendukung yang memadai untuk penelitian yang berada di beberapa Qabilah (tingkat SMA/SMK), serta keberadaan psikologis peserta didik pada tingkat penghela, maka penulis mencoba mengangkat sebuah penelitian dengan judul Studi Kritis Pendidikan Islam pada Kegiatan Kepanduan Hizbul Wathan Tingkat Penghela di Kwartir Daerah Kota Surakarta Tahun 2006.

7 B. Penegasan Istilah Agar dalam melakukan pembahasan penelitian ini tidak terjadi salah pengertian, maka perlu ditegaskan beberapa istilah didalamnya. Studi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah telaah, penelitian, penyelidikan ilmiah. Sedangkan studi kritis adalah pendekatan untuk meneliti gejala sosial dengan menganalisis suatu kasus secara mendalam dan utuh (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991 : 860). Pendidikan menurut Marimba adalah bimbingan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba, 1989 : 15) Sedangkan pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian yang utama menurt ukuran-ukuran Islam (Marimba, 1989 : 16) Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang tugas utamanya mendidik anak, remaja dan pemuda dengan sistem kepanduan (Anggaran Dasar Hizbul Wathan Bab III Pasal 7 Ayat 2). Tingkat Penghela adalah salah satu tingkatan pada HW yang terdapat pada siswa didik usia 16 20 tahun. Pada aplikasinya, tingkat penghela berada di Qabilah yang berkedudukan di Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (SMA/SMK) Muhammadiyah.

8 Kwartir Daerah Kota Surakarta adalah organisasi HW yang berada di tingkat kabupaten atau kota. Dan Kwartir Daerah Kota Surakarta beralamatkan di Balai Muhammadiyah jalan Teuku Umar No. 5 Surakarta. Secara simultan, maka pada judul Studi Kritis Kependidikan pada Kegiatan Kepanduan Hizbul Wathan tingkat Penghela di Kwartir Daerah Kota Surakarta mengandung arti yaitu, studi mendalam tentang proses pendidikan Islam yang dilaksanakan Hizbul Wathan tingkat Penghela di Kwartir Daerah Kota Surakarta pada Qabilah SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, Qabilah SMK Muhammadiyah 2 Surakarta dan Qabilah SMK Muhammadiyah 3 Surakarta. C. Perumusan Masalah Dengan berdasarkan atas uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimanakah corak pendidikan Islam dalam gerakan kepanduan Hizbul Wathan tingkat Penghela di Kwartir Daerah Kota Surakarta? 2. Apa kendala-kendala pelurusan aqidah/nilai keislaman pada pendidikan kepanduan Hizbul Wathan tingkat Penghela di Kwartir Daerah Kota Surakarta? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian tentang pendidikan Hizbul Wathan ini diharapkan mempunyai tujuan dan manfaat yang dapat dipetik, yaitu :

9 Tujuan penelitian : 1. Untuk mengetahui corak pendidikan Islam yang diterapkan pada Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan tingkat Penghela di Kwartir Daerah Kota Surakarta. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala dan solusi dalam pelurusan aqidah/nilai keislaman pada pendidikan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan tingkat Penghela di Kwartir Daerah Kota Surakarta. Manfaat penelitian : 1. Secara teoritik/akademis : a. Menambah wawasan terhadap bermacam-macam metode yang dipergunakan dalam pendidikan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan. b. Dengan memahami corak pendidikan Islam yang diterapkan pada pendidikan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, maka diharapkan tidak terjadi kesalahan interpretasi terhadap pemaknanannya. 2. Secara praktis : a. Sebagai masukan terhadap keberadaan pendidikan yang dilaksanakan oleh Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, sehingga dalam pemilihan materi atau metode sesuai dengan nilai-nilai Islam yang dijalankan b. Adanya kroscek kembali/evaluasi terhadap model pendidikan yang telah dilaksanakan oleh Pembina dan Pelatih, agar tidak terjadi kesalahan atau pembiasan dalam pemaknaan.

10 E. Studi Pustaka Pada skripsi saudara Suyati (2004) FAI-UMS, yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Islam pada Kegiatan Ekstrakurukuler Hizbul Wathan pada Siswa Kelas 1 SMP Muhammadiyah 5 Surakarta, menyimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kepanduan Hizbul Wathan di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta telah memuat nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung nilai aqidah, ibadah dan akhlak. Namun di sisi lain, kegiatan tersebut mengandung nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam khususnya masalah ketauhidan, dimana ditemui suatu kegiatan yang mengagungkan api dan mengarah pada kesyirikan. Api yang dianggap sebagai sebuah simbol yang memiliki daya pembentukan kesan umum, ternyata mengundang banyak sekali pemaknaan yang beragam. Pada buku Kenang-KenanganTuntunan Hizbul Wathan yang disusun oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Madjlis Hizbul Wathan pada tahun 1961, berisi tentang semua semua panduan bentuk pendidikan HW mulai dari dasar tingkat athfal hingga tingkat lanjut penuntun. Buku ini merupakan yang pertama kali diterbitkan oleh HW, dan kemudian dijadikan sebagai dasar utama dari semua bentuk pengembangan atau inovasi yang dilakukan HW. Materi yang disampaikan adalah tentang berbagai pendidikan pandu secara umum dan sekaligus berisi tentang tuntunan ibadah bagi seorang pandu HW yang berdasarkan pada Al Qur an dan Sunah. Maka dari itu, sebenarnya diharapkan tidak ada satupun kegiatan yang dilaksanakan keluar dari jalur semula.

11 Pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan tentang pola pendidikan yang digunakan pada pendidikan kepanduan bahwa, HW melaksanakan pendidikan kepanduan yang islami. Di sisi lain bahwa, HW adalah salah satu organisasi otonom Muhamadiyah yang bertujuan untuk menegakkan cita maksud dan tujuan persyarikatan. Maka penerapan antara konsep dan praktek kepanduan HW sesuai dengan asas-asas islami yang telah disepakati oleh persyarikatan. Berdasar atas hal-hal di atas, maka permasalahan tentang keberadaan proses pendidikan pada HW yang menimbulkan persepsi pembiasan makna, harus diluruskan agar tidak terjadi salah interpretasi dan persepsi pemaknaan pendidikan Islam yang terjadi. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian. Ditinjau dari obyeknya, penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian lapangan (field research), karena data-data yang diperlukan untuk penyusunan karya ini diperoleh dari proses kegiatan pendidikan Hizbul Wathan tingkat Penghela di Kwartir Daerah Kota Surakarta. 2. Metode penentuan subyek. a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1992 : 115). Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota pada gerakan

12 kepanduan Hizbul Wathan tingkat Penghela di Kwartir Daerah Kota Surakarta. b. Sampel Sampel adalah subyek penelitian yang jumlahnya kurang dari populasi (Hadi, 1986 : 222). Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang mewakili untuk diteliti, yaitu dengan mengambil beberapa Qabilah Penghela yang berada di Kwartir Daerah Kota Surakarta yaitu di Qabilah SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, Qabilah SMK Muhammadiyah 2 Surakarta dan Qabilah SMK Muhammadiyah 3 Surakarta. Sedangkan teknik sample dalam penelitian ini bersifat snow balling (bola salju), yaitu dengan tidak menentukan jumlah informan tetapi mencari atau menambah informan atas dasar informasi pertama yang didapat. Apabila jumlah informan yang dibutuhkan telah sesuai dengan kebutuhan informasi, maka dapat dihentikan pada jumlah yang ada. c. Sampling Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel (Hadi, 1986 : 75). Dalam skripsi ini penulis menggunakan teknik sampling, dimana penulis hanya mengambil beberapa anggota populasi yang kira-kira dapat mewakili jumlah populasi untuk memberikan datadata yang dibutuhkan. Sedangkan teknik sampling dalam penelitian ini bersifat purposif sampling, yaitu dengan memilih informan yang dianggap

13 mengetahui secara mendalam tentang informasi dan data-data yang diperlukan. Adapun sampling yang ada dalam penelitian ini adalah pengurus tingkat Penghela Kwarda Kota Surakarta, Pembina qabilah dan siswa didik penghela di qabilah. 3. Metode pengumpulan data a. Metode observasi yaitu dengan cara mengumpulkan data sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang fenomenafenomena yang diselidiki (Hadi, 1986 : 136). Metode observasi digunakan untuk mendapatkan data-data yang menggunakan pengamatan secara langsung hingga memperoleh gambar menyeluruh tentang obyek yasng diteliti. Metode ini bertujuan untuk menguatkan data-data yang tidak dibantahkan kenyataanya. b. Metode wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan, yang mana dua orang atau lebih secara fisik, yang satu dapat melihat muka orang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suara lawan bicaranya (Hadi, 1986 : 192). c. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya (Arikunto, 1992 : 202). 4. Metode analisa data Pada penelitian ini, sebuah pendekatan kualitatif yang digunakan adalah diskriptif analisis, yaitu dengan cara menganalisis data hasil penelitian

14 dan disajikan secara kualitatif. Data yang dihasilkan adalah diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku orang-orang yang diamati. Adapun cara berpikir yang digunakan adalah deduktif dan induktif, yaitu a. Cara berpikir deduktif adalah dengan berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum dan bertitik tolak pada pengetahuan yang umum itu hendak menilai suatu kejadian khusus (Hadi, 1984 : 36). b. Cara berpikir induktif adalah dengan berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian ditarik generalisasigeneralisasi yang mempunyai sifat umum (Hadi, 1986 : 42). G. Sistematika Sistematika pembahasan dalam penelitian ini menggunakan rangkaian bab perbab. Antara bab pertama, kedua, ketiga, keempat, dan bab kelima, merupakan satu kesatuan yang terkait secara runtut. Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi pustaka, metode penelitian yang digunakan, dan yang terakhir sistematika pembahasan. Bab kedua adalah kerangka teori, memaparkan berbagai pengertian tentang dasar-dasar pendidikan Islam dan berbagai konsep tentang kegiatan kepanduan HW tingkat Penghela. Bab ketiga adalah studi permasalahan, yang memaparkan tentang gambaran umum keadaan Hizbul Wathan tingkat Penghela di Kwartir Daerah Kota Surakarta dan berbagai aktifitas-aktifitas yang dilaksanakan di beberapa

15 Qabilah, yang terdapat di Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (SMA/SMK) Muhammadiyah. Bab keempat adalah analisa data, yaitu dengan berdasar pada landasan teori, data-data dan permasalahan di atas, maka pada bab ini merupakan analisa dari proses pendidikan yang terjadi dalam Hizbul Wathan tingkat Penghela di Kwartir Daerah Kota Surakarta. Selain itun juga ditampilkan tentang kendalakendala pelurusan nilai-nilai keislaman serta solusinya. Bab kelima adalah penutup, yaitu tentang kesimpulan beserta saran-saran terhadap gerakan HW tingkat Penghela di Kwartir Daerah Kota Surakarta. Dan pada akhir skripsi memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup penulis.