TUGAS MENGULAS NOVEL Disusun oleh : Nama : Naily Malichah No Absen : 16 Kelas Mapel : 8D : Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Salaman Tahun Pelajaran 2014/2015
Ulasan Novel Amelia 1. Identitas Novel a. Judul Novel : Amelia b. Pengarang : Tere Liye c. Penerbit : Republika d. Ukuran Novel : 13.5 x 20.5 cm e. Tebal Buku : 392 halaman f. Sampul (cover) : Judul, pengarang, gambar anak kecil sedang berusaha memetik biji kopi, dan berwarna biru, hijau, serta merah muda. g. Cetakan : I, Oktober 2013
2. Struktur Teks Ulasan Amelia Struktur Teks Orientasi Tafsiran Evaluasi Paragraf Amelia adalah novel keempat dari serial anak-anak mamak karya Tere-Liye. Tere liye mengisahkan tidak selamanya anak bungsu itu berperilaku cengeng, manja dan tidak bisa diatur. Buktinya pada sosok Amelia, yang bersifat anak petualang dan tidak pernah menyerah. Sifatnya tidak berubah meskipun situasi menyadarkannya bahwa anak bungsu pada akhirnya menjadi penunggu rumah. Dari kecil Amelia disebut oleh mamak dan bapaknya Amelia si gadis bungsu yang kuat. Terlahir menjadi bungsu, membuatnya tidak terima dengan kenyataan, selalu ingin bertukar posisi dengan kakak sulungnya, Eliana. Baginya menjadi bungsu hanyalah korban perintah-perintah kakaknya, selalu disuruh-suruh dan selalu menjadi penunggu rumah. Selain memiliki kakak sulung yang selalu ngetur-ngetur, Amelia juga memiliki dua kakak laki-laki yang tak kalah menyebalkannya dengan Eliana, yang setiap hari menjahili dan meledek Amelia. Mereka adalah Pukat si anak pandai, dan Burlian si anak spesial. Saking inginnya bertukar posisi dengan Eliana, Amelia ingin sekali dipanggil Eli, yang dari penggalan namanya juga dari Am-Eli-a. Amel tidak pernah tahu bahwa sulit sekali menjadi anak sulung, dia bersikeras tidak ingin menjadi anak bungsu, ngotot sekali untuk menjadi anak sulung itu lebih menyenangkan, bisa ngatur-ngatur sesukanya, memerintah ini memerintah itu. Dalam kisah Amelia ini, Tere Liye menyampaikan pesan moral tentang keharusan anak manusia merantau dan menjelajah dunia untuk menuntut ilmu, sekalipun ia anak perempuan dan bungsu pula. Tere Liye sering kali membuat pembacanya merasa sangat gembira maupun sedih. Kata- kata mutiara dalam novel Pukat selalu memotivasi para pembacanya. Bahasa unik dan sederhana menjadikan cerita ini mudah dipahami dan menarik. Sebenarnya setiap novel dalam serial anak - anak mamak saling berhubungan satu sama lain. Hanyalah perbedaan tokoh utama dan cerita - cerita yang dibawakan. Sering kali salah satu bab dalam novel Amelia muncul lagi dalam novel Eliana, Pukat, dan Burlian. Selain itu, novel ini hanya menceritakan keseharian Amelia
Rangkuman 3. Unsur Intrinsik pada masa sekolah dasar, hanya epilog novel yang bercerita tentang kehidupannya setelah lulus dari bangku perkuliahan. Dengan berbagai kelebihan dan kekurang novel Pukat, novel ini benar - benar cocok untuk dijadikan reverensi buku untuk semua kalangan karena buku ini mengandung banyak sekali pesan moral baik bagi anak - anak, remaja, maupun orang dewasa dan orang tua. Selain itu, novel Pukat yang bisa memotivasi seseorang untuk selalu bersyukur atas segala keadaan dan untuk selalu mencintai orang lain. a. Tema (dasar cerita) : Kerja Keras b. Latar (setting) Tempat : - Di sekolah - Di tengah hutan - Di dalam rumah Waktu : - Pulang sekolah - Setelah shalat Shubuh - Pagi-pagi buta Suasana : - Gembira - Haru - Tegang c. Alur/plot : maju d. Perwatakan/penokohan Amelia : selalu ingin tahupekerja keras, penggerutu, dan tidak pernah menyerah Mamak : tegas, penyayang, dan cekatan Bapak : sabar dan bijaksana Eliana : pemberani, tegas, penyayang, dan pengertian Pukat : pintar, nakal, dan pemalas Burlian : jahil, nakal, dan pemalas e. Sudut Pandang : sudut pandang orang pertama, pelaku utama f. Amanat 1) Jangan mudah menyerah dalam meraih sesuatu yang baik meskipun banyak orang menentangnya. 2) Jangan berburuk sangka kepada orang lain, terlebih kepada orang yang belum kita kenal kepribadiannya. 3) Yakinlah bahwa kegagalan adalah kunci dari kesuksesan. 4) Berani untuk mengungkapkan ide yang ada di otak cerdasmu. 5) Lakukan semua perintah dan nasihat orang tua selagi semua itu baik.
4. Unsur Ekstrinsik Tere Liye Nama Tere Liye merupakan nama pena seorang penulis berbakat tanah air. Tere Liye mempunyai nama asli Darwis. Tere Liye lahir pada tanggal 21 Mei 1979 dan tumbuh dewasa di Palembang, Sumatera Selatan. Ia berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa. Tere Liye meyelesaikan masa SMA Negeri 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan ke SMUN 9 bandar lampung. Setelah selesai di Bandar lampung, ia meneruskan ke Universitas Indonesia dengan mengambil fakultas Ekonomi. Berikut sebagian karya dari Tere Liye: 1. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Umum, 2010) 2. Eliana (Penerbit Republika) 3. Pukat (Penerbit Republika, 2010) 4. Burlian (Penerbit Republika, 2009) 5. Amelia (Penerbit Republika,2013) 6. Hafalan Shalat Delisa (Penerbit Republika, 2005) 7. Moga Bunda Disayang Allah (Penerbit Republika, 2005) 8. The Gogons Series : James & Incridible Incodents (Gramedia Pustaka Umum, 2006) 9. Rembulan Tenggelam di Wajahmu (Grafindo 2006 & Republika 2009) 10. Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (Penerbit AddPrint, 2005) 11. Cintaku Antara Jakarta dan Kuala Lumpur (Penerbit AddPrint, 2006) 12. Senja Bersama Rosie (Sunset Bersama Rosie) (Penerbit Grafindo, 2008) 13. Bidadari Bidadari Surga (Penerbit Republika, 2008) 14. Sang Penandai (Penerbit Serambi, 2007) 15. Negeri di Ujung Tanduk Salah satu novelnya yang berjudul Hafalan Shalat Delisa diangkat oleh seorang sutradara bernama Sony Gaokasak pada tahun 2011 dan pengambilan gambar filmnya diambil dari Aceh. Novel Hafalan Shalat Delisa sebenarnya belum selesai. Masih ingin menceritakan lagi tentang masa remaja Delisa,
tetapi karena sudah tidak menemukan lagi ide untuk meneruskan, maka dia tulis kata TAMAT di akhir kata yang ke 50.000. Tere Liye menegaskan untuk mensyukuri setiap apapun yang kita punya, baik itu berupa kekurangan maupun kelebihan. Penyampaian yang unik dan sederhana menjadi nilai tambah bagi tiap novelnya. Justru karena kesederhanaannya, tiap kita membaca lembar demi lembar novelnya, kita serasa melihat di depan mata apa yang Tere Liye sampaikan. Uniknya, kita tidak akan merasa sedang di gurui meskipun dari tulisantulisannya itu tersimpan pesan moral, islam serta sosial yang penting. Dari karya-karyanya, Tere Liye ingin membagi pemahaman bahwa sebetulnya hidup ini tidaklah rumit seperti yang sering terpikir oleh kebanyakan orang. Hidup adalah anugerah Tuhan yang berarti harus kita syukuri.