BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendengarkan, mencatat kemudian menghapal materi pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan banyak cara untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan dilaksanakan untuk maksud yang positif dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN VAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. mana yang benar dan salah, dengan pikiran manusia dapat berpikir bahwa dia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEER LESSONS DAN LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) PADA SISWA KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa cenderung pasif. Sikap siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompetensi di

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pencapaian

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. IPS merupakan mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD) yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu bagian yang tidak dapat lepas dari kehidupan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data pemahaman konsep matematis siswa untuk setiap sampel penelitian yaitu

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan. Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya menanamkan pendidikan kepada seseorang diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu ilmu dasar yang memiliki nilai esensial yang dapat diterapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

PEMBELAJARAN TEMATIK (LEARNING BY DOING) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TEMA PEKERJAAN MENGHASILKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses untuk membangun manusia dalam. mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran adalah interaksi belajar mengajar, dimana terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan dan disukai siswa. Namun, pada kenyataannya bahwa belajar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dari seluruh rakyat Indonesia, baik dari pemerhati pendidikan, birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembelajaran Matematika dari zaman ke zaman merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan. formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, karena matematika merupakan ilmu dasar yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan sumber-sumber daya pendidikan yang tersedia. pendidikan juga mengalami dinamika yang semakin lama semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam perkembangan suatu negara dan mencerdaskan generasi bangsa. Indonesia merupakan salah satu negara besar yang berkembang dan sedang membangun, terutama pada bidang pendidikan. Untuk menilai kemajuan dan keberhasilan pada suatu negara bisa terlihat pada kondisi pendidikan negara tersebut. Sanjaya (2006: 1) mengemukakan, salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk mnghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Pemerintah Indonesia terus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan seperti yang tertulis pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas tidak dapat di pungkiri menjadi kegiatan paling utama dalam proses pendidikan. Silberman (2012: 28) mengemukakan, kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, siswa menyukai penyajian informasi yang runtut. Siswa lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di pendidikan dasar karena matematika sangat penting digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Wahyudi dan Kriswandani, 2013: 1). Dalam pembelajaran matematika ada banyak berbagai macam model pembelajaran yang bisa 1

2 diterapkan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Untuk siswa yang cepat tanggap dalam berpikir tidak akan menjadi masalah bagi dirinya, berbeda dengan siswa yang mengalami kesuliatan belajar dengan berbagai faktor penyebab. Namun pada kenyataannya dalam proses pembelajaran guru masih cenderung menguasai kelas dan siswa pasif mendengarkan. Materi ajar yang harus disampaikan terkadang sulit untuk diterima semua siswa yang pada dasarnya memiliki karakteristik berbeda-beda, penggunaan model pembelajaran pun belum tampak, keadaan kelas yang pasif memancing siswa menjadi bosan dan malas mengikuti proses pembelajaran. Sehingga siswa menganggap bahwa pelajaran matematika tidak akan mempengaruhi hasil belajar yang akan di dapat. Model pembelajaran adalah sebuah metodologi atau piranti untuk melaksanakan perubahan. Pembelajar adalah seorang profesionalis yang menjalankan fungsi-fungsinya dengan menggunakan metodologi untuk membelajarkan peserta didik dengan cara yang tidak konstan, artinya pembelajar harus berinovasi dan mencipta perubahan yang baik pada dirinya maupun pada diri peserta didik dan meninggalkan paradigma lama menuju paradigma baru (Yamin, 2011: 1). Di Indonesia kurikulum telah ditetapkan pemerintah secara formal dan menyebar pada berbagai wilayah, meskipun realitanya banyak daerah yang belum tersentuh pendidikan secara formal. Maka disinilah seorang guru ditekan dan dituntut untuk mengembangkan proses belajar-mengajar sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa. Slameto (2010: 2) menyimpulkan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Setiap peserta didik pasti memiliki keinginan berprestasi tinggi maka guru sebagai penuntun harus mampu mengarahkan, membimbing dan membelajarkan siswa di kelas. Sudjana (2010: 45) menyimpulkan dalam proses belajar-mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang/mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap proses belajar-mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, di samping diukur dari segi

3 prosesnya. Artinya, seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki siswa. Tipe hasil belajar harus nampak dalam tujuan pengajaran (tujuan instruksional), sebab tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses belajar-mengajar. Berdasarkan wawancara dan observasi pada SD Negeri Gedong 03 Banyubiru, rendahnya hasil belajar siswa kelas III mata pelajaran matematika pada Ulangan Tengah Semester ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif untuk siswa. Dalam pembelajaran matematika guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional, menurut beliau model pembelajaran ini efektif untuk disampaikan ke siswa. Guru dapat mengulang kembali pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional jika siswa masih mengalami kesulitan. Model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru sehingga siswa hanya mendapatkan informasi dari guru. Masalah lain adalah guru dalam mengajar cenderung terfokus pada siswa yang bisa menjawab pertanyaan saja, siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan cenderung pasif saat pembelajaran berlangsung. Salah satu kendala utamanya yaitu dalam proses belajar mengajar antusias siswa untuk belajar sangat kurang, siswa cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru, pasif, enggan mengemukakan ketidakpahaman siswa, serta tidak adanya kerjasama dalam belajar di kelas. Jika dibiarkan akan membuat siswa bingung di pembelajaran berikutnya. Terbaginya perhatian guru dalam mengajar juga menjadi kendala untuk fokus kepada siswa sekelas yang memiliki kebutuhan berbeda beda. Kurangnya waktu dalam mengulang kembali materi pembelajaran juga dikeluhkan guru kelas sehingga untuk menyampaikan materi belum secara intensif. Selain itu guru juga tidak pernah menyarankan kepada siswa untuk melakukan belajar bersama di dalam kelas secara tim. Melihat secara nyata permasalahan di SD Negeri Gedong 03 Banyubiru pada siswa kelas III semester 1 rata-rata hasil belajar pada mata pelajaran matematika belum sesuai yang diharapkan, dari 19 siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas hanya 2 siswa yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal. Dan sebanyak 17 siswa nilai yang diperoleh masih belum memenuhi

4 KKM. Berdasarkan hasil Ulangan Tengah Semester masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan KKM 65. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa dikelas ini adalah 84 dan nilai terendah adalah 24. Hal ini bisa dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Ketuntasan Hasi Belajar Matematika Kelas III SD Negeri Gedong 03 Banyubiru Semester I Tahun 2015/2016 (Pra Siklus) No. Ketuntasan KKM = 65 Frekuensi Persentase Keterangan 1. < 65 17 89,47% TIDAK TUNTAS 2. 65 2 10,53% TUNTAS Jumlah 19 100% - Skor Maksimum 84 Skor Minimum 24 Untuk mendapatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika yang maksimal, diperlukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa dapat di arahkan untuk menemukan suatu informasi atau materi dengan lebih bermakna. Sudah bukan masalah yang biasa, momok pelajaran matematika ini terus menakuti siswa akan pemecahan masalah hitungan. Siswa di tuntut memahami dan kritis pada setiap soal matematika. Tak jarang siswa menjadi tidak peduli akan hasil belajar matematika. Segala upaya perbaikan banyak di lakukan oleh guru maupun siswa namun tak banyak yang berubah, matematika selalu menjadi hal tersulit untuk siswa. Guru kelas III sudah mencoba untuk membantu menemukan cara agar siswa yang masih kesulitan berpikir mampu menemukan solusinya, namun tak semudah yang di harapkan. Belum ditemukannya metode pembelajaran yang sesuai menjadi hipotesis awal peneliti. Pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualy sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk memfasilitasi siswa belajar dalam suasana yang lebih aktif dan menyenangkan, interaksi tidak hanya guru dengan siswa juga siswa dengan siswa lainnya dapat bekerja sama dan membantu memahami materi yang di ajarkan. Tujuan umum siswa belajar

5 bersama kelompok adalah bagaimana membuat siswa menyukai pembelajaran di kelas yang cenderung membosankan. Atas permasalahan yang terjadi pada siswa kelas III di SD Gedong 03 Banyubiru diharapkan metode pembelajaran Team Assisted Individualy sangat cocok dilakukan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualy peran guru dalam pengelolaan kelas diminimalisir dan siswa akan dilibatkan secara aktif dalam mengkoordinasi kelompok belajar dan teman kelompok yang mengalami kesulitan. Saat pembelajaran dalam model pembelajaran Team Assisted Individualy siswa dibagi ke dalam kelompokkelompok kecil yang heterogen. Salah satu poin penting yang harus diperhatikan untuk membentuk kelompok yang heterogen di sini adalah kemampuan akademik siswa. Guru kelas yang sudah memahami kemampuan peserta didiknyanya dapat membagi siswa menjadi masing-masing kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa, sesama anggota kelompok berbagi tanggung jawab untuk kelompoknya. Kemudian siswa di minta untuk bekerja sama dalam belajar secara tim. Kurangnya kemampuan sebagian siswa dalam mata pelajaran Matematika, bukanlah menjadi persoalan sederhana, mengingat peranan penting mata pelajaran Matematika dalam pendidikan. Dalam kehidupan sehari hari pun matematika sangatlah berpengaruh. Kurangnya minat siswa pada pembelajaran Matematika membawa berbagai macam dampak diantaranya adalah siswa menjadi pasif pada saat proses belajar mengajar berlangsung, serta kurangnya waktu untuk siswa menalar materi juga di keluhkan guru akibatnya siswa lebih banyak diam saat guru mengajukan pertanyaan. Akibat siswa yang sukar untuk paham akan materi yang di ajarkan membuat waktu yang di gunakan pada kelas berkurang. Selain itu kurangnya pemahaman siswa dalam mata pelajaran matematika akan menjadi suatu ancaman bagi siswa untuk nilai kenaikan kelasnya. Dengan demikian peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualy Berbantuan Media Flash

6 Card Siswa Kelas III SD Negeri Gedong 03 Banyubiru Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Hasil belajar siswa yang masih kurang dalam mata pelajaran Matematika, memberi tanda adanya kesulitan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Kurang aktifnya siswa dalam hal mencoba memecahkan masalah hitung, mengindikasikan bahwa siswa kurang minat dalam mengkuti suatu materi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti lebih lanjut, rendahnya hasil belajar siswa ini disebabkan antara lain: 1. Dari siswa a. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. b. Kurangnya waktu untuk menalar materi. c. Belum ada keberanian siswa mengajukan pertanyaan kepada guru tentang hal yang membingungkan. d. Siswa kurang antusias untuk belajar dan lebih cenderung menerima apasaja yang disampaikan oleh guru. e. Tidak ada kerjasama dalam belajar antara siswa. 2. Dari Guru a. Materi ajar yang harus disampaikan terkadang sulit untuk diterima semua siswa yang memiliki karakteristik berbeda-beda setiap siswa. b. Kurangnya waktu dalam pembelajaran untuk menyampaikan materi secara intensif. c. Model pembelajaran dengan metode konvensional yang kurang cocok diterapkan dalam suatu materi ajar. d. Terbaginya fokus guru untuk siswa sekelas yang memiliki kebutuhan berbeda beda. e. Tidak pernah menyarankan kepada siswa untuk melakukan belajar bersama dalam tim di kelas. 1.3 Rumusan Masalah Peneliti harus lebih terfokus dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas

7 masalah masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan yang terdiri dari, penggunaan model Team Assisted Individualy untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD Negeri Gedong 03 Banyubiru. Maka peneliti memilih dua variabel yang relevan dengan permasalahan pokok, penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualy (x) dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa (y). Hal ini mengandung arti bahwa penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualy dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana tersebut diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualy dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III di SD Negeri Gedong 03 Banyubiru Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualy dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III di SD Negeri Gedong 03 Banyubiru Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016? 1.4 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengukur peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualy pada pelajaran matematika siswa kelas III SD Negeri Gedong 03 Banyubiru Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualy yang berdasarkan bukti empiris mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD Negeri Gedong 03 Banyubiru Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini sebagai berikut:

8 1.5.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: 1) Memperkaya khazanah teoritis tentang ilmu pendidikan, khususnya dalam memperkaya wawasan teoritis tentang metode yang tepat untuk pembelajaran di kelas. 2) Memberikan sumbangan positif dalam inovasi pembelajaran dalam dunia pendidikan. 3) Sebagai pijakan untutk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya yang menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualy. 4) Memberikan gambaran yang jelas pada guru tentang model pembelajaran Team Assisted Individualy dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Guru a) Mempermudah guru menyampaikan materi. b) Merupakan alternatif pilihan untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif. c) Menambah pengetahuan tentang model pembelajaran Team Assisted Individualy yang dapat di gunakan sebagai metode alternatif dalam proses pembelajaran. d) Adanya inovasi baru model pembelajaran matematika yang menitikberatkan pada penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualy. e) Guru memperoleh suatu variasi model pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan terutama dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan materi. 2. Bagi Siswa a) Mempermudah siswa dalam memahami materi. b) Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.

9 c) Agar siswa tetap melaksanakan pembelajaran sekalipun dengan bermain. d) Menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih mudah, menyenangkan, dan meningkatkan pemahaman siswa melalui belajar dan mengerjakan tugas secara bersama (tim). 3. Bagi Sekolah a) Memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih efektif salah satunya dengan model pembelajaran Team Assisted Individualy. b) Sebagai masukan bagi kepala sekolah agar dapat menyarankan kepada para guru untuk menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualy, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran sekolah.