BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif. pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan.

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dedukasi. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Hakikat Belajar Hasil Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang kompleks yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB II LANDASAN TEORI. Novi Sri Rahayu, dkk (2013) menyimpulkan bahwa s iswa dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. perlu dijabarkan secara jelas dari kata tersebut. Secara etimologi hasil

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. KAJIAN PUSTAKA. Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari belajar, karena dengan

758 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut H. W. Fowler (Trianto 2010:136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Sedangkan Trianto (2010:137) kemudian menyimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Nash 1993 (dalam Usman Samatowa 2010:3) mengatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode mengamati alam. Selanjutnya Nash juga mengatakan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis lengkap, cermat serta menghubungkannya antar satu fenomena dengan fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif baru tentang objek yang diamatinya. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, Usman Samatowa (2010:150). Secara sistematis, IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang alam atau ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam ini di mana di dalamnya terdapat teori sistematis yang berhubungan dengan gejala alam yang lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur. IPA juga merupakan suatu cara atau metode mengamati alam dan mengamati dunia ini bersifat analisis lengkap, cermat serta 8

9 menghubungkannya antar satu fenomena dengan fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif baru tentang objek yang diamatinya. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Secara sistematis, IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. 2.1.2 Pembelajaran IPA Hamalik (2003:30) mengatakan bahwa pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Warsita (2008:85) pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Terdapat dua unsur utama dalam kegiatan pembelajaran yaitu dimana guru akan mengajar dan siswa belajar. Darsono (2001:15) mengatakan bahwa pembelajaran itu ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selain itu menurut Rusman (2012:93) pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan, bahwa pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam

10 interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran juga merupakan interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi secara langsung maupun secara tidak langsung. Peneliti mengkaji bahwa guru dapat melakukan usaha dengan melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbantu media pembelajaran. Dengan adanya media dalam pembelajaran, maka pembelajaran akan berjalan lebih baik lagi dan mempermudah siswa untuk memahami materi yang sedang diajarkan. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah media visual. Trianto (2010:142) mengatakan bahwa pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana tercantum dalam taksonomi bloom bahwa: Diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Di samping itu, pembelajaran IPA diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi. Berdasarkan uraian tentang pembelajaran IPA, maka Trianto (2010:143) mengemukakan tentang hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut: a) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prindip dan konsep, fakta yang ada di alam. Hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi. c) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi. d) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif, jujur terbuka, benar, dan dapat bekerja sama.

11 e) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam. f) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti menarik kesimpulan, bahwa pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Selain itu, pembelajaran IPA diharapkan memberikan keterampilan, sikap ilmiah, pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi. Menurut peneliti dengan adanya pembelajaran IPA, sikap ilmiah dapat diterapkan pada siswa dan dapat memberi pengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan. Pembelajaran IPA dapat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Karena itu pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan sikap ilmiah. 2.1.3 Group Investigation Perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif Group investigation adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka. Teknik kooperatif ini telah secara meluas digunakan dalam penelitian dan memperlihatkan kesuksesannya terutama untuk program-program pembelajaran dengan tugas-tugas spesifik (Rusman 2012:220). Menurut Slavin (1995a), strategi belajar kooperatif GI sangatlah ideal diterapkan dalam pembelajaran IPA. Dengan topik materi IPA yang cukup luas dan desain tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah kepada kegiatan metode ilmiah, diharapkan siswa dalam kelompoknya dapat saling memberi kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-harinya. Selanjutnya, dalam tahapan pelaksanaan

12 investigasi para siswa mencari informasi dari berbagai sumber, baik di dalam maupun di luar kelas atau sekolah. Para siswa kemudian melakukan evaluasi dan sintesis terhadap informasi yang telah didapat dalam upaya untuk membuat laporan ilmiah sebagai hasil kelompok (Rusman 2012:221). Menurut Slavin (2005:218) dalam investigasi kelompok, para siswa bekerja melalui enam tahap. Guru tentunya perlu mengadaptasi pedoman-pedoman ke enam tahapan investigasi kelompok ini sesuai dengan latar belakang, umur, dan kemampuan para siswa. Enam tahapan pelaksanaan investigasi kelompok menurut Slavin (2005:218) antara lain: Tahap 1: Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok. a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran. b. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih. c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. d. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan. Tahap 2: Merencanakan tugas yang akan dipelajari. a. Para siswa merencanakan bersama mengenai: Apa yang kita pelajari? Bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pembagian tugas) Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini? Tahap 3: Melaksanakan investigasi. a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

13 c. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan. Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir. a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasi rencana-rencana presentasi. Tahap 5: Mempresentasikan laporan akhir. a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk. b. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif. c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. Tahap 6: Evaluasi. a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektivan pengalaman-pengalaman mereka. b. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. c. Penilaian hasil belajar siswa. Menurut Rusman (2012:223) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah sebagai berikut : a. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 5 siswa. b. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis. c. Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.

14 Menurut Setiawan (2006:9) ada beberapa kelebihan dari pembelajaran group investigation, yaitu sebagai berikut : 1. Secara Pribadi. a. Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas. b. Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif. c. Rasa percaya diri dapat lebih meningkat. d. Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah. e. Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisika. 2. Secara Sosial. a. Meningkatkan belajar bekerja sama. b. Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru. c. Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis. d. Belajar menghargai pendapat orang lain. e. Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan. 3. Secara Akademis. a. Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang diberikan. b. Bekerja secara sistematis. c. Mengembangkan dan melatih keterampilan fisika dalam berbagai bidang. d. Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya. e. Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat. f. Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan, sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum. Menurut Setiawan (2006:9) ada beberapa kekurangan dari pembelajaran group investigation, yaitu: a. Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan. b. Sulitnya memberikan penilaian secara personal. c. Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, model pembelajaran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut

15 siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri. d. Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif. e. Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat menggunakan model ini. Pembelajaran GI mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya. Dengan demikian mereka akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama (Setiawan, 2006:9). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli peneliti menyimpulkan, bahwa pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah proses pembelajaran yang aktif, sebab siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan dan penciptaan kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu. Siswa akan dapat menjalin sikap kerjasama di dalam kelompoknya. Pembelajaran group investigation sangat cocok untuk menjelaskan materi IPA. Dalam pembelajaran group investigation ini akan disertai dengan media visual. Peneliti mengatakan bahwa siswa yang pasif akan menjadi aktif dalam mengikuti pembelajatan. Kegiatan tersebut harus sering dilakukan agar komunikasi antara siswa dan guru menjadi lebih lancar untuk kepentingan pembelajaran. Group investigation memiliki kelemahan dan juga kelebihan. Pada dasarnya langkahlangkah group investigation itu membentuk kelompok untuk menyelesaikan masalah yang telah diberikan oleh guru berbantu media visual. Kegiatan tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. 2.1.4 Media Visual Menurut Yudhi Munadi (2013:81) media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal-visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulian, dan pesan nonverbal-visual adalah pesan

16 yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal-visual. Posisi simbol-simbol nonverbal-visual yakni sebagai pengganti bahasa verbal, maka ia bisa disebut sebagai bahasa visual. Bahasa visual inilah yang kemudian menjadi software-nya media visual. Sedangkan Rusman (2012:142) menerangkan bahwa media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan yang terdiri atas media yang dapat diproyeksikan dan media yang tidak dapat diproyeksikan yang biasanya berupa gambar diam atau gambar gerak. Menurut penjelasan beberapa para ahli peneliti menyimpulkan bahwa media visual adalah media yang menggunakan indera penglihatan, sehingga cocok untuk pembelajaran IPA. 2.1.5 Pembelajaran Group Investigation Berbantu Media Visual Slavin (dalam Rusman 2012:221) menjelaskan bahwa strategi belajar kooperatif GI sangatlah ideal diterapkan dalam pembelajaran IPA. Dengan topik materi IPA yang cukup luas dan desain tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah kepada kegiatan metode ilmiah, diharapkan siswa dalam kelompoknya dapat saling memberi kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-harinya. Rusman (2012:142) menerangkan bahwa media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan yang terdiri atas media yang dapat diproyeksikan dan media yang tidak dapat diproyeksikan yang biasanya berupa gambar diam atau gambar gerak. Pembelajaran group investigation berbantu media visual dapat diterapkan dalam mata pelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran group investigation berbantu media visual ini, siswa diharapkan dapat lebih tertarik lagi untuk mengikuti pelajaran IPA. 2.1.6 Sintaks Pembelajaran IPA Menggunakan Pembelajaran Group Investigation Berbantu Media Visual Dalam penelitian ini, sintaks pembelajaran IPA didasarkan pada tujuan pembelajaran IPA yang tercantum dalam Depdiknas (2006:4) yang menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam

17 secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sintaks pembelajaran IPA ini juga seperti teori belajar yang disampaikan oleh Piaget, Bruner dan Vygotsky (dalam Rusman dkk 2011:35) yang mempunyai pandangan bahwa bahwa pengetahuan dan pemahaman tidaklah diperoleh secara pasif akan tetapi dengan cara aktif melalui pengalaman personal dan aktivitas eksperiental. Menurut Miftah Huda (2013:292) sintaks metode GI adalah sebagai berikut: 1. Seleksi topik Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang telah digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok kecil yang berorientasi pada tugas. Anggota kelompok terdiri atas 2-6 orang, yang dibagi secara heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akdemik. 2. Merencanakan kerjasama Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih. 3. Implementasi Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah (2). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru terus-menerus mengikuti kemajuan setiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. 4. Analisis dan sintesis Siswa menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah (3) dan merencanakan untuk meringkaskan dalam penyajian yang menarik di depan kelas.

18 5. Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasikan oleh guru. 6. Evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi setiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup setiap siswa secara individu atau kelompok atau keduanya. Berdasarkan keterangan di atas, pelaksanaan pembelajaran group investigation dilakukan secara aktif melalui pengalaman personal. Pembelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan alam berdasarkan fakta, konsep, prinsip, tetapi merupakan proses penemuan. Kegiatan group investigation dalam pembelajaran IPA dilakukan dengan kerjasama kelompok yang membuat siswa menjadi aktif dan dapat saling menghargai pendapat antar anggota kelompok. 2.1.7 Penerapan Pembelajaran IPA Menggunakan Pembelajaran Group Investigation Berbantu Media Visual dalam Standar Proses Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 (2007:1) pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dikemas berdasarkan prosedur yang tepat dan sesuai. Sebelum kegiatan dilaksanakan langkah awal ialah membuat perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan dalam satuan pendidikan.

19 1. Kegiatan Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. 2. Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 3. Kegiatan Akhir Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. Berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007, peneliti mengatakan bahwa awal dari pembelajaran yang baik yaitu dengan adanya penyusunan RPP. RPP disusun secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran dapat memotivasi siswa lebih aktif, menyenangkan, interaktif, dan inspiratif. RPP ada tiga langkah yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

20 Tabel 2.1 Penerapan Proses Pembelajaran IPA Menggunakan Pembelajaran Group Investigation Berbantu Media Visual dalam Standar Proses No Kegiatan 1 Pendahuluan a. Doa, salam pembuka, dan absensi. b. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. 2 Kegiatan Inti a. Eksplorasi a) Guru menunjukkan gambar macam-macam jenis batuan dan tanah kepada siswa. b) Siswa memilih sebuah topik yang ditawarkan oleh guru yang akan dipelajari hari ini.* c) Siswa dibagi dalam kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang anggotanya heterogen dalam segi prestasi belajar siswa dan jenis kelamin.* d) Guru membagikan LKS kepada siswa. e) Siswa merencanakan kegiatan kelompok.* f) Siswa memahami macam-macam jenis batuan dan tanah melalui media gambar. g) Siswa secara mandiri bersama kelompoknya bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. b. Elaborasi a) Siswa diberi kesempatan melakukan investigasi.* b) Guru mengawasi kegiatan kerja kelompok yang sedang berlangsung. c) Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya masing-masing di depan kelas.* d) Siswa dari kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat atau tanggapan pada topik yang disajikan tiap kelompok. c. Konfirmasi a) Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja siswa. b) Guru memberikan konfirmasi mengenai kegiatan yang sudah dilakukan siswa. c) Guru membimbing siswa melakukan refleksi selama mengikuti pembelajaran. d) Guru memotivasi siswa agar lebih berpartisipasi aktif lagi. (*) merupakan langkah dalam pembelajaran yang termasuk dalam model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. 3 Kegiatan Penutup a. Guru dan siswa membuat penegasan atau kesimpulan pembelajaran dengan mengacu pada hasil pemecahan siswa. b. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah kepada siswa berdasarkan dari materi yang telah dipelajari. c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran yang akan datang. d. Guru menutup pelajaran.

21 2.1.8 Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Slameto (2010:2) mengungkapkan pengertian belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Gagne (Slameto 2010:13), belajar adalah proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Berdasarkan pendapat beberapa ahli, maka peneliti menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang terjadi relatif lama yang dihasilkan dari pengalaman dan juga latihan. Menurut peneliti belajar harus sering dilakukan oleh siswa, karena akan membantu siswa untuk mendapat pengetahuan lebih banyak lagi. Belajar dapat dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. 2. Pengertian Hasil Belajar Dimyati dan Mudjiono (2009: 34) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Nana Sudjana (2005:3) hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu dalam penilaian hasil belajar, peranan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Menurut Gagne (dalam Nana Sudjana 2005:22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin

22 Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik: 1. Ranah kognitif. Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, sistesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2. Ranah afektif. Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3. Ranah psikomotorik. Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam ranah psikomotorik, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ranah kognitif (pengetahuan) yang dimiliki siswa dapat diukur di dalam hasil belajar melalui diadakannya evaluasi. Evaluasi tersebut dibuat dalam bentuk test. 3. Pentingnya Hasil Belajar Menurut Slameto (2010:51) menjelaskan pentingnya hasil belajar dalam proses belajar adalah: Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar, maka harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Usaha belajar yang efektif dan sukses, ditambah oleh evaluasi yang bermutu dan diskriminatif akan mengena pada semua aspek belajar.

23 Dari uraian penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam proses belajar mengajar, hasil belajar memang sangat penting. Hasil belajar penting untuk mengetahui seberapa tingkat keberhasilan yang dapat dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu rangkaian proses pembelajaran. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu pengaruh dari faktor eksternal yaitu penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Menurut Slameto (2010:54), faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja. Adapun kedua faktor tersebut meliputi: 1. Faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar disebut faktor intern yang meliputi: a. Faktor jasmaniah, meliputi kesehatan, cacat tubuh. b. Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan. c. Faktor kelelahan baik itu kelelahan jasmani maupun rohani. 2. Faktor yang ada pada luar individu yang disebut faktor ekstern, yang meliputi: a. Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. b. Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan, gedung, metode belajar, tugas rumah. c. Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

24 Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal (berasal dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (berasal dari luar diri siswa). Kedua faktor ini akan saling mendukung sehingga membuahkan sebuah hasil belajar. Guru sebagai salah satu faktor eksternal yang menentukan hasil belajar siswa diharapkan dapat mendukung dalam pembelajaran salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai contohnya dengan menggunakan media pembelajaran audiovisual. 5. Pengukuran Hasil Belajar Hasil belajar dapat diketahui dengan melihat hasil dari penilaian evaluasi belajar. Evaluasi hasil belajar menurut Oemar Hamalik (2003:159) adalah keseluruhan kegiatan pengukuran pengumpulan dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Nana Sudjana (2005:2) menjelaskan tentang kegiatan penilaian yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang diperlihatkan setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-mengajar). Melihat lebih dalam lagi dari pendapat ahli diatas, pengukuran hasil belajar dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar apakah siswa-siswa sudah dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Menurut Nana Sudjana (2005:6) cara mengukur hasil belajar dapat dilakukan....sedangkan dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes (nontes) seperti dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Tes ini ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam bentuk esai atau uraian. Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll.

25 Berdasarkan penjelasan para ahli, maka penulis menyimpulkan bahwa pengukuran hasil belajar digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Pengukuran hasil belajar dapat dilihat dari hasil test yang dikerjakan oleh siswa. Selian test, dinilai juga dengan bukan test yaitu observasi tentang keaktifan siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan pembelajaran tipe group investigation berbantu media visual diharapkan hasil belajar yang diperoleh siswa dapat meningkat. Baik yang dilakukan dengan tehnik tes maupun non tes. Siswa menjadi lebih aktif untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak lagi agar hasil belajar yang diperoleh siswa dapat lebih baik lagi dari yang sebelumnya. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan model pembelajaran group investigation telah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian tersebut telah dilakukan oleh Dina Maharani Arumsari dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Tentang Bunyi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 02 Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SD Negeri 02 Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Hal ini nampak pada pembelajaran yang tidak menggunakan model group investigation ketuntasan belajar mencapai 36% yakni 8 dari 22 siswa saja. Setelah pembelajaran menggunakan model group investigation ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 72,73% atau 16 siswa dan siklus II sebesar 100% atau 22 siswa. Persentase ketuntasan belajar yaitu dari prasiklus 8 siswa, siklus I menjadi 16 siswa dan siklus II menjadi 22 siswa dengan presentase 36%, 72,73%, dan menjadi 100%. Pada nilai rata-rata kelas sebelum menggunakan model group investigation sebesar 62,86, setelah menggunakan model group investigation pada siklus I menjadi 78,40 dan siklus II 85,22.

26 Selain penelitian yang dilakukan oleh Dina Maharani Arumsari, penelitian yang dilakukan oleh Rutinah dalam skripsinya yang berjudul Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Pembelajaran Group Investigation pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SDN 2 Wonoroto Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 juga menunjukkan peningkatan pada motivasi dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengunaan metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan pada siklus I siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi yaitu skor 49-63, ada 15 siswa sedangkan 5 siswa mempunyai motivasi belajar sangat tinggi dengan skor 64-80. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 3 siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi dengan skor 49-63, dan 17 siswa mempunyai motivasi belajar sangat tinggi dengan skor 64-80. Hasil tersebut juga terlihat pada hasil belajar yaitu dari kondisi awal siswa yang tuntas memenuhi KKM 70, sebanyak 9 siswa atau 45% siswa, dengan nilai rata-rata 66,9. Hasil belajar siklus I, menunjukkan jumlah siswa yang tuntas atau dapat mencapai KKM ( 70), bertambah menjadi 14 siswa atau 70% siswa dengan nilai rata-rata 77,4. Hasil tersebut masih terus diperbaiki pada siklus II, yang menunjukkan 100% siswa tuntas memenuhi KKM 70, dengan nilai rata-rata 84,75. Dengan demikian pengunaan metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa SD Negeri 2 Wonoroto. Berdasarkan kedua hasil penelitian, telah menunjukkan peningkatan hasil belajar pada siswa. Peningkatan hasil belajar terjadi karena adanya variasi pembelajaran group investigation dalam proses pembelajaran. Hal itu ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada siklus I hingga siklus II. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan dibuktikan. Namun demikian, masih perlu dibuktikan lagi melalui penelitian tindakan kelas. Untuk membuktikannya peneliti mengadakan penelitian tentang materi IPA dengan menggunakan pembelajaran group investigation berbantu media visual. Kegiatan tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil

27 belajar siswa di SDN Sraten 01 kelas 5 semester II. Kelebihan pembelajaran group investigation yang dilakukan oleh penulis yaitu lebih banyak membantu siswa untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang lebih baik lagi dibanding kedua peneliti sebelumnya. Sehingga hasil belajar yang didapat akan lebih baik dibandingkan yang sebelumnya. 2.3 Kerangka Berfikir IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang begitu kurang disukai siswa. Sebenarnya IPA itu mata pelajaran yang tidak begitu sulit, karena berhubungan dengan alam yang ada di sekitar kita. Dalam interaksi antara guru dan siswa saat pembelajaran IPA dapat berhasil, jika menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA adalah group investigation. Karena merupakan model pembelajaran yang cukup efektif. Membuat siswa menjadi aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar bersama dalam suatu kelompok. Dengan begitu siswa akan dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Pembelajaran group investigation berbantu media visual oleh guru Siswa bersemangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif Siswa dapat belajar bekerja sama Siswa dapat menghargai pendapat orang lain Hasil belajar siswa meningkat Gambar 2.2 Siswa lebih memahami materi pembelajaran secara lebih mendalam

28 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan, dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Diduga penerapan pembelajaran group investigation berbantu media visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas 5 SDN Sraten 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014. 2. Diduga dengan mengadakan latihan dan evaluasi dari hasil Pembelajaran group investigation berbantu media visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas 5 SDN Sraten 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014.