BAB I PENDAHULUAN. Harga komoditi Crude Palm Oil (CPO) ditentukan oleh kekuatan supply dan

dokumen-dokumen yang mirip
VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dunia telah dikagetkan dengan sebuah fenomena baru pada kurun waktu

PENDAHULUAN. ini pertumbuhannya sangat signifikan. Sejak tahun 2006 indonesia telah. Tabel 1.1 Volume dan Nilai Expor Kelapa Sawit

PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO

BAB I PENDAHULUAN. Pasar keuangan yang berkembang dengan sangat pesat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat dahulu, pada umumnya orang melakukan investasi secara tradisional.

ANALISIS KORELASI HARGA KONTRAK DAN HARGA SPOT KONTRAK BERJANGKA CRUDE PALM OIL PADA KUALA LUMPUR STOCK EXCHANGE ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan dapat memberikan manfaat bagi para investor, pelaku usaha, dan

ANALISIS DAN SIMULASI LINDUNG NILAI PEMBELIAN KONTRAK BERJANGKA LIGHT SWEET CRUDE OIL DI NYMEX SKRIPSI. Oleh TRISNAWATI MAITREYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap

Akuntansi Instrumen Derivatif Tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran. Oleh: Ida Farida

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik terhadap situasi internalnya baik di bidang pemasaran, produksi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan bisnisnya perusahaan berupaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kita perlu memiliki pengetahuan tentang Nilai Perusahaan. Nilai

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi (Husnan, 1998). Investasi dianggap mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hull (2008: 45) menyebutkan bahwa lindung nilai yang sempurna adalah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya perdagangan bebas dan teknologi yang serba canggih. Hal tersebut

2015, No Yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu keuntungan. Perdagangan bebas dan ilmu teknologi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak pasti. Beragam jenis investasi kini banyak ditawarkan, dari yang paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sumber: Majalah SWA 6 Desember 2007

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi seperti saat ini, hampir semua komponen tidak dapat

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Globalisasi ekonomi, integrasi keuangan dunia, serta peningkatan volatiliti pasar

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan, serta tanggapan positif dari masyarakat. Dalam usaha pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena harga tanah yang cenderung naik, supply tanah bersifat tetap

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum. UTANG NEGARA i : PEMERINTAH BUKA HEDGING ii UTANG VALUTA ASING (VALAS) Nasional.kontan.co.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sektor property dan real estate merupakan sektor bisnis yang cukup

TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING. PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar dalam

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dunia usaha dituntut agar mampu bersaing ditengah kompetisi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. (Madura, 2012:211). Hedging didefinisikan sebagai tindakan untuk membatasi risiko

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi

BAB I PENDAHULUAN. (sumber: goldprice.org)

BAB I PENDAHULUAN. hitungan menit maupun detik. Berkembangnya teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. para pelaku ekonomi di Indonesia, khususnya bagi mereka yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, apa pun jenis bisnisnya. Pertumbuhan laba secara pasti akan

I. PENDAHULUAN. Menurut Milman (2008) pada wikipedia, bursa berjangka adalah. tempat/fasilitas memperjualbelikan kontrak atas sejumlah komoditi atau

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 13.

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

ANALISIS TOP-DOWN DALAM MENILAI HARGA WAJAR SAHAM PT ASTRA AGRO LESTARI TBK (AALI) PERIODE JANUARI 2007 DESEMBER Abstrak

Matakuliah : F 0344 / PASAR UANG DAN PASAR MODAL Tahun : Semester Genap 2004 / 2005 Versi : 0 / 0. Pertemuan 15 CORPORATE ACTION

BAB I PENDAHULUAN. perubahan signifikan pada perekonomian di berbagai Negara. Walau krisis

AKUNTANSI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya agar dapat

ANALISIS PERBANDINGAN HEDGING, SWAPS CONTRACT DENGAN FORWARD CONTRACT UNTUK MEMINIMALISASI KERUGIAN SELISIH KURS VALAS ATAS HASIL PENJUALAN EKSPOR

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber daya dasar (input), yang digabung lalu diproses untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi dua kategori yaitu, pertama investasi pada real assets seperti

ANALISIS PENGARUH HARGA SPOT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit adalah salah satu komoditi yang diharapkan mampu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan harga. (KDPPLK-PSAK paragraf 07 tahun 2009). Menurut PSAK No. 1 paragraf 07 Tahun 2009 Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan merupakan dampak yang cukup signifikan dalam. perkembangan usaha di era globalisasi dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan terjadinya krisis ekonomi global yang melanda dunia bisnis di Indonesia,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. dapat diduga sebelumnya. Risiko dapat dibedakan menjadi risiko murni dan risiko

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 8 / PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen beberapa komoditi. primer seperti produk pertanian, perkebunan, dan perikanan serta

BAB I PENDAHULUAN. kelompok orang yang bekerja secara terpimpin dan terkendali dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Crude palm oil (CPO) berasal dari buah kelapa sawit yang didapatkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat seiring dengan majunya tekhnologi

BAB I PENDAHULUAN. Para pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran dari dana jangka panjang. Berdasarkan fungsinya, pasar

Proses globalisasi yang bergerak semakin cepat pada dekade terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas merupakan salah satu subyek yang kerap digunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi, turunnya nilai kurs dan indeks harga saham gabungan dari bursa luar

BAB II LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

BAB III TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT. BURSA BERJANGKA JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan investasi ditunjukkan dengan munculnya berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis pergerakan..., Adella bachtiar, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan. Hal ini dikarenakan permintaan kelapa sawit baik dari dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Harga komoditi Crude Palm Oil (CPO) ditentukan oleh kekuatan supply dan demand pasar dunia, harga ini memiliki resiko berubah seiring dengan tekanan kekuatan pasar. Perubahan kekuatan pasar dalam jangka pendek dapat mendorong perubahan harga yang tajam sehingga menciptakan volatilitas harga. Suatu resiko perubahan harga penting untuk disikapi dengan cermat oleh industri CPO karena dapat mengakibatkan penurunan revenue, penurunan profit, dan pada akhirnya ikut berdampak pada penurunan harga saham. Akibat dari kuatnya resiko perubahan harga, terlihat laporan keuangan audited para emiten CPO, mengalami penurunan laba perusahaan hampir setengahnya pada pertengahan 2013 dibanding masa yang sama pada 2012, dan bahkan UNSP (Aditiasari, 2013) malah sudah melepas enam anak perusahaan perkebunan kelapa sawit nya di Juli 2013, hal ini karena tingginya biaya produksi sementara harga jual CPO terus menurun di pasar dunia. Penurunan harga pasar CPO dunia yang terjadi sejak kuartal ke 3 tahun 2012 telah berimbas pada harga spot CPO Indonesia yang saat itu turun menjadi sekitar Rp7000an per Metric Ton, dan terus bertahan sampai semester ke 2 tahun 2013 pada level sekitar Rp7800an per Metric Ton. 1

Grafik 1.1 : Historical price CPO atas harga spot di Indonesia, periode 2012-2013, sumber : BAPPEBTI (diolah) Penurunan harga pasar CPO tersebut disebabkan oleh oversupply. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) baru-baru ini merilis prediksi persediaan CPO dunia pada akhir tahun 2013-2014 akan melonjak 9,5 juta ton atau 21% dibanding periode 2012-2013 (54 juta ton). Sebaliknya prediksi permintaan CPO dunia pada periode 2013-2014 hanya akan meningkat 4,4% (Gunawan, 2013). Grafik 1972-2012 dibawah ini, juga menunjukkan bahwa harga CPO tidak pernah stabil dan selalu berfuktuasi dari masa ke masa (Teladan prima, 2011). 2

Grafik 1.2 : Harga rata-rata CPO CIF Rotterdam (USD/TON) 1972-2012 sumber : Oilworld and Reuters (diolah oleh Teladan prima, 2011) Dalam keadaan harga jual yang sangat volatile, perlu adanya lindung nilai (hedging), yang tujuannya untuk melindungi perusahaan dari resiko kerugian lebih besar yang seharusnya bisa dihindari. Pedoman dan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) no.55, sejak tahun 2012 sudah memberikan lampu hijau bagi perusahaan untuk menerapkan hedging terhadap fluktuasi harga komoditi-nya, akan tetapi masih banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit dan produsen CPO, belum menerapkan hedging atas fluktuasi harga komoditinya, sehingga timbul catatan tersendiri pada laporan keuangan audited-nya, khususnya pada bagian exposure resiko. 3

Dengan diterbitkannya PSAK 55 mengenai penerapan hedging di Indonesia yang masih relatif baru yaitu sejak awal 2012, mungkin saja banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit dan produsen CPO belum familiar atas strategi penerapannya, seperti kapan saat yang tepat untuk melakukan hedging, bagaimana cara lindung nilai yang paling efektif, sehingga masih banyak pelaku bisnis yang masih ragu melakukan hedging atas harga jual komoditi nya. Adanya prinsip konservatisme juga kerap menjadikan para implementer berada pada situasi dilematis bagaimana supaya tidak menjadikan lindung nilai malah merugikan perusahaan. Hedging memiliki arti lindung nilai, bertujuan untuk mengurangi resiko potensi kerugian, hedging tidak untuk menghilangkan semua kerugian, potensi rugi tetap ada akan tetapi tidak sebesar jika tidak melakukan hedging. Hedging dapat dilakukan dengan cara forward contract, swap ataupun dengan melalui bursa komoditi futures. Forward contract dan swap merupakan perjanjian antara dua belah pihak. Pada forward kontrak harga dan quantity ditetapkan dimuka untuk tanggal delivery atas produk beberapa bulan kedepan. Namun demikian dalam prakteknya tidak semua inventory yang tersedia bisa langsung segera mendapatkan kontrak penjualan baik secara tunai ataupun secara forward contract, untuk melindungi nilai CPO (yang belum terikat kontrak tunai ataupun forward, namun sudah pasti akan terjual dalam waktu dekat misalnya karena terikat kontrak secara quantity dimuka tetapi dengan harga per tanggal pengiriman), terhadap resiko penurunan harga jual, pilihan berikutnya dilakukan hedging dengan menggunakan 4

derivative futures, melalui bursa komoditi. Di Indonesia, hedging diatur dalam PSAK 55. Identifikasi effectiveness atas instrumen lindung nilai merupakan salah satu yang wajib didokumentasikan pada setiap langkah pengambilan keputusan hedging (PSAK PA 128), untuk memastikan hedging ini bertujuan untuk mengurangi potensi resiko kerugian, dan bukan untuk spekulasi. Menurut ketua Dewan Standard Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Rosita Uli Sinaga (Akuntan online, 2013), hedging dianggap efektif jika periode underlying asset tidak berbeda jauh/sinkron dengan periode hedging, nilai underlying asset tidak berbeda jauh/sinkron dengan nilai hedging, ada exposure besar terhadap volatilitas harga, serta dilakukan effectiveness testing atas pilihan instrument hedge dengan hasil korelasi statistik tinggi. 2. Pertanyaan penelitian Ada banyak cara untuk melakukan hedge komoditi, salah satunya yaitu melalui bursa komoditi futures. PSAK 55 memperbolehkan implementasi hedge secara simple hedge (hedge dengan komoditi yang sama), secara cross hedge (hedge dengan komoditi turunan), ataupun secara composite hedge (hedge dengan memilih beberapa tanggal settlement untuk melindungi underlying assets), selama pengambilan keputusan ini disertai dengan alasan yang memadai yang dibuktikan dengan perhitungan angka korelasi statistik yang tinggi (PSAK 55 PA 128). Pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah pemilihan lindung nilai melalui kontrak futures dengan cara simple hedge, cross hedge, composite hedge memiliki 5

tingkat keefektifan yang sama atau berbeda. 3. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa, menguji dan mengevaluasi instrumen hedge berupa kontrak futures secara simple hedge, cross hedge, dan composite hedge, yang manakah yang memiliki efektivitas tertinggi untuk melindungi hasil penjualan CPO dari resiko penurunan harga jual. 4. Batasan penelitian Fokus penelitian dibatasi pada keefektifan pemilihan instrumen hedge berupa kontrak futures secara simple hedge, cross hedge, composite hedge, khususnya untuk hedge atas arus kas (berupa hasil penjualan CPO), dari resiko penurunan harga jual. 5. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam : a. Membantu para praktisi perusahaan dalam penentuan kebijakan hedging pada perusahaannya sehingga diperoleh implementasi yang efektif. b. Bagi pengembangan ilmu, memberi sumbangan untuk pengembangan studi selanjutnya atas penelitian hedging di bursa komoditi futures. 6