BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2) Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985)

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

BAB II KAJIAN TEORITIK

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

II TINJAUAN PUSTAKA. menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajarmengajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

BAB II KAJIAN TEORITIK

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II LANDASAN TEORI. esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Benyamin Bloom (dalam Sudjana 2011: 22-31), membagi hasil belajar. menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

PROBLEM BASED LEARNING. R. Nety Rustikayanti, S.Kp., M.Kep. 2016

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan lulusan yang cakap dalam fisika dan dapat menumbuhkan kemampuan logis,

STUDENT BASED LESSON PLAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. membekali setiap sumber daya manusia dengan pengetahuan, kecakapan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, di situ pasti ada pendidikan (Driyarkara dalam Karisma,

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Siti Mawaddah, Yulianti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2003:10).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan saat ini tidak hanya sebatas proses pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Slameto (2003:1) dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

ARTIKEL CONTOH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MATEMATIKA SMP KELAS VII

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Konsep Pembelajaran Berbasis Masalah. a. Masalah, Pedagogi, dan Permbelajaran Berbasis Masalah. 2) Masalah dan Pedagogi

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Metode pembelajaran Direct Learning Dalam proses pembelajaran terdapat serangkaian kegiatan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

7 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ibrahim dan Nur (Rusman, 2011 : 241) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar. Moffit (Rusman, 2011 : 241) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Simpulan dari uraian di atas adalah bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya belajar yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan

8 ketrampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Tan (Rusman, 2011 : 232) mengemukakan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: 1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar; 2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstuktur; 3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple persective); 4. Permasalahan, menantang pengetahuan yang memiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar; 5. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; 6. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM; 7. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif; 8. Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;

9 9. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan intergrasi dari sebuah proses belajar; dan 10. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar. c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Model pembelajaran dalam proses kegiatan belajaran mengajar di sekolah memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut: 1) Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik. 2) Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain. 3) Dapat memperoleh dari berbagai sumber. 4) Siswa berperan aktif dalam KBM 5) Siswa lebih memahami konsep materi yg diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut. 6) Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan 7) Berpikir siswa yang lebih tinggi 8) Pembelajaran lebih bermakna 9) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang diselesaikan merupakan masalah sehari-hari

10 10) Menjadikan siswa lebih mandiri 11) Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain 12) Dapat mengembangkan cara berpikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat Kekurangan dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah, adalah sebagai berikut : 1. Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai; 2. Membutuhkan banyak waktu dan dana; 3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini; 4. Membutuhkan waktu yang banyak; 5. Tidak setiap materi pelajaran dapat diajarkan dengan Pembelajaran Berbasis Masalah; 6. Membutuhkan fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk siswa yang terkondisi untuk belajar kelompok dan perangkat pembelajaran; 7. Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang; 8. Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya maksimal 30 siswa perkelas.

11 d. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pembelajaran Berbasis Masalah Ibrahim dan Nur (Rusman, 2011 : 243) mengemukakan bahwa langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Fase Indikator Tingkah Laku Guru 1 Orientasi siswa pada masalah. 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar. 3 Membimbing pengalaman individu /kelompok. 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa telibat pada aktivitas pemecahan masalah. Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

12 Taniredja (2011:104) menyatakan bahwa langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain) 3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. 4) Guru membantu siswa dalam merancang menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. 5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Simpulan dari beberapa pernyataan diatas adalah bahwa langkahlangkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah meliputi: a. penyampaian tujuan dan motivasi,

13 b. mengidentifikasi masalah, c. mengumpulkan data atau informasi berkaitan dengan masalah yang ada, d. melakukan perencanaan dan penelitian, dan e. melakukan refleksi atau evaluasi. 2. Model Pembelajaran Langsung a. Pengertian Model Pembelajaran Langsung Arends dalam Trianto (2010 : 41) mengemukakan bahwa model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu model pembelajaran langsung ditujukan pula untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan (2010: 27-28), pembelajaran langsung (Direct Instruction) digunakan oleh para peneliti untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran dan guru banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada jumlah kelompok peserta didik dan menguji keterampilan peserta didk melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Dengan demikian, tujuan pembelajaran distrukturkan oleh guru.

14 Simpulan dari teori-teori tersebut adalah bahwa pembelajaran langsung dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, digunakan oleh para peneliti untuk merujuk pada polapola pembelajaran dan guru banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada jumlah kelompok peserta didik dan menguji keterampilan peserta didk melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. b. Tahapan Model Pembelajaran Langsung Menurut Kardi dalam Trianto (2011 : 43), pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan. Sintaks model pengajaran langsung disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti tabel berikut :

15 Tabel 2.2 Sintaks Model Pengajaran Langsung Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Peran Guru Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. Fase 2 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan Fase 3 Membimbing Pelatihan Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap. Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan seharihari.

16 c. Penggunaan Model Pembelajaran Langsung Menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan (2010: 27-28) beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran adalah ketika : 1) Guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran yang dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan diantara konsep-konsep tersebut. 2) Guru ingin mengajari peserta didik suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti. 3) Guru ingin memastikan bahwa peserta didik telah menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada peserta didik, misalnya penyelesaian masalah (problem solving). 4) Guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pendekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis). 5) Subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan. 6) Guru ingin menumbuhkan ketertarikan peserta didik akan suatu topik.

17 7) Guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum peserta didik melakukan kegiatan praktik. 8) Guru ingin menyampaikan parameter-parameter untuk memandu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen. 9) Peserta didik menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur. 10) Lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada peserta didik atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada peserta didik. 3. Prestasi Belajar Menurut Arifin (2012 : 12-13), prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar (achievement) semakin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain : 1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. 2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi

18 keingintahuan (curiousity) dan merupakan kebutuhan umum manusia. 3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran. Hariyanto (2010 : 02) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik

19 di sekolah maupun di luar sekolah. Simpulan dari pendapat-pendapat di atas adalah bahwa prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing, dan merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. 4. Nilai Tanggung Jawab Nilai tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional, 2010 : 31). Nilai budaya dan nilai bangsa tanggung jawab memiliki dua indikator yang harus dikembangkan, yaitu indikator sekolah dan indikator kelas. Indikator sekolah dan indikator kelas yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Indikator Sekolah : Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis. Melakukan tugas tanpa disuruh.

20 Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat. Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas. b. Indikator Kelas : Pelaksanaan tugas piket secara teratur. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah. Mengajukan usul pemecahan masalah. Fitri (2012 : 43), menyatakan bahwa indikator keberhasilan untuk nilai tanggung jawab adalah sebagai berikut : Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik Bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama Simpulan dari pendapat-pendapat di atas adalah bahwa nilai tanggung jawab memiliki beberapa indikator yang digunakan sebagai acuan pencapaian keberhasilan pendidikan nilai, antara lain indikator sekolah, indikator kelas, dan indikator keberhasilan secara umum.

21 5. Pengertian IPA IPA merupakan ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi (Fowler dalam Aly, 1998 : 18). Sedangkan Nokes dalam bukunya Sciences in Education menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoretis yang diperoleh dengan metoda khusus. Menurut Aly (1998:18), Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu pengetahuan teoritis yang disusun dengan carayang khas, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyususnan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara yang satu dengan cara lain. Trianto (2010 : 136-137) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Simpulan dari pendapat-pendapat di atas adalah bahwa Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan, suatu pengetahuan teoritis yang disusun dengan cara yang khas, memerlukan pendekatan tertentu untuk dibelajarkan kepada siswa.

22 6. Materi Kerangka Tubuh Manusia dan Fungsinya pada Mata Pelajaran IPA Penelitian eksperimen yang akan dilaksanakan adalah penelitian pengaruh suatu model pembelajaran terhadap prestasi belajar IPA. Objek penelitian adalah siswa kelas IV semester I Sekolah Dasar Negeri Jipang Tahun Ajaran 2013/2014. Materi yang digunakan adalah tentang materi Kerangka Tubuh Manusia dan Fungsinya. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan adalah sebagai berikut : Standar Kompetensi : 1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya. Kompetensi Dasar : 1.1 Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya. Materi Kerangka Tubuh Manusia dan Fungsinya : Rangka manusia terbagi atas tiga bagian, yaitu rangka kepala, rangka badan, dan rangka anggota gerak. Apakah bentuk tulangnya sama? Coba bandingkan bentuk rangka kepala, rangka badan, dan rangka anggota gerak. Apa fungsi masing-masing? (Devi, 2008 : 02). Menurut Sulistyanto (2008 : 03), rangka yang menyusun tubuh kita dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:

23 1. Rangka kepala (tengkorak) 2. Rangka badan 3. Rangka anggota gerak Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing bagian rangka yang menyusun tubuh manusia. 1. Rangka Kepala Gambar 2.1 Rangka Kepala Rangka kepala dikenal dengan nama tengkorak. Rangka tulang kepala berbentuk bulat, disusun oleh tulang-tulang yang berbentuk pipih. Tulang-tulang ini bersatu membentuk sendi, tetapi tidak dapat digerakkan. Tulangnya keras, gunanya untuk melindungi otak. Otak merupakan bagian tubuh manusia yang amat penting dan sangat lunak.

24 2. Rangka Badan manusia? Amati Gambar 2.2, terdiri dari tulang apa saja rangka badan Gambar 2.2 Rangka Badan Rangka badan disusun oleh berbagai macam tulang, yaitu sebagai berikut. a. Ruas-ruas tulang belakang. Sambungan antar tulang ini dapat digerakkan. Coba gerakkan tubuhmu ke depan atau membungkuk ke depan, atau gerakkan tubuhmu ke pinggir. Kamu dapat membungkukkan tubuhmu karena adanya tulang-tulang belakang. b. Tulang dada. Sambungan tulang-tulang ini tidak dapat digerakkan.

25 c. Tulang-tulang rusuk. Sambungan tulang-tulang ini dapat digerakkan. Tulang rangka badan ada yang berbentuk pipih, misalnya pada tulang rusuk dan belikat. Ada juga yang bentuknya pendek, misalnya pada ruas-ruas tulang belakang. Rangka badan membentuk rongga dada sehingga berfungsi untuk melindungi paru-paru, jantung, hati, dan lambung. 3. Rangka Anggota Gerak Bentuk rangka tangan dan rangka kaki yang memanjang disusun oleh tulang-tulang yang berbentuk pipa dan keras. Masingmasing tulang dihubungkan dengan sendi sehingga dapat bergerak. Gerakan pada tangan dan kaki berbeda-beda. Gambar 2.3 Rangka Anggota Gerak

26 B. Hasil Penelitian yang Relevan Peneliti menemukan penelitian yang relevan sebagai berikut : 1. Penelitian Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Literasi Sains IPA Kelas V SD yang dilaksanakan oleh Eviani, Sri Utami dan Tahmid Sabri, mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Tanjung Pura, Pontianak. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan kategori pengaruh yang tinggi. 2. Penelitian Eksperimen yang dilaksanakan oleh Oky Aulia K. mahasiswi Universitas Muhammadiyah Purwokerto mengenai Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Kedungwuluh Tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

27 C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dari landasan teori yang telah diuraikan di atas adalah bahwa di dalam pembelajaran dibutuhkan inovasi. Tujuan dari diperlukannya inovasi adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia. Salah satu bentuk inovasi pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah penggunaan model pembelajaran yang efektif, seperti penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dipilih sebagai model yang akan diteliti karena model ini memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan tersebut cocok digunakan sebagai model dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada kelas IV, sehingga siswa diharapkan akan mendapatkan pengaruh yang positif dari model pembelajaran. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) lebih menekankan pada tanggung jawab siswa dalam memecahkan masalah, lebih melatih siswa untuk berpikir lebih mendalam, sehingga diperkirakan akan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

28 D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian dibuat berdasarkan kerangka berpikir yang telah dirumuskan, yaitu sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Jipang. 2. Terdapat pengaruh nilai tanggung jawab terhadap prestasi siswa kelas IV SD Negeri Jipang. 3. Model pembelajaran berbasis masalah baik diterapkan pada mata pelajaran IPA kelas IV materi Kerangka Tubuh Manusia dan Fungsinya.