Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA PASKA STROKE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Salah satu masalah yang berasal dari

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang mendasari timbulnya penyakit penyakit tersebut. Mulai dari

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI RSUD BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN STROKE NON HEMORAGIK (SNH) DI RUANG SINDORO RSUD BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan tidak dapat diukur dengan uang ataupun harta kekayaan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sumbatan penyempitan dan pecahnya pembuluh darah. killer, diabetes mellitus, obesitas dan berbagai gangguan aliran darah ke otak.

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting serta mahal nilainya. 2011). Cahyono (2008) menambahkan penyakit jantung koroner, stroke sebagian

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dalam pekerjaan. Perubahan gaya hidup tersebut diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU MELAYANI PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH ROEMANI SEMARANG. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatankegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah usia tiga puluh tahun, kanker payudara sangat jarang muncul.

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DETEKSI DINI STRES DI TEMPAT KERJA DAN PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapatkan dari Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), setiap tahunnya diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, modernisasi merupakan kata yang dapat. dimulai dari kehidupan sosial, ekonomi, pola pikir, ilmu pengetahuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

Dewasa ini obesitas atau kegemukan merupakan salah satu masalah utama di

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

TUJUAN WAWANCARA MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN SOMATISASI. Skripsi

HUBUNGAN PERAN SERTA KELUARGA DALAM PERAWATAN STROKE DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

KEPECAYAAN DIRI YAITU SUATU KEMAMPUAN PENAMPILAN HIDUP SEHARI-HARI YANG DISADARI, BAIK BERUPA AKTIVITAS FISIK ATAUPUN PSIKIS

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata.

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Adhyatman Prabowo, M.Psi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD UNDATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F 100 040 052 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan modern, kini menuntut segala sesuatu serba instant dan cepat, baik dalam aktivitas pekerjaan, kehidupan rumah tangga dan makanan sehari-hari, bahkan tidak sedikit di antara kita sering mengkonsumsi makanan cepat saji (fastfood). Perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi serasa memperpendek jarak dan mempersingkat waktu. Manusiapun serasa dimanja dalam kehidupannya. Seiring dengan itu semua, ternyata kita harus membayar mahal dengan kesehatan kita. Pemakaian pestisida, limbah beracun, polusi udara, zat additive (pewarna, perasa, pengawet) di dalam makanan merupakan beberapa faktor yang apabila dikonsumsi terus-menerus dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas kesehatan tubuh kita. Radikal bebas, karsinogen (zat penyebab kanker) dan zat beracun adalah beberapa istilah yang semakin sering kita dengar bahkan penyakit kanker, diabetes, kolesterol dan stroke sudah tidak asing lagi kita dengar dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Stroke merupakan penyakit syaraf dan menjadi salah satu problem kesehatan yang amat penting dan terus mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya serta dapat mengakibatkan kelumpuhan atau kecacatan bagi penderitanya. Selain itu pengobatan dan terapi untuk penderita stroke pun harus dilakukan secara bertahap dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Di dunia kedokteran, stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab kematian setelah

penyakit jantung dan kanker (Bonita, 1992). Stroke atau Cerebral Vasculer Accident (CVA) adalah penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena kurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. (Lenny, 2007). Menurut penelitian WHO (Wijaya, 2006), seperlima sampai dengan setengah dari penderita stroke mengalami kecacatan menahun yang mengakibatkan munculnya keputusasaan, merasa diri tidak berguna, tidak ada gairah hidup, disertai menurunnya keinginan berbicara, makan dan bekerja sedangkan 25%nya dapat bekerja seperti semula. Di Indonesia, khususnya di Rumah sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang, penderita stroke pada tahun 2007 mengalami peningkatan, tercatat ada sebanyak 56 orang pada bulan Januari, 63 orang pada bulan Februari dan jumlahnya terus naik hingga mencapai 76 orang pada bulan Mei (Bintariadi, 2007). Feibel (Hartanti, 2002) melaporkan bahwa sepertiga dari 113 penderita pasca stroke mengalami depresi atau tekanan yang sangat berat dan akan semakin memberat dan makin sering dijumpai sesudah 6 bulan sampai 2 tahun setelah serangan stroke. Ada banyak gejala yang akan timbul bila serangan stroke terjadi, seperti lumpuh separuh badan, mulut mencong, bicara pelo, sulit menelan, sulit berbahasa (kurang dapat mengungkapkan apa yang ia inginkan), tidak dapat membaca dan menulis, kepandaian mundur, mudah lupa, penglihatan terganggu, pendengaran mundur, perasaan penderita akan lebih sensitif, gangguan seksual, bahkan sampai mengompol, dan tidak dapat buang air besar sendiri (Hartanti, 2002). Selain itu, penyakit ini juga mengakibatkan dementia, yaitu penurunan kemampuan mental

yang gejalanya adalah tidak ingat lagi kejadian yang baru saja terjadi, lupa jalan pulang kerumah atau lupa dengan hari dan tanggal. Serangan stroke juga dapat menyebabkan berbagai macam gangguan, baik dari ketidakmampuan untuk dapat sembuh total, ringan sampai berat bahkan dapat mengakibatkan meninggal. Salah satu yang paling sering adalah rusaknya pusat gerakan otot-otot di otak, sehingga berbagai otot menjadi lemah atau tidak mampu bergerak (Hadi, 2004). Secara psikologis, penderita pasca stroke mengalami perubahan dan keterbatasan baik dalam bergerak, berkomunikasi dan berpikir yang nantinya akan sangat mengganggu fungsi peran penderita sehari-hari (Hartanti, 2002). Perubahan fisik yang terjadi akibat penyakit ini menimbulkan keluhan-keluhan rasa sakit pada penderitanya seperti sakit kepala, sakit punggung leher, mati rasa ataupun kelumpuhan. Keluhan rasa sakit ini disertai dengan perubahan emosi yang hebat yang diwujudkan sebagai pelampiasan dari rasa sakit yang dideritanya. Oleh karena itu, penderita biasanya menjadi sensitif, cepat marah, sulit mengendalikan emosi dan mudah putus asa. Emosi adalah salah satu elemen yang sangat berpengaruh dalam sebagian besar tingkah laku manusia dan dalam proses penyesuaian dirinya. Selain itu, emosi mempunyai pengaruh besar terhadap tingkah laku, kepribadian dan kesehatan seseorang. Seorang penderita pasca stroke akan mengalami gangguan emosi yang disebabkan dari perubahan fisik yang dialaminya, penderita akan membuat persepsi bahwa dirinya sudah tidak berharga, memalukan, tidak berguna dan menjadi beban bagi keluarga. Perasaan seperti ini muncul karena penderita sadar dengan kondisinya yang sudah mengalami keterbatasan dari fungsi fisiknya.

Dalam kondisi seperti inilah penderita merasa dirinya cacat dan menyebabkan citra diri terganggu, merasa tidak mampu, jelek, memalukan dan sebagainya. Sehingga mereka menjadi meledak-ledak dalam mengekspresikan emosinya, terlebih bagi orang-orang yang sebelumnya mempunyai jabatan yang cukup tinggi didalam karirnya. Sehingga setiap kerabat yang datang membesuk akan disambut dengan tangis. Hal ini dirasakan sebagai rasa kekecewaan atau krisis. Penderita menjadi kehilangan tujuan hidupnya, merasa jauh dengan teman-temannya dan kehilangan kesehatan fisik secara menyeluruh. Hal inilah yang menimbulkan ketegangan, kecemasan, frustasi dalam menghadapi hari esok (Hartanti, 2002). Semua ini menyebabkan kestabilan emosi mereka menjadi terganggu. Setiap individu memiliki perbedaan yang mendasar pada kontrol atau kestabilan emosi. Menurut Soen (1994) manusia memiliki respon terhadap apa yang dirasakan, di sini ditekankan pada psikis yang sakit mempengaruhi kesehatan fisik. Jika seseorang didiagnosa dokter menderita stroke maka akan timbul rasa sedih, kecewa, cemas dan marah pada diri mereka sendiri, hal ini timbul karena mereka merasa tidak sanggup menerima kenyataan atas penderitaan dirinya. Irma (2003) mengatakan bahwa emosi adalah pengalaman batin manusia yang berfungsi sebagai pemberi arti bagi seluruh perjalanan hidup. Emosi akan memberikan perlindungan dan kesejahteraan dalam bentuk rasa aman dan kepuasan, memperkaya serta memberi warna variasi, sehingga hidup menjadi lebih berarti. Soen (1994) juga menambahkan bahwa emosi merupakan manifestasi dari beberapa perasaan yang tercampur baur dan tidak menentu yang terjadi ketika individu sedang mengalami suatu ancaman yang tidak jelas. Jadi

perasaan yang muncul dianggap sebagai ancaman terhadap dirinya, kemudian individu menjadi tertekan dan akan mengalami gangguan psikis sehingga berubah menjadi reaksi somatisasi dan akhirnya akan mengenai organ-organ fisik. Seperti yang telah disinggung, bahwa emosi yang timbul disebabkan karena adanya rangsangan-rangsangan yang sedang dihadapi. Kuat lemahnya rangsangan itu tidak menjadi masalah akan tetapi yang terpenting adalah kepekaan emosi seseorang dalam menghadapi rangsangan itu. Hal ini dipengaruhi adanya subyektifitas dalam diri pribadi seseorang dengan berbagai pengalamannya, maka orang tersebut mengadakan penyesuaian diri dan menekan emosi yang sedang berkembang. Emosi berperan aktif dalam kehidupan, emosi juga sebagai penyambung hidup bagi kesadaran diri dan kelangsungan diri yang secara mendalam menghubungkan kita dengan diri kita sendiri dan orang lain. Emosi memberitahu kita tentang hal-hal yang paling utama bagi kita, masyarakat, nilai-nilai, kegiatan dan kebutuhan yang memberi kita motivasi, semangat, kendali diri dan kegigihan. Kesadaran dan pengetahuan tentang emosi memungkinkan kita memulihkan kehidupan dan kesehatan kita, membangun hubungan kasih sayang yang langgeng dan meraih keberhasilan dalam pekerjaan kita (Segal, 2000). Seseorang yang mengalami emosi sebagai akibat dari stimulus yang mengenainya dan dianggap tidak menyenangkan, pada umumnya orang tersebut kurang dapat atau tidak dapat menguasai diri lagi. Tingkah laku dan perbuatannya tidak lagi memperlihatkan suatu norma yang dipegang dalam menjalani kehidupan bersama tetapi telah memperlihatkan adanya gangguan atau hambatan

dalam diri individu, walaupun individu itu mempunyai kesehatan emosi dan kestabilan emosi yang baik, tetapi individu masih memerlukan bantuan dan bimbingan. Pada kenyataannya penderita pasca stroke mengalami perubahan emosi sebagai akibat dari keluhan-keluhan rasa sakit yang ditimbulkan akibat serangan stroke. Pada umumnya penderita kurang dapat atau tidak dapat menguasai diri lagi. Kestabilan emosi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam menentukan langkah kehidupannya, dengan adanya kestabilan emosi dalam diri maka sudah pasti dapat mengarahkan tingkah lakunya serta sikap positif yang sesuai dengan dirinya dan diterima lingkungannya. Kestabilan Emosi mempunyai peranan yang besar dalam individu untuk menentukan pola tingkah lakunya. Adanya kestabilan emosi yang dimiliki individu penting bagi individu tersebut untuk melakukan respon yang tepat dan wajar terhadap lingkungannya guna mengatasi masalah yang dihadapinya. Segal (2000) mengatakan bahwa kajiannya selama ini menunjukkan bahwa pasien yang bertahan hidup cukup lama mempunyai ikatan yang tegas dengan semua emosi mereka. Mereka mengetahui apa yang mereka rasakan, dan tidak merasa takut atau tertekan oleh emosi-emosi yang kuat dari diri mereka sendiri atau orang lain. Hal yang terpenting adalah hubungan dengan perasaan mereka akan menuntun, memotivasi dan mengaktifkan kehidupan mereka. Dalam hal ini penderita pasca stroke sangat memerlukan adanya dukungan keluarga untuk berusaha membantu penderita pasca stroke dalam hal menstabilkan kembali emosinya, meredakan kembali kemarahan, kecemasanya

juga untuk menumbuhkan kembali rasa percaya diri bagi penderita pasca stroke agar tetap bersemangat menjalani kehidupannya, bisa juga menjadi teman untuk berbagi cerita dengan mendengarkan keluhan-keluhan dari rasa sakitnya ataupun tekanan-tekanan yang dialaminya agar penderita pasca stroke merasa terhibur dan merasa punya teman atau tidak merasa sendirian menanggung semua deritanya, karena penderita pasca stroke biasanya menjadi tertekan, sangat sensitif dan menutup diri terhadap lingkungan sekitarnya (Evy, 2005). Menurut Weiss (Ruwaida, 2006) melalui dukungan sosial individu merasakan adanya kelekatan, perasaan memiliki, penghargaan serta adanya ikatan yang dapat dipercaya yang dapat memberikan bantuan dalam berbagai keadaan. Dukungan sosial dalam hal ini keluarga, dapat mencegah perasaan tertekan yaitu mencegah apa yang dipandang individu sebagai stressor yang diterima, individu merasa bahwa dirinya diperhatikan, dicintai dan dihargai sehingga menjadi kekuatan bagi individu dari macam-macam patologi (Hartanti, 2002). Soen (1994) menambahkan bahwa dukungan keluarga dapat membantu penderita dalam menghadapi penyakitnya karena keterlibatan anggota keluarga dapat memberikan dukungan sosial dan semangat untuk mengikuti gaya hidup yang lebih sehat. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kestabilan emosi pada penderita pasca stroke?. Sehingga peneliti mengambil judul : HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD. UNDATA.

B. Tujuan Penelitian Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengharapkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kestabilan emosi pada penderita pasca stroke. 2. Mengetahui tingkat dukungan keluarga yang diberikan pada penderita pasca stroke. 3. Mengetahui tingkat kestabilan emosi pada penderita pasca stroke. C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, adalah : 1. Bagi Direktur RSUD. UNDATA Palu, untuk lebih memperhatikan kondisi penderita stroke dengan meningkatkan kualitas pelayanan baik pengobatan maupun dengan terapi yang harus dilakukan untuk penderita stroke. 2. Bagi penderita stroke diharapkan dapat memperoleh dukungan keluarga sebagai suatu tindakan yang mendorong dirinya untuk tetap bersemangat menjalani hidup. Penderita juga diharapkan tetap percaya diri karena dirinya tidak sendiri keluarga akan selalu mendampingi dan membantu. 3. Bagi keluarga diharapkan berusaha berperan aktif dalam memberikan bantuan apapun yang penderita butuhkan untuk mencapai kesembuhannya.

4. Bagi ilmu Psikologi, diharapkan dapat memberikan khasanah dalam penelitian psikologi khususnya psikologi klinis dan diharapkan pula dapat menjadi referensi untuk mengembangkan teori teori yang baru. 5. Bagi peneliti selanjutnya ataupun pihak pihak yang akan melakukan penelitian yang serupa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi sehingga peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian dengan populasi, pendekatan dan metode pengumpulan data yang lebih baik.