BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengertian Judul: MONUMEN BATIK SOLO di Surakarta Sebagai wahana edukasi, rekreasi dan pelestarian budaya batik serta landmark kota Solo sesuai dangan visi kota masa depan. Monumen : Monumen adalah jenis bangunan yang dibuat untuk memperingati seseorang atau peristiwa yang dianggap penting oleh suatu kelompok sosial sebagai bagian dari peringatan kejadian di masa lalu. Seringkali monumen berfungsi sebagai suatu upaya untuk memperindah penampilan suatu kota atau lokasi tertentu. (http://id.wikipedia.org/, 2011), Batik Solo : Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik". Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ). : Nama lain dari Surakarta sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah, Kota Solo telah menjadi bagian dari World Heritage Cities for Euro-Asia yang ditetapkan UNESCO. (http://id.wikipedia.org/, 2011) 1
Sehingga judul di atas memiliki pengertian yaitu sebuah Bangunan Monumental yang menjadi landmark kota Solo sekaligus sebagai museum yang diharapkan dapat menjadi suatu wahana edukasi, rekreasi dan pelestarian budaya batik serta icon kota Solo sesuai dangan visi kota masa depan, masyarakat (wisatawan) juga dapat melihat view kota Solo dari puncak monumen. 1.2. Latar Belakang Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuanperempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga 2
keraton Yogyakarta dan Surakarta. Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. Kota Solo telah menjadi bagian dari World Heritage Cities for Euro-Asia yang ditetapkan UNESCO, dan telah menjadi Tuan Rumah International Conference of World Heritage Cities for Euro-Asia pada Oktober 2008. Sejak tahun 2006, Kota Solo telah menjadi Tuan Rumah untuk 440 pertunjukan seni, meliputi tarian tradisional, pertunjukan musik dan teater. Sebagai tambahan, kota ini juga mempunyai Institut Seni Indonesia (ISI-Surakarta), yang menawarkan beragam program jurusan seni tradisional, termasuk karawitan dan wayang. Juga diadakannya Solo Batik Carnival setiap tahun yang telah berhasil menarik banyak minat wisatawan asing. Dengan demikian Kota Solo telah memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi salah satu (meeting, incentive, convention, exhibition city) di Indonesia. Kota Solo juga memiliki koleksi batik terlengkap di dunia yang dipamerkan di Museum Batik Danar Hadi. Total koleksi Museum Batik Danar Hadi ini berjumlah 11ribu-an batik, tetapi yang dipamerkan untuk dilihat pengunjung hanya sekitar 700an batik saja. Sesuai dengan motto mereka : The only place where you can find the most complete antique batik. (http://id.wikipedia.org/, 2011) Dari uraian diatas koleksi batik di Museum Batik Danar Hadi mungkin hanya sebagian kecil yang dapat dipamerkan sangat mengusik naluri saya sebagai mahasiswa arsitektur untuk membuat suatu karya yang mungkin bisa digunakan sebagai museum sekaligus monumen yang diharapkan dapat menjadi suatu wahana edukasi, rekreasi dan pelestarian budaya batik serta icon kota Solo sesuai dangan visi kota masa depan. 3
Desain bangunan monumental dengan menara yang cukup tinggi diharapkan mampu menjadi salah satu icon kota solo sekaligus sebagai city view dimana dapat diakses oleh seluruh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Dengan demikian semakin memperkokoh citra kota Solo sebagai kota budaya, dan visi Solo the Capital of Batik dapat menjadi kenyataan. 1.3. Rumusan Masalah 1. Bagaimana membuat sebuah rancangan bangunan Monumen Batik yang berfungsi sebagai museum,edukasi budaya, rekreasi dan landmark kota Solo. 2. Konsep Monumental yang seperti apakah yang sesuai untuk mendukung keberadaan bangunan. 1.4. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari perancangan ini adalah sebagai berikut. 1. Membuat sebuah Bangunan Monumen Batik yang berfungsi sebagai museum,edukasi budaya, rekreasi dan landmark kota Solo, sebagai wujud kebanggaan terhadap kebudayaan bangsa. 2. Melestarikan seni budaya, serta meningkatkan rasa kebanggaan terhadap kebudayaan kita dengan memamerkan koleksi batik yang ada di kota Solo yang antara lain berada di Museum Batik Danar Hadi yang mempunyai koleksi batik terlengkap di dunia 3. Menjadikan bangunan tersebut menjadi landmark kota Solo sebagai perwujudan visi kota Solo sebagai ibukota batik, sehingga meningkatkan citra kota sebagai kota budaya. 1.5. Lingkup Pembahasan Batasan-batasan untuk ruang lingkup pembahasan laporan DP3A ini adalah : 1. Batasan substansi materi, yaitu terfokus pada materi Batik dan konsep bangunan monumental yang mendukung bangunan tersebut 4
sebagai landmark kota dan mempunyai fungsi lain sebagai museum, edukasi budaya, rekreasi, landmark kota Solo serta dapat melihat view kota solo dari atas. 2. Batasan wilayah site perencanaan, 3. Batasan waktu penyusunan laporan, yaitu dimulai pada tanggal 5 November 2011 dan selesai tanggal 7 Januari 2012. 1.6. Keluaran Keluaran yang dihasilkan terdiri atas dua produk, yaitu konsep perancangan yang merupakan produk utama berupa laporan tertulis yang tersusun dalam Dasar-dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A), serta gambar desain arsitektural yang merupakan produk tersendiri namun tidak terpisahkan dari keseluruhan luaran yang tersusun dalam Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (PPA). 1.7. Metodelogi Pembahasan 1.7.1. Metode Pengumpulan Data Metode pembahasan dalam pencarian data dan penyusunan laporan DP3A ini adalah dengan cara studi literatur, browsing internet dan survey langsung ke tempat yang akan dijadikan sebagai rujukan perancangan bangunan. Selain itu juga survey langsung ke tempat yang akan dijadikan Site untuk perencanaan dan perancangan bangunan. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat yang kemudian di cocokkan dengan literaturliteratur yang ada. Data-data tersebut ada 2 macam, yaitu: 1) Data primer yang meliputi data pendukung tentang kota Solo, batik, monumen, peta lokasi, kondisi tapak dan kawasan, identifikasi tipologi bangunan dsb. Di dapat dari pengamatan langsung dari lapangan, rekaman gambar, sketsa-sketsa, literatur dan browsing internet.. 5
2) Data sekunder yang meliputi latar belakang sejarah, diperoleh melalui survey instansional dan kepustakaan. 1.7.2. Tahap Analisa Data analisa ini digunakan metode kuantitatif dan kualitatif 1. Metode kuantitatif meliputi pengukuran besaran ruang berdasar kegiatan kebutuhan pemakaian ruang, penentuan luas bangunan yang di sesuaikan dengan luasan tapak dsb. Digunakan untuk permasalahan yang dapat dipecahkan dengan menggunakan pola pikir kuantitatif, yaitu mengejar yang terukur. 2. Metode kualitatif dilakukan dalam analisis penyajian visual yang menggunakan metode tipologi arsitektural, dan penyajian materi koleksi dengan menggunakan visualisasi exerior dan interior ruang dsb. Di gunakan untuk masalah-masalah yang dideskripsikan secara verbal dan visual, terutama untuk memecahkan persoalan bentuk penampilan bangunan yang akan direncanakan nantinya. 1.7.3. Tahap Kesimpulan Konsep perencanaan dan perancangan disusun berdasarkan kesimpulan dari analisa-analisa yang telah dilakukan sebelumnya. 1.8. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Berisikan tentang pengertian judul dan latar belakang permasalahan yang diangkat sebagai dasar penyusunan dan perencanaan DP3A untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai dalam sasaran dengan penggunaan metode-metode tertentu. BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN Berisikan tentang teori-teori yang terkait dengan permasalahan dan dasar-dasar sumber data mengenai permasalahan yang diangkat untuk penyusuan laporan DP3A. 6
BAB III GAMBARAN LOKASI Berisikan tentang deskripsi mengenai lokasi objek yang akan dijadikan sebagai tempat untuk perencanaan dan perancangan bangunan serta data lain yang mendukung keberadaan objek yang didapat dari hasil observasi langsung dan studi literatur. BAB IV ANALISIS PENDEKATAN SERTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisikan tentang analisis-analisis permasalahan serta pendekatan dari sebuah konsep yang akan dijadikan dasar yang kemudian diterapkan ke dalam sebuah perencanaan dan perancangan bangunan. 7