BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Membangun dan Membina Keluarga Sejahtera Mandiri

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA. OLEH Ns.HENNY PERMATASARI, M.Kep. Sp. Kom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Keluarga Sejahterah

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI. Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes

3. Seluruh ayggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian. 6. Paling kurang satu orang aggota keluarga berumur 15 tahun ke atas

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang ditulis Hernawati tentang Upaya Meningkatkan

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

WAHYU INDRIANI PUTRI A.

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP),

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH PENAMBANG PASIR SERAYU DI DESA KALIORI KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional di Indonesia dilaksanakan dalam rangka

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Oleh : Sri Handayani NIM K

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencari data,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesejahteraan merupakan dambaan setiap manusia dalam hidupnya.

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian ilmiah diperlukan adanya metode penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. konteks keruangan. Kajian geografi terbagi menjadi dua yaitu geografi fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja KEpala Desa dalam Mendukung Program Wajardikdas 9 Tahun

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah kajian mengenai kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan yang memadai seseorang akan mampu menjawab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN. Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian. No. Variabel Penelitian Indikator Nomer Butir 1. Karakteristik tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Demokrasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

UNIVERSITAS GALUH PROGRAM PASCA SARJANA

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. PENELITIAN YANG PENELITI LAKUKAN INI ADALAH KAJIAN MENGENAI KESEJAHTERAAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

Smart, Innovative, Professional

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional (pasal 1 ayat 1), pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk masa yang akan datang. Undang Undang Dasar 1945 dengan tegas telah mengatur pentingnya pendidikan bagi warga negara Republik Indonesia. UUD 1945 Pasal 31 a berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran sedangkan pasal 31 b berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. Amanat undangundang ini jelas menggambarkan bahwa pendidikan itu memiliki manfaat yang cukup besar sehingga menjadi hak setiap warga negara untuk mendapatkannya dan menjadi kewajiban bagi negara untuk menyelenggarakannya. Dalam Robinson Torigan (2006) menyebutkan bahwa: 1. Pendidikan merupakan sembarang proses yang dipakai individu untuk memperoleh pengetahuan atau wawasan, atau mengembangkan sikap-sikap ataupun keterampilan keterampilan. 22

2. Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan intensional, dibantu oleh metode dan teknik ilmiah, diarahkan pada pencapaian tujuan pendidkan tertentu. Definisi lain dikemukakan oleh Carter V. Good seperti dikutip dari (Robinson Torigan, 2006) pendidikan aalah 1. Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. 2. Proses sosial di mana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya. 2. Tujuan Serta Pentingnya Pendidikan Pendidikan sangat penting dalam kehidupan masyarakat dari suatu bangsa dan negara. Melalui pendidikan yang diupayakan suatu bangsa atau negara dapat mencapai cita- cita dan tujuan hidupnya sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup negara yang dianutnya. Dengan kata lain bahwa pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk mencapai tujuan hidup suatu bangsa atau negara. Pemerintah Indonesia sangat memperhatikan dan berusaha meningkatkan mutu pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab II pasal 4 yang berbunyi : Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan 23

dan keterampilan, jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Penjelasan diatas dengan jelas bahwa begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia. Pendidikan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan status sosial ekonomi keluarga. Terpenuhnya pendidikan seseorang merupakan modal untuk mengubah status sosial ekonominya agar menjadi lebih baik. B. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan pembangunan nasional, karena dalam pembangunan nasional itu diperlukan manusia manusia yang berkualitas dalam segala hal. Dari sini dapat dilihat betapa pentingnya pendidikan, tetapi tidak semua manusia dapat mengenyam pendidikan. Hal ini dikarenakan salah satu penyebabnya adalah ekonomi. Masyarakat yang ekonominya tidak mampu sulit mendapatkan pendidikan karena diperlukan biaya yang tidak sedikit. Tingginya rata-rata tingkat pendidikan masyarakat sangat penting bagi kesiapan bangsa menghadapi tantangan global di masa depan (Basrowi dan Siti Juariyah 2010). Pendidikan yang tinggi tidak mudah didapat bagi anak, terutama didaerah pedesaan, banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain berasal dari orang tua. Basrowi dan Siti Juariyah (2010) menjelaskan bahwa faktor orang tua dalam keberhasilan belajar anaknya sangat dominan. Banyak peneliti baik dari dalam maupun dari luar negeri menemukan kesimpulan tersebut. Faktor orang tua 24

lebih dapat dikategorikan ke dalam dua variabel,variabel struktural dan variabel proses. Yang dikategorikan variabel struktural anatara lain latar belakang status ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan orang tua. Sedangkan variabel proses adalah perilaku orang tua dalam memberikan perhatian dan bantuan kepada anaknya dalam belajar. Menurut Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandangan terhadap suatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pandangan luas akan memberikan pandangan yang rasional daripada orang yang berpendidikan lebih rendah atau tidak berpendidikan sama sekali. 1. Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program tahunan terdiri atas Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), sedangkan bentuk satuan program 3 tahun sesudah 6 tahun adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat (Undang undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Pasal 7). 2. Pendidikan Menengah Pendidikan menengah adalah lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan menengah kejuruan. Bentuk satuan 25

pendidikan menengah terdiri dari atas Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan bentuk lain yang sederajat (Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Pasal 18). 3. Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi disebut Perguruan Tinggi yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas (Undang Undang Sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003, pasal 19 dan 20). C. Kesejahteraan Keluarga Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata merupakan kata benda yang mempunyai arti hak atau keadaan sejahtera, keamanan dan keselamatan dan ketentraman. Kata sejahtera merupakan kata sifat yang memiliki arti aman sentosa dan makmur, serta selamat (terlepas dari segala macam gangguan). Menurut Undang Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang sosial, adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Kesejahteraan dapat dilihat dari pemerataan pendapatan, pendidikan yang mudah dijangkau, dan kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata. Pemerataan pendapatan 26

berhubungan dengan adanya lapangan pekerja, peluang dan kondisi usaha, dan faktor ekonomi lainnya. Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha diperlukan agar masyarakat mampu memutar roda perekonomian yang pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah pendapatan yang diterima. Berdasarkan definisi tentang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa adalah suatu keadaan terpenuhinya segala kebutuhan hidup baik material maupun non-material, yang dapat diukur dengan adanya pemerataan pendapatan, pendidikan yang mudah dijangkau, dan kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata, sehingga dapat membuat seseorang merasa aman, sentosa, makmur, dan selamat. Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi dinamis keluarga dimana terpenuhi semua kebutuhan fisik materil, mental spiritual dan sosial, yang memungkinkan keluarga dapat hidup wajar sesuai dengan lingkungannya serta memungkinkan anak-anak tumbuh kembang dan memperoleh perlindungan yang diperlukan untuk membentuk sikap mental dan kepribadian yang mantap dan matang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas (BAPPERMASKB : 2010/2011 dalam Praja : 2014). Menurut konsepnya, keluarga sejahtera dapat didefinisikan menurut Undang Undang No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, menyatakan bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup yang layak, bertakwa kepada Tuhan YME dan memiliki 27

hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat dan lingkungan (BAPPERMASKB : 2010/2011 dalam Praja 2014). 1. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan a. Faktor intern keluarga 1. Jumlah anggota keluarga Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat. Tidaknya hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan dan sarana pendidikan), tetapi juga kebutuhan lainnya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, sarana untuk transportasi dan lingkungan yang serasi. Kebutuhan di atas akan lebih baik memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota keluarga berjumlah kecil. 2. Tempat tinggal Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi keluarga. Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana yang tenang dan menggembirakan serta menyejukkan hati. Sebaliknya tempat tinggal yang tidak teratur tidak jarang menimbulkan kebosanan untuk menempati. 3. Keadaan sosial keluarga Untuk mendapatkan keluarga, alasan yang paling kuat adalah keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau harmonis, jika ada hubungan yang baik dan benar benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara anggota keluarga. 28

4. Keadaan ekonomi keluarga Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup anggota keluarga (BKKBN, 1994 dalam Praja : 2014). Jadi, semakin banyak sumber sumber keuangan atau pendapatan yang diterima maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga. b. Faktor Ekstern Keluarga Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangkan. Terjadinya kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu dihindarkan, karena hal ini dapat mengganggu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan keluarga. Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain : 1. Faktor manusia, yaitu iri hati dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma. 2. Faktor alam, yaitu bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit. 3. Faktor ekonomi negara, yaitu pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah, inflasi. D. Tingkat Kesejahteraan Menurut Danhartani, Eka Radiah, dan Usamah Hanafie (2012) pernah menyatakan bahwa merupakan kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima, namun tingkatan dari itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena 29

tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut. Gambaran tentang cara yang lebih baik untuk mengukur dalam sebuah rumah tangga mengingat sulitnya memperoleh data yang akurat. Cara yang dimaksud adalah dengan menghitung pada konsumsi rumah tangga (Danhartani, Eka Radiah, dan Usamah Hanafie, 2012). Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional2000 (Danhartani, Eka Radiah, dan Usamah Hanafie 2010), membagi tingkat keluarga atas batasan / pengertian keluarga miskin dengan alasan ekonomi, yaitu : 1. Keluarga pra sejahtera, apabila keluarga tersebut dikategorikan sebagai keluarga miskin, yaitu apabila karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi : a. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sekali atau lebih. b. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah, bekerja / sekolah dan berpergian. c. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah. 2. Keluarga sejahtera I, apabila keluarga tersebut diategorikan sebagai keluarga miskin, yaitu keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi : a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama. b. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih. c. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah, bekerja / sekolah dan berpergian. 30

d. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah. e. Anak sakit atau PUS ingin berkb dibawa kesarana kesehatan. 3. Keluarga sejahtera II, dengan indikator sebagai berikut : a. Indikator keluarga sejahtera I. b. Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur. c. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging / telur / ikan. d. Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru. e. Luas lantai rumah paling kurang 8 m² untuk tiap penghuni. f. Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat melaksanakan tugas / fungsi masing masing. g. Ada anggota keluarga umur 15 tahun keatas berpenghasilan tetap. h. Anggota keluarga umur 10-16 tahun bisa baca tulis latin. i. Anak umur 7 15 tahun bersekolah. j. PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai kontrasepsi. 4. Keluarga sejahtera III, yaitu keluarga yang memenuhi indikator sebagai berikut : a. Indikator keluarga sejahtera II. b. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama. c. Sebagian keluarga ditabung. d. Kebiasan keluarga makan bersama paling kurang satu kali dan dimanfaatkan untuk komunikasi. e. Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat dilingkungan tempat tinggal. 31

f. Keluarga berekreasi diluar rumah paling kurang sekali dalam enam bulan. g. Keluarga memperoleh dari surat kabar / radio / TV / majalah. h. Anggota keluarga mampu memanfaatkan sarana transportasi setempat. 5. Keluarga III plus, yaitu dengan indikator sebagai berikut : a. Indikator keluarga sejahtera III b. Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan sumbangan materi untuk kegiatan sosial. c. Ada anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan yayasan institusi masyarakat. 1. Pengertian Buruh Sebelum membahas lebih lanjut tentang buruh, perlu dijabarkan apa sebenrnya yang dimaksud dengan buruh itu sendiri. UU No 22 tahun 1957 (tentang penyelesaian perselisihan perburuhan) mendefinisikan buruh adalah mereka yang bekerja pada majikan dan menerima upah. Menurut ILO, buruh adalah seseorang yang bekerja pada orang lain / badan hukum dan mendapatkan upah sebagai imbalan atas jerih payahnya menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan padanya, dengan kata lain semua orang yang tidak memiliki alat produksi dan bekerja pada pemilik alat produksi maka bisa dikatakan sebagai buruh. Konsepsi ini juga sejalan dengan pemikiran Marx tentang borjuis dan proletar, pada hakekatnya di dunia ini hanya ada 2 kelas yaitu borjuis dan proletar, borjuis adalah pemilik alat produksi dan proletar adalah orang yang tidak memiiki alat produksi. Tidak ada kelas menengah karena sebenarnya kelas menengah adalah pecahan dari kelas proletar. 32

Dari berbagai sumber definisi buruh bukan hanya pekerja kasar pabrik, tapi juga semua orang yang bekerja di bawah perintah kekuasaan orang lain dan menerima upah. Jadi pegawai negeri sipil maupun eksekutif pun sebenarnya adalah buruh juga. Tapi definisi ini sengaja dikaburkan dijaman Orde Baru sebagai upaya pengkotak kotakan dan pemecah belahan, sehingga definisi terpecah menjadi buruh, pekerja, pegawai, kaum professional, dsbnya. Tujuannya supaya kekuatan buruh tidak bersatu sehingga tidak bisa mempengaruhi kekuasaan politik penguasa saat itu. Di Indonesia, pada tataran praksis ketika kita berbicara tentang buruh, maka yang dimaksud adalah pekerja berkerah biru (blue collar) yang selalu diidentikan dengan kemiskinan, kumuh, untuk makan harus gali lobang tutup lobang, termarginalkan. Buruh inilah yang kemudian dilihat dari tingkat berada pada level bawah masyarakat. Tenaga kerja atau pekerja adalah tiap orang yang melakukan pekerjaan baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja yang bisanya disebut dengan buruh bebas mislanya seorang dokter yang membuka pintu praktek, pengacara, penjual koran / majalah, di pinggir jalan, petani, yang menggarap lahannya sendiri. Tenaga kerja / buruh ini disebut dengan istilah pekerja. Karyawan ialah setiap orang yang melakukan kerja / pekerjaan seperti karyawan toko, karyawan buruh, karyawan perusahaan dan karyawan angkatan bersenjata, mereka ini disebut dengan istilah tenaga kerja. Buruh adalah mereka yang berkerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua 33

belah pihak, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja tersebut diberikan secara harian (Praja : 2014). E. Penelitian Yang Relevan Berdasarkan dasar teori diatas, maka penelitian yang relevan yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Novi Arzaqa Hadi Praja (2014) bertujuan untuk mengetahui a. Untuk mengetahui tingkat buruh penambang pasir di Desa Kaliori Kecamatan Kalibogor Kabupaten Banyumas. b. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan pada musim kemarau dan musim penghujan. Teknik pengambilan sampelnya menggunakan Total Sampling. Untuk pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi dan metode angket. Analisis datanya menggunakan korelasi. Hasil penelitiannya adalah 1) Tingkat buruh penambang pasir serayu di Desa Kaliori Kecamatan Kalibogor Kabupaten Banyumas > 80% sejahtera II. 2) Terdapat perbedaan pendapatan pada musim hujan dan musim kemarau. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Teguh Santoso (2015) bertujuan untuk mengetahui : a. Untuk mengetahui penambang batu gamping. b. Untuk mengetahui tingkat pendidikan anak penambang batu gamping. c. Untuk mengetahui pengaruh tingkat terhadap pendidikan anak. 34

Teknik pengambilan sampelnya menggunakan purposif sampling (penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu). Untuk pengumpulan datanya menggunakan Kuisoner (Angket) dan Dokumentasi. Analisis datanya menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang. Hasil penelitiannya adalah kajian tingkat penambang batu gamping dan pendidikan anak di Desa Darmakraden Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas dalam tahaf sejahtera. Tabel 2.1 Hasil Peneliti yang Relevan No Nama dan Tahun 1. Novi Arzaqa Hadi Praja (2014) 2. Teguh Santoso (2015) Judul Penelitian kajian tingkat buruh penambang pasir serayu di Desa Kaliori Kecamatan Kalibogor Kabupaten Banyumas kajian tingkat penambang batu gamping dan pendidikan anak di Desa Darmakraden Kecamatan Ajibarang Kabupaten Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat buruh penambang pasir di Desa Kaliori Kecamatan Kalibogor Kabupaten Banyumas. 2. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan pada musim kemarau dan musim penghujan. 1. Untuk mengetahui penambang batu gamping. 2. Untuk mengetahui tingkat pendidikan anak Metode Penelitian pengambilan sampelnya menggunakan Total Sampling. menggunakan metode dokumentasi dan metode angket. Analisis datanya menggunakan korelasi Pengambilan sampelnya menggunakan purposif sampling (penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu). Menggunakan Hasil 1. Tingkat buruh penambang pasir serayu di Desa Kaliori Kecamatan Kalibogor Kabupaten Banyumas > 80% sejahtera II. 2. Terdapat perbedaan pendapatan pada musim hujan dan musim kemarau. Tingkat penambang batu gamping dan pendidikan anak di Desa Darmakraden Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas dalam 35

Banyumas 3. Peneliti Kajian tingkat dan pendidikan anak penambang batu kapur di desa karangdawa kecamatan margasari kabupaten tegal penambang batu gamping. 3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat terhadap pendidikan anak. Untuk mengetahui tingkat dan pendidikan anak penambang batu kapur di desa karangdawa kecamatan margasari kabupaten tegal. Kuisoner (Angket) dan Dokumentasi. Analisis menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang. Pengambilan sampelnya menggunakan purposif sampling (penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu). Menggunakan Kuisoner (Angket) dan Dokumentasi. Analisis Korelasi Sperman Rank menggunakan tabel frekuensi dan presentase dan skor. tahaf sejahtera. Terdapat hubungan yang positif antara tingkat dengan pendidikan anak penambang batu kapur di Desa Karangdawa Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal 36

F. Kerangka Pikir Berdasarkan permasalahan yang dibahas oleh peneliti, maka dapat dibuat kerangka pikir sebagai berikut : Penghasilan Pekerja Kesejahteraan pekerja Papan Pangan Sandang Kesehatan Komunikasi Kegiatan Kemasyarakatan Informasi Peribadatan Pendidikan penghasilan Pendidikan Anak 6 Tahun (Tamatan SD) 9 Tahun (Tamatan SMP) 12 Tahun (Tamatan SMA) Tingkat Kesejahteraan Dengan Pendidikan Anak Penambang Batu Kapur Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Pikir 37

H. Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pikir diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Ho : Tidak dapat terdapat hubungan positif antara tingkat dengan pendidikan anak penambang batu kapur Ha : Terdapat hubungan positif antara tingkat dengan pendidikan anak penambang batu kapur. 38