BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
HALAMAN PENGESAHAN. Dr. Fahru Nurosyid, S.Si., M.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

Perkiraan Dosis dan Distribusi Fluks Neutron Cepat dengan Simulasi Monte Carlo MCNPX pada Fantom Saat Terapi Linac 15 MV. Abstrak

TARGET BERILIUM SEBAGAI SUMBER NEUTRON PADA BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PENENTUAN DOSIS SERAP RADIASI- 99m Tc PADA TUMOR PARU-PARU DALAM TAHAP DIAGNOSIS MENGGUNAKAN SOFTWARE MONTE CARLO N-PARTICLE X VEETHA ADIYANI

DOSIS BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian akibat keganasan di dunia, kira-kira sepertiga dari seluruh kematian akibat

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

PEMETAAN DOSIS RADIASI GAMMA DI FASILITAS KALIBRASI PTNBR UNTUK SUMBER 60 Co 400 GBq DENGAN MCNP5

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

DOSIS SERAP DI SEKITAR BATAS DISTRIBUSI BORON

SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

DESAIN PERISAI RADIASI UNTUK SIKLOTRON DECY-13 MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO

Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada. pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang

DESAIN KOLIMATOR TIPE TABUNG UNTUK PENYEDIA- AN BERKAS RADIOGRAFI DENGAN SUMBER GENE- RATOR NETRON

ANALISIS JUMLAH PRODUK MOLYBDENUM-99 ( 99 Mo) SEBAGAI FUNGSI WAKTU BURN-UP PADA NILAI KRITIKALITAS OPTIMUM PADA AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR (AHR)

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PEMODELAN DOSIS NEUTRON DAN GAMMA DI REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PERBANDINGAN DATA DAN ANALISIS JUMLAH MONITOR UNIT OUTPUT SOFTWARE ISIS DENGAN OUTPUT SIMULASI MONTE CARLO

SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN HASIL PERANCANGAN

SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS TANAH DENGAN SPEKTROMETER GAMMA IN-SITU TERKOLIMASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SIMULASI DOSIS SERAP RADIAL SUMBER IRIDIUM-192 UNTUK BRAKITERAPI DENGAN MENGGUNAKAN MCNP

BAB III PERHITUNGAN JUMLAH MONITOR UNIT MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. simulasi untuk mengetahui bagaimana performanya dan berapa besar memori

Disusun oleh: SUSANTI M SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan

SIMULASI PENGUKURAN LAJU DOSIS SERAP MAKSIMUM PESAWAT TELETHERAPY Co-60 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA DENGAN METODE MONTE CARLO FARIDA RAHAYU

BAB III APLIKASI METODE GWR

ANALISIS DOSIS RADIASI PADA KOLAM AIR IRADIATOR GAMMA 2 MCi MENGGUNAKAN MCNP

PEMODELAN BNCT SHIELDING BERBAHAN PARAFIN DAN ALUMINIUM UNTUK FASILITAS MENGGUNAKAN SIMULATOR MCNP

BAB I PENDAHULUAN. dibidang penjualan alat elektronik seperti Computer, Notebook, Tablet, Camera, Projector, Printer dan Accesories Computer.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Berikut ini merupakan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang

III. METODE PENELITIAN

Berikut langkah-langkah penelitian yang dilakukan: 1. Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan.

PENENTUAN DOSIS SERAPAN RADIASI-γ DARI 60 Co PADA RADIOTHERAPY PAYUDARA MENGGUNAKAN SOFTWARE MCNP5

PENENTUAN DOSIS RADIASI GAMMA TERESTRIAL DENGAN TEKNIK SPEKTROSKOPI GAMMA DAN MONTE CARLO

SIMULASI DISTRIBUSI DOSIS SERAP PADA BRACHYTHERAPY PROSTAT MENGGUNAKAN SOFTWARE MCNP5 DENGAN MODEL SEED IMPLANT ISOAID ADVANTAGE TM IAPd-103A

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi XVMC adalah yang. pertama, instalasi dilakukan pada linux distro Ubuntu versi 7.

PENGEMBANGAN APLIKASI KOMPUTER DALAM STUDI PEMODELAN PARAMETER FARMAKOKINETIK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian untuk Sistem Optimalisasi Produksi ini menggunakan

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO

ANALISIS DOSIS SERAP RELATIF BERKAS ELEKTRON DENGAN VARIASI KETEBALAN BLOK CERROBEND PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi khususnya di bidang komputer memungkinkan seseorang untuk

OPTIMASI SUDUT PENYINARAN BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT) PADA KANKER PARU-PARU MENGGUNAKAN SIMULASI MCNPX

KALIBRASI ANTARWAKTU PESAWAT TELETERAPI 60 Co DI RSUD Dr. MOEWARDI: PENGUKURAN, PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Diterima editor 9 Desember 2013 Disetujui untuk publikasi 12 Februari 2014

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

KARTINI SKRIPSII. Oleh

Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Untuk itu diperlukan adanya metode

TEORI DASAR RADIOTERAPI

BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan penelitian. Dalam

SIMULATION FOR RADIATION SHIELDING DESIGN OF EBM-LATEX USING MCNP5

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. (TI-Math), serta Teknik Informatika dan Statistika (TI-Stat) dan pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. pada PT. Buana Jaya Lestari menggunakan sistem terkomputerisasi, yaitu dalam

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

4 Notepad dan Microsoft Excel sebagai editor data.

BAB IV IMPLEMENTASI_DAN_EVALUASI. Implementasi bertujuan untuk menerapkan sistem yang dibangun untuk

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia, salah satunya adalah komputer. Saat ini suatu sistem aplikasi komputer

BAB I PENDAHULUAN. dan berguna untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu. Perkembangan teknologi. ini juga terus berkembang pesat. Ini disebabkan oleh

Modification of Materials and Thickness Layer of Radial Piercing Beamport (RPB) Reflector on Kartini Reactor for Boron Neutron Capture Therapy (BNCT)

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. rangka memenuhi kebutuhan pengguna agar permasalahan yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI

KOREKSI KURVA ISODOSIS 2D UNTUK JARINGAN NONHOMOGEN MENGGUNAKAN METODE TAR (TISSUE AIR RATIO)

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. CV. Sejati Furniture adalah suatu perusahaan perseorangan yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB III METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam dan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Gambar 4.7. Diagram alir dari proses inversi.

BAB I PENDAHULUAN. Pemasukan dan Pengeluaran Barang merupakan hal yang umum terjadi. Proses

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Komputasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta dengan jangka waktu dari Agustus 2015- Maret 2016. 3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Piranti Keras High Performance Computing (HPC) yang meliputi: 1) Frontend, dengan spesifikasi: 2 Intel six- core Xeon X5650 cpu (12 core 2,7 GHz) 12 GB DDR3 ECC RAM (1GB per core) 2 300 GB SAS 10k hard disk (RAID 1) 4 500 GB SAS 7,2k hard disk (RAID 10) 2) 4 Computing Node, dengan spesifikasi: 2 Intel six- core Xeon X5650 cpu (12 core 2,7 GHz) 12 GB DDR3 ECC RAM (1GB per core) 2 300 GB SAS 10k hard disk (RAID 1) 3.2.2. Piranti Lunak Sistem Operasi : CentOS x86_64 versi 5.6 Sistem Cluster : Rocks Cluster 5.4.3 Viper Compiler : GNU versi 4.1.2, Intel CC 12.0.0.084, Intel Fortran 12.0.0.084 Performance Library : Intel MKL MCNPX : Perangkat lunak utama yang digunakan untuk simulasi kode komputer 19

20 Visual Editor Notepad++ Total Commander 32 bit Microsoft Excel Microsoft Word Origin : Perangkat lunak yang digunakan untuk menampilkan desain phantom dan sumber netron dari file input MCNPX : Perangkat lunak yang digunakan untuk menyusun kode komputer MCNPX dan membaca output hasil running : Perangkat lunak yang digunakan dalam proses running data : Perangkat lunak yang digunakan sebagai akuisisi data hasil running : Perangkat lunak yang digunakan untuk penyusunan laporan : Perakat lunak yang digunakan untuk pembuatan grafik 3.2.3 Data Data yang diperlukan dalam pembuatan pemodelan antara lain: 1) Input model phantom ORNL-MIRD (Reed, 2007). 2) Geometri penyedia berkas neutron yang dibuat Sato (Sato et al., 2014). 3) Isotop dan densitas material untuk pemodelan penyedia berkas neutron yang dibuat Sato et al., 2014. 3.3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode simulasi komputasi dengan program berbasis Monte Carlo dengan software MCNPX. Pembuatan simulasi dilakukan dalam empat tahapan yakni, studi pustaka dan pengumpulan data; validasi sumber radiasi hasil penelitian Sato et al, 2014; modifikasi sumber radiasi; serta perhitungan dosis pada phantom ORNL-MIRD. Simulasi sumber neutron didefinisikan dengan menembakkan proton ke lempeng berilium, sehingga dihasilkan berkas neutron. Berkas neutron ini selanjutnya akan dipancarkan pada kepala yang terserang kanker, yang disimulasikan dengan phantom ORNL-MIRD. Berikut Gambar 3.1. yang menjelaskan proses tahapan penelitian.

21 Tahap awal Studi pustaka Pengumpulan data Validasi hasil keluaran pemandu berkas neutron Modifikasi model pemandu berkas neutron Analisis hasil modifikasi Penambahan phantom ORNL-MIRD Perhitungan laju dosis foton pada masing- masing organ Analisis hasil Kesimpulan Gambar 3.1. Diagram Alir Tahap Pelaksanaan Penelitian 3.3.1. Studi Pustaka dan Pengumpulan Data Studi pustaka dilakukan pada ilmu yang terkait dengan BNCT dan dosimetri kanker. Selain itu, pelaksanaan simulasi juga membutuhkan geometri pemandu berkas neutron yang dibuat Sato et al., 2014 dan file masukan penyusun phantom ONRL-MIRD. Data input yang diperlukan melingkupi data material dan densitas material. Geometri pemandu berkas neutron diacu dari penelitian Sato et al.,2014 dengan spesifikasi material dari Compendium of Material Composition Data for Radiation Transport Modeling (McCone et al., 2011). Sedangkan file masukan penyusun phantom ONRL-MIRD diperoleh dari Medical Physics Calculations with MCNP: A PRIMER (Reed, 2007).

22 3.3.2. Validasi Penyedia Neutron Model penyedia neutron dibuat berdasarkan hasil penelitian Sato et al., 2014. Dalam penelitian tersebut, penyediaan berkas neutron dilakukan dengan menembakan proton dengan energi tertentu ke target 9 Be sehingga dihasilkan neutron. Berikut Gambar 3.2. yang menunjukan geometri sumber penyedia neutron yang dibuat Sato et al., 2014. Keterangan gambar: No Keterangan (material) Tebal (cm) 1 Reflektor (Pb) 50 2 Target (Be) 0,05 3 Moderator (CaF 2 ) 40 4 Shielding γ (Bi) 1 5 Shielding neutron termal (Cd) 0,1 6 Kolimator (polietilen-lif) 20 Gambar 3.2. Geometri penyedia berkas neuton yang dibuat Sato (Sato et al., 2014) Untuk proton dengan energi 8 MeV dan tebal logam yang divariasikan, Sato memperoleh hasil bahwa dosis neutron cepat per neutron epitermal akan turun secara eksponensial seiring dengan pertambahan tebal filter logam. Hasil ini ditampilkan dalam grafik pada Gambar 3.3. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis memilih filter logam Fe, karena dengan filter tersebut diperoleh dosis neutron cepat per fluks neutron epitermal paling kecil. Dengan pertimbangan tersebut, validasi hanya dilakukan untuk filter logam Fe, dengan ketebalan filter 7 hingga 20 cm.

23 Gambar 3.3. Grafik hubungan dosis neutron cepat per neutron epitermal terhadap ketebalan filter (Sato et al., 2014) Gambar 3.4. Grafik hubungan fluks neutron epitermal terhadap ketebalan filter (Sato et al., 2014) 3.3.3. Modifikasi Penyedia Neutron Setelah dilakukan validasi pada penyedia berkas neutron yang dibuat Sato, selanjutnya pembuatan simulasi dilakukan dengan model tersebut. Pada penelitian ini, digunakan proton dengan energi 30 MeV dan arus proton 1mA. Pemilihan energi dilakukan dengan pertimbangan fluks neutron termal yang dibutuhkan

24 untuk BNCT. Dengan energi proton yang tinggi fluks neutron termal yang mencapai kanker diharapkan dapat lebih tinggi. Sedangkan arus proton dipilih 1 ma karena sudah cukup untuk menghasilkan fluks neutron yang sesuai dengan kriteria IAEA. Hasil fluks yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan parameter IAEA (Tabel 2.1) untuk memastikan kesesuaiannya. Berikut Gambar 3.5 yang menunjukan tahapan modifikasi penyedia berkas neutron. Mulai Input definisi surface Input definisi cell Input definisi material, sumber dan tally Penambahan filter neutron Fluks neutron Analisa fluks neutron Ya Variasi filter neutron? Tidak Fluks neutron optimal Sistem penyedia dan pemandu neutron optimal Selesai Gambar 3.5 Tahapan modifikasi penyedia berkas neutron

25 Modifikasi dilakukan pada filter neutron bertujuan untuk mengurangi fluks neutron cepat, sehingga kerusakan sel sehat akibat interaksi dengan neutron cepat dapat diminimalkan. Pemberian filter dilakukan didepan kolimator, dengan variasi ketebalan filter. Material filter yang digunakan adalah LiF dan AlF 3. Penghitungan fluks dilakukan dengan memilih tally F4 pada masing- masing cell, sehingga akan diperoleh hasil banyaknya partikel tiap satuan volume di cell tersebut. Dalam hal ini cell mewakili bagian tertentu pada pemandu berkas. Selanjutnya, hasil yang diperoleh dikalikan dengan faktor multiplikasi (fm n ) yang diperoleh dengan persamaan (3.1). fm n = p n p p I p Q p (3.1) Dengan p n merupakan populasi neutron, p p merupakan populasi proton, I p merupakan arus proton dan Q p merupakan muatan proton. 3.3.4. Perhitungan Laju Dosis Laju dosis yang dihitung adalah laju dosis foton hasil interaksi neutron dengan materi. Materi dalam hal ini diasumsikan berupa tubuh manusia yang disimulasikan dengan phantom ONRL- MIRD. Kanker disimulasikan berada pada lobus frontalis, dengan kedalaman 4,8 cm dan berdiameter 5 cm. Material penyusun phantom ditunjukan pada lampiran 2. Perhitungan dosis dilakukan dengan menggunakan fungsi de df pada MCNPX. Fungsi de df digunakan untuk mengkonversi hasil keluaran dalam satuan fluks menjadi satuan laju dosis. Sebelum digunakan fungsi de df, digunakan tally F4 untuk menghitung fluks partikel, yang dalam hal ini adalah foton pada suatu sel tertentu. Selanjutnya digunakan fungsi de df dengan koefisien kerma sebagai koefisien peubah dan faktor multiplikasi (fm p ) sebagai faktor pengalinya. Nilai koefisien kerma ditunjukan pada Lampiran 1, dan fm p ditentukan sesuai dengan persamaan 3.2. fm p = I p Q p (3.2) Dengan I p merupakan arus proton dan Q p merupakan muatan proton.

26 Penghitungan dosis dilakukan dengan konsentrasi 10 B sebesar 30 µg/g tumor. Pada file masukan yang dibuat, konsentrasi ini ditentukan dengan besarnya fraksi massa 10 B. Karena laju dosis diperhitungkan pada masing- masing organ, maka pemberian tally F4 dilakukan pada masing- masing sel yang bersesuaian dengan organ tersebut. Keluaran tally F4 selanjutnya akan langsung diubah ke dalam satuan laju dosis oleh fungsi de df, sehingga diperoleh keluaran dengan satuan gray/sekon (Gy/s). Untuk memastikan dosis yang diterima pasien pada pengobatan aman, dilakukan perhitungan dosis dengan waktu 60 menit. Waktu ini merupakan waktu yang disarankan oleh IAEA untuk fluk neutron epitermal <10 9 yaitu 60 menit (IAEA, 2001). Tahapan penghitungan laju dosis dan dosis dapat dilihat pada Gambar 3.6. 3.3.5. Analisa Data Pembahasan pada penelitian ini berkaitan dengan dosis serap foton yang diterima masing- masing organ pada pengobatan BNCT pada kasus kanker otak. Hasil yang diharapkan adalah hasil keluaran penyedia berkas dengan fluks neutron epitermal yang tinggi, namun dosis foton yang dihasilkan pada tiap organ minimum. 3.3.6. Kesimpulan Setelah dilakukan analisa, akan diperoleh bagaimana modifikasi penyedia berkas neutron yang menghasilkan fluks neutron epitermal yang paling optimal, bagaimana karakteristik berkas neutron yang dihasilkan, serta berapa dosis serap foton yang diterima oleh masing- masing organ. Dosis serap foton yang diterima masing- masing organ ini dapat dijadikan acuan untuk melihat sejauh mana neutron dapat menembus jaringan keras dan jaringan lunak di dalam tubuh, serta bagaimana efek biologis dari foton yang ditimbulkan pada pengobatan.

27 Mulai Input sistem penyedia dan pemandu neutron optimal Input phantom ORNL- MIRD Input definisi surface Input definisi cell Input definisi material, sumber dan tally Running data Ya Ada fatal error? Tidak Lolos statistical check? Ya Tidak Laju dosis foton tiap cell Analisis laju dosis dan dosis Selesai Gambar 3.6. Tahapan perhitungan dosis