PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA Elfina Maria Purba SMP Negeri 6 Kisaran, kab. Asahan Abstract: This study is a class action that aims to understand how the process of implementation of the Learning Cycle 5E can improve communication skills mathematical IX 4th grade students of SMP Negeri 6 Kisaran in the academic year 2016/2017. Mathematical communication skills to be measured consists of three aspects, namely: (1) the ability to express mathematical ideas through oral, written, and visually depict; (2) the ability to interpret and evaluate mathematical ideas both orally and in writing; (3) the ability to use terms, mathematical symbols, and its structures to model mathematical situations or problems. This study was conducted collaboratively between researchers and teachers as much as 2 cycles. The results showed that the application of Learning Cycle 5E can improve communication skills mathematical IX 4th grade students of SMP Negeri 6 Kisaran. With the implementation of the study, the percentage of successful mathematical communication skills achieved by students in the first cycle 75%, and the end of the second cycle is equal to 94.44% has reached the high category (according to the observation sheet) has reached either category (according to test results). Keywords: Learning Cycle 5E, communications mathematical, geometrical Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IX-4 SMP Negeri 6 Kisaran tahun pelajaran 2016/2017. Kemampuan komunikasi matematis yang akan diukur terdiri dari tiga aspek, yaitu: (1) kemampuan menyatakan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, serta menggambarkan secara visual; (2) kemampuan menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan maupun tertulis; (3) kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, simbol-simbol matematika, dan struktur-strukturnya untuk memodelkan situasi atau permasalahan matematika. Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dan guru sebanyak 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IX-4 SMP Negeri 6 Kisaran. Dengan pelaksanaan pembelajaran tersebut, persentase kemampuan komunikasi matematis yang berhasil dicapai siswa pada Siklus I 75%, dan akhir siklus II adalah sebesar 94.44% telah mencapai kategori tinggi (menurut lembar observasi) telah mencapai kategori baik (menurut hasil tes). Kata Kunci: Learning Cycle 5E, komunikasi matematis, bangun ruang 122
Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup untuk mempengaruhi pertumbuhan individu. Pendidikan adalah segala situasi yang diupayakan sekolah terhadap siswa agar mempunyai kemampuan dan kesadaran terhadap hubungan dan tugas sosial mereka (Mudyahardjo 2006). Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP. No. 19 tahun 2005). Salah satu perwujudannya melalui pendidikan bermutu pada setiap satuan pendidikan di Indonesia. Matematika salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif demi tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berfikir logis. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka pembangunan pendidikan dilaksanakan dengan jalan peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan, khususnya untuk memacu, penguasaan ilmu dan teknologi. Upaya peningkatan mutu pendidikan antara lain, usaha peningkatan mutu dan penyempurnaan proses belajar mengajar. Belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi seluruh aktivitas yang menyangkut pemberian materi pelajaran agar siswa memperoleh kecakapan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Peningkatan dan penyempurnaan dalam proses belajar mengajar bertujuan agar siswa memperoleh hasil belajar yang baik atau prestasi belajar yang baik. Pendidikan merupakan usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang ada pada anak baik sebagai individu manusia maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat mencapai kesempurnaan hidup (Ki Hajar Dewantoro dalam Rohman, 2009). Pendidikan mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan umat manusia. Dengan adanya pendidikan manusia mampu membangun sebuah peradaban, menciptakan kebudayaan, memelihara lingkungan, menjalin hubungan dengan sesama. Siswoyo (2008) mengartikan pendidikan sebagai suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya jiwanya (akal, rasa dan kehendak), sosial dan moralitasnya. Pendidikan adalah sebuah kekuatan dinamis yang dapat mempengaruhi kemampuan, kepribadian setiap manusia dalam hubungannya dengan sesama, lingkungan, serta dengan Tuhan. Apabila diperhatikan dengan seksama, hasil belajar siswa bervariasi. Ada siswa yang hasil belajarnya bagus dan sebaliknya. Munculnya kesenjangan hasil belajar (mutu pendidikan) di sekolah tersebut tentu disebabkan oleh beberapa kendala dalam proses belajar. Kita mengakui secara jujur bahwa ada komponen belajar berada pada kondisi yang lemah, sehingga proses belajar tidak berjalan secara efektif dan efisien. Berbicara tentang mutu pendidikan, khususnya pendidikan formal, salah satu barometernya dapat dilihat melalui hasil atau prestasi belajar yang dicapai oleh para siswa. Jika kita mengamati daftar kolektif nilai atau angka rapor maupun hasil UAS/UAN masing-masing siswa, akan tampak deretan nilai bervariasi. 123
Corak variasi nilai yang demikian itu memberi gambaran dan petunjuk bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang cukup kompleks. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Sehubungan dengan apa yang telah penulis kemukakan, maka melalui tulisan ini penulis mencoba membahas salah satu mata pelajaran penting di sekolah, yaitu mata pelajaran Matematika. Matematika merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang ilmu hitung yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasangagasan. Mata pelajaran Matematika di Sekolah Menengah merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta menumbuhkan berpikir praktis. Namun demikian dalam kegiatan pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah pada umumnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Menurut hasil pengamatan penulis selama ini, prestasi yang dicapai siswa SMP Negeri 6 Kisaran dalam mata pelajaran Matematika di sekolah pada umumnya masih lebih rendah dibandingkan dengan beberapa mata pelajaran yang lain seperti PPKn, Bahasa Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah karena siswa belum memahami konsep-konsep dasar Matematika, mengingat selama ini pemberian materi banyak dilakukan melalui ceramah dan metode latihan soal. Padahal pemahaman atas konsep dasar Matematika tidak cukup apabila hanya dilakukan melalui kedua metode tersebut. Perlu adanya upaya tindak lanjut yang salah satunya berupa lembar kerja siswa oleh siswa. Guru sendiri belum menciptakan Budaya memberikan latihan yang menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E, setelah siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pengerjaan lembar kerja siswa tersebut dimaksudkan untuk melatih siswa agar dapat mengkomunikasikan materi yang diserap dalam kegiatan pembelajaran melalui pengerjaan lembar kerja siswa. Isi lembar kerja siswa tersebut pada hakikatnya berisi latihan soal yang disusun secara sistematis berdasarkan satuan pelajaran dalam kurikulum. Dengan mengerjakan lembar kerja siswa setelah mengadakan aktivitas pembelajaran Matematika melalui tugas, siswa diharapkan dan mau tidak mau berusaha menyelesaikan seluruh tugas yang diberikan dan menyerahkan hasilnya pada guru. Dengan demikian secara tidak langsung siswa dituntut untuk memahami konsep dasar Matematika yang tertuang dalam bentuk Model Pembelajaran Learning Cycle 5E siswa. Komunikasi matematis merupakan kecakapan siswa dalam mengungkapkan ide-ide matematika secara lisan, tertulis, gambar, diagram, menggunakan benda nyata, atau menggunakan simbol matematika. Siswa yang memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan ide atau gagasan matematisnya dengan baik cenderung mempunyai pemahaman yang baik terhadap konsep yang dipelajari dan mampu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. (NCTM, 124
2000). Namun kenyataannya, data dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa penekanan pembelajaran matematika di Indonesia lebih banyak pada penguasaan keterampilan dasar, hanya sedikit sekali penekanan penerapan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari, berkomunikasi secara matematis, dan bernalar secara matematis. Selanjutnya, hasil penelitian Tim Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika juga mengungkapkan bahwa di beberapa wilayah Indonesia yang berbeda, sebagian besar siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dan menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika (Shadiq, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa Indonesia masih kurang baik. Kondisi pembelajaran yang demikian menyebabkan perlu adanya penggunaan suatu model pembelajaran yang dapat lebih mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan cara belajar dan mengembangkan daya nalar sehingga juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis adalah model pembelajaran Learning Cycle (Fajaroh, 2003). Learning Cycle merupakan model pembelajaran sains yang berbasis konstuktivistik. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 6 Kisaran tahun pelajaran 2016/2017, rendahnya kemampuan komunikasi matematis juga dialami oleh siswa kelas IX-4 di SMP Negeri 6 Kisaran Hal-hal yang mengindikasikan masih rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran yaitu: (1) siswa kurang percaya diri dalam mengkomunikasikan gagasannya dan masih ragu-ragu dalam mengemukakan jawaban ketika ditanya oleh guru; (2) ketika ada masalah yang disajikan dalam bentuk soal cerita siswa masih bingung bagaimana menyelesaikannya, mereka kesulitan dalam membuat model matematis dari soal cerita tersebut; (3) siswa belum mampu mengomunikasikan ide atau pendapatnya dengan baik, pendapat yang disampaikan oleh siswa sering kurang terstruktur sehingga sulit dipahami oleh guru maupun temannya. Berdasarkan pengamatan, juga terlihat bahwa dalam pembelajaran di kelas tersebut belum mengindikasikan diterapkannya model. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IX-4 SMP Negeri 6 Kisaran. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX-4 SMP Negeri 6 Kisaran dengan jumlah siswa 36 siswa terdiri atas 15 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Peneliti merasa perlu melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas IX-4 karena peneliti mengalami masalah dalam pembelajaran Matematika materi memahami tabung, kerucut, dan bola masih banyak yang belum 125
tuntas. Kemudian Peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk mencari solusi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa kelas IX-4 SMP Negeri 6 Kisaran. Untuk mengumpulkan data, dalam penelitian ini menggunakan tes, observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan tes hasil belajar. Siswa diminta mengerjakan beberapa soal yang berkaitan dengan materi sifat-sifat dan jaring-jaring bangun ruang. Tes ini juga digunakan untuk memperoleh data sejauh mana penggunaan penerapan model dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun hal-hal yang diobservasi meliputi: (1) bagaimana aktivitas guru dalam unsur-unsur tabung, kerucut dan bola kepada siswa melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E; (2) bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran melalui Learning Cycle 5E. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan penelitian pada tanggal 1 Agustus sampai dengan 10 Oktober 2016. Penelitian ini dilakukan yaitu dengan tes praktek yang diberikan untuk mengetahui kemampuan hasil belajar matematika pada materi memahami unsur-unsur tabung, kerucut dan bola pada siswa kelas IX-4 SMP Negeri 6 Kisaran Tahun Pelajaran 2016/2017. Dari hasil analisis dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, hasil belajar Matematika siswa kelas IX-4 SMP Negeri 6 Kisaran dikatakan masih rendah karena masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah 75, selain itu masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika. Dari data penelitian dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran metode penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E diperoleh nilai rata-rata siklus I belajar siswa adalah 72.22 dan ketuntasan belajar mencapai 75% atau ada 27 siswa tuntas dari 36 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang belum tuntas memperoleh nilai dibawah 75 hanya sebesar 25% ada 9 siswa yg belum tuntas lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan penerapan model Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif disiklus II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif disiklus II. Sementara itu hasil rata-rata nilai siklus II adalah 82.63 dengan ketuntasan belajar mencapai 94.44% atau sebanyak 34 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 orang, yaitu 05.56%. Dengan demikian, kegiatan pada siklus II ini tidak perlu diulang karena sudah melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan 126
Tabel 1. Hasil Belajar Hasil Tes Test Awal Siklus I Siklus II Nilai Rata-Rata 73,63 78,55 82,69 Jumlah Tuntas Belajar 20 29 34 Persentase Tuntas Belajar 55.55% 80.55% 94.44% yaitu sebanyak 94.44% siswa yang tuntas. Berdasarkan data pada siklu II peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 82.63. Ketuntasan belajar mencapai 94.44% dan jumlah siswa tuntas sebanyak 34 siswa berada dalam kualifikasi meningkat. Berdasarkan uraian di atas, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IX-4 SMP 6 Kisaran tahun Pelajaran 2016/2017 ada Peningkatan. SIMPULAN 1. Hasil tes awal diperoleh nilai siswa yang tidak tuntas sebanyak 15 orang dan yang tuntas 21 orang. Berdasarkan nilai ulangan harian itu peneliti melakukan penelitian. Pelaksanaan siklus I berlangsung baik tetapi kurang kondusif. Hasil rata-rata nilai 77.36. dengan ketuntasan belajar mencapai 75% atau sebanyak 27 siswa, dan sisanya sebanyak 9 orang atau 25% tidak tuntas belajar. Dengan demikian, kegiatan pada siklus I perlu diulang agar hasil belajar siswa melalui penerapan model hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. 2. Pelaksanaan siklus II berlangsung baik dan kondusif. Hasil rata-rata nilai 82.63 dengan ketuntasan belajar mencapai 94.44% atau sebanyak 34 siswa, sementara siswa yang tidak tuntas belajar ada 05.56% atau sebanyak 2 siswa. Dengan demikian, kegiatan pada siklus II ini tidak perlu diulang karena sudah melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebanyak 85% siswa mendapat nilai lebih dari 75. 3. Dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E untuk Peningkatkan Kemampuan memahami unsurunsur tabung, kerucut dan bola pada siswa kelas IX-4 SMP Negeri 6 Kisaran Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat ditingkatkan. 127
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, A. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Baharuddin & Wahyuni, N. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Hamzah, A. 2014. Evaluasi Pembelajaran matematika, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Haryono, D. 2014. Filsafat Matematika, Bandung: Alfabeta. Lie, A. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito. Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 128