BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kadar CO 2 di atmosfir yang tidak terkendali jumlahnya menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut disebabkan oleh adanya gas rumah kaca yang salah satunya terdiri dari unsur CO 2. Hendriani et al. (2008) menyatakan bahwa terbentuknya CO 2 disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi), kebakaran hutan dan berkurangnya kemampuan alam untuk menyerap CO 2 dari atmosfir oleh tumbuh-tumbuhan melalui proses fotosintesis. Selain penurunan penggunaan bahan bakar fosil dan penurunan kebakaran hutan, peningkatan kualitas ekosistem hutan juga perlu dijaga dengan memperhitungkan kemampuan suatu ekosistem dalam menyerap karbon. Penyerapan karbon terbesar adalah dari ekosistem hutan yang mampu menjaga keseimbangan siklus karbon global. Penyerapan tersebut terjadi dalam proses fotosintesis yang melibatkan unsur CO2 dari atmosfer menjadi bahan makanan untuk tumbuhan dan disimpan dalam bentuk biomassa. Hal ini akan mengurangi jumlah konsentrasi CO 2 di atmosfer. Peran ekosistem hutan telah mendapat pengakuan dari Kyoto Protokol pada tahun 1997 dan ditindaklanjuti dalam Convention on Parties (COP) 13 yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 7-14 Desember 2007. Dalam COP-13 ini Indonesia bersama dengan Negaranegara yang memiliki hutan tropis menetapkan suatu program yang dapat mengurangi emisi CO 2 di atmosfer yaitu Reduced Emissions from Deforestation and Degradation (REDD) (Elias et al., 2010).
Program REDD, salah satunya menghutankan kembali lahan-lahan yang gundul dan kurang produktif perlu adanya percepatan pembangunan hutan tanaman terutama tanaman Acacia mangium sebagai sumber bahan baku industri pulp. Suhartana dan Yuniawati (2006) menyatakan bahwa penanaman Acacia mangium sangat tepat karena tanaman ini tumbuh baik pada tanah miskin hara, bekas erosi, bekas perladangan dan tanah yang lapisan mineralnya tipis. Keberhasilan program Reduced Emissions from Deforestation and Degradation (REDD) dapat dilihat dari pencapaian besaran karbon yang diserap oleh ekosistem hutan baik dari hutan alam maupun hutan tanaman. Untuk mengetahui pencapaian tersebut dibutuhkan perhitungan cadangan karbon terakumulasi. Menurut Heriansyah et al. (2007) perhitungan ini dapat dilakukan dengan metode Allometrik karena dianggap lebih efektif dalam menduga biomassa pohon. Pengambilan data berdasarkan kelas umur mampu meningkatkan ketelitian dalam hal pendugaan karbon. Kesalahan dalam pengekstrapolasian data ke dalam luasan tertentu terjadi pada proses stratifikasi data yang mengabaikan keseragaman dan penyebaran data (Sutaryo, 2009). Pendugaan stok karbon ini merupakan bagian dari valuasi manfaat lingkungan sebagai pengurang emisi yang memiliki potensi untuk diajukan dalam perdagangan karbon. Dimana hasil pendugaan tersebut digunakan sebagai bahan perhitungan nilai karbon dalam suatu luasan areal (Rahmat, 2010). Ada beberapa penelitian dilakukan perihal penyerapan dan Penyimpanan CO 2, namun semuanya itu merupakan upaya agar berlaku proses ekternalitas dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dengan harapan negara-
negara maju terutama negara industri mampu memberikan uangnya kepada negara-negara yang memiliki hutan sebagai bagian dari konpensasi atas emisi karbon yang dihasilkannya. Dalam hal perdagangan karbon atau dikenal dengan karbon trade diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dari sektor jasa lingkungan selain kayu yang menjadi andalan ekonomi selama ini (CCMP, 2009). Hutan tanaman sebagai salah satu sistem pengelolaan hutan dalam rangka memenuhi kebutuhan akan bahan baku kayu pertukangan dan bahan baku industri pulp. Pemberian izin hutan tanaman oleh pemerintah kepada investor ditujukan kepada lahan-lahan kritis dan berpotensi rendah. Dalam perkembangan isu pemanasan global, hutan menjadi salah satu tempat penyerapan dan penyimpanan CO 2. Dengan perkembangan isu tersebut pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan yang tertuang dalam Perpres No. 71tahun 2011 tentang Penyelengaraan Inventarisasi Gas Rumah kaca Nasional yang dijabarkan pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.20/Menhut-II/2012 tentang Penyelenggaraan Karbon Hutan. Pada Bab III pasal 3 ayat 2 Permenhut: P.20/Menhut-II/2012 menegaskan bahwa penyelenggaraan karbon hutan dapat berupa penyimpanan dan atau penyerapan karbon dioksida yang terdiri dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan hutan dan lahan dan pemanenan hutan yang menerapakan prinsip pengelolaan lestari. Dalam hal ini hutan tanaman industri merupakan bagian dari penyelenggraan karbon. Untuk menilai besaran penyerapan dan penyimpanan karbon tersebut perlu dilakukan penelitian guna kegiatan Demonstration Activities, kegiatan tersebut memerlukan kajian-kajian akademis guna pengembangan metodologis dan kegiatan pengujian. Berdasarkan uraian tersebut
maka diperlukan penelitian mengenai potensi karbon tersimpan HTI Acacia mangium berdasarkan pendekatan biomassa per kelas umur. 1.2. Kerangka Teknis Alur teknis dalam penelitian ini didasarkan pada diagram berikut ini: Pendugaan Biomassa Acacia mangium Berdasarkan Kelas Umur (1 Tahun) Pengambilan Data Kelompok Umur Luas Plot Diameter dan Tinggi Analisa Data Menggunakan Persamaan Alometrik Biomassa per Kelompok Umur Karbon Tersimpan per Kelompok Umur Nilai Jasa Lingkungan dari Karbon Tersimpan Hubungan Biomassa terhadap Kelas Umur Gambar 1.1. Kerangka teknis dalam penelitian Studi kasus pada Hutan Tanaman Industri PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro Provinsi Sumatera Utara 1.3. Batasan Penelitian Berdasarkan literatur dan data yang didapatkan, maka penelitian mengenai kemampuan Hutan Tanaman Industri jenis Acacia mangium di IUPHHK PT. Sumatera Riang Lestari sektor Sei Kebaro Provinsi Sumatera Utara dalam menyerap CO 2 dan menyimpannya dalam bentuk biomassa akan di arahkan
kepada besarnya biomassa pohon dan karbon per kelompok umur yang meliputi : Biomassa dan karbon batang utama, akar, daun, ranting, dan cabang. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan penelitian awal pendugaan penyerapan dan penyimpanan CO 2 dan Stok karbon di Hutan Tanaman Acacia mangium dapat dikaji beberapa masalah : 1. Berapakah jumlah Biomassa dan karbon yang tersimpan dalam Hutan Tanaman Industri Acacia mangium di Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro. 2. Berapakah Nilai Jasa Lingkungan yang dapat diperoleh dari jasa penyerapan dan penyimpanan CO 2 berdasarkan stok karbon Hutan Tanaman Industri Acacia mangium di IUPHHK PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro. 1.5. Hipotesis Pertambahan kelas umur pada hutan tanaman Acacia mangium akan diikuti pertambahan biomassa Acacia mangium dan karbon. 1.6. Tujuan Penelitian Penelitian penyerapan karbon berdasarkan kelas umur di Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri PT. Sumatera Riang Lestari sektor Sei Kebaro Provinsi Sumatera Utara bertujuan untuk mengetahui : 1. Jumlah Biomassa dan karbon tersimpan per kelompok umur. 2. Nilai jasa lingkungan dari penyerapan dan penyimpanan CO 2 di IUPHHK PT. Sumatera Riang Lestari.
1.7. Manfaat Penelitian Hasil penelitian potensi Hutan Tanaman Industri jenis Acacia mangium dalam menyerap dan menyimpan CO 2 berdasarkan pendekatan biomassa per kelas umur di IUPHHK-HTI PT. Sumatera Riang Lestari sektor Sei Kebaro Provinsi Sumatera Utara diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi dan masukan kepada pemegang izin IUPHHK-HTI PT. Sumatera Riang Lestari dan para pihak yang fokus kepada program Reduced Emission from Deforestation and Degradation (REDD). 2. Menambah kasanah ilmu pengetahuan mengenai kemampuan HTI Acacia mangium dalam menyerap dan menyimpan karbon.