KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBAHASAN. I. Definisi

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, gel kadang-kadang disebut jeli, yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.

Sediaan GEL I. DEFINISI

Penggolongan sediaan gel : 1. Berdasarkan sifat fasa koloid :Gel Organik (pembentuk gel berupa polimer) dan Gel Anorganik

GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Prinsip Percobaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

SEDIAAN INJEKSI (PARENTERAL)

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DEFINISI. Kata Rheologi berasal dari bahasa YUNANI. menggambarkan aliran zat cair atau perubahan bentuk (deformasi) zat di bawah tekanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

EMULSI FARMASI. PHARM.DR. JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOSMETOLOGI. = Berasal dari bahasa yunani Cosmein = berias

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI I GEL OLEH :

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI GEL UNDESILENIL FENILALANIN DALAM AKTIFITAS SEBAGAI PENCERAH KULIT KARYA ILMIAH YANG TIDAK DIPUBLIKASIKAN. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

SEDIAAN OBAT MATA PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

FORMULASI DAN EVALUASI GEL EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DENGAN BASIS HPMC

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga

Laporan Praktikum KI3141 Kimia Fisik Percobaan G-3 Tegangan Permukaan Cairan Cara Cincin Du Nouy. : Gayatri Ayu Andari NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan pembentuk gel (Lieberman dkk., 1998). Kombinasi basis karbomer dan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

KONSEP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLISAKARIDA. Shinta Rosalia Dewi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

I. PENDAHULUAN. Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jenis hewan ini tersebar di laut,air tawar,dan daratan yang lembab.

TUGAS INDUSTRI TEACHING

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

FORMULASI GEL HAND SANITIZER DARI KITOSAN DENGAN BASIS NATRIUM KARBOKSIMETIL SELULOSA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

BAB I PENDAHULUAN. fungsional, maupun piranti ke dalam skala nanometer.

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang masalah

a. Pengertian leaching

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

Transkripsi:

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL Nevirka Miararani ( M0614039 ) Nia Novita Sari( M0614040 ) Nugraha Mas ud ( M0614041 ) Nur Diniyah ( M0614042 ) Pratiwi Noor ( M0614043 ) Raissa Kurnia ( M0614044 ) Raka Sukmabayu ( M0614045 ) Ratna Mella ( M0614047 ) Renita Wahyu ( M0614048 ) Rindang Lukmasari ( M0614049 )

DEFINISI GEL Gel merupakan sistem semisolid yg dibuat dari partikel anorganik atau organik yang terdispersi, terpenetrasi oleh suatu cairan. (kandungan air min 50-60%)

KEUNTUNGAN GEL Mudah mengering dan membentuk lapisan film sehingga mudah dicuci. Tidak lengket Mempunyai aliran pseudoplastik tiksotropik (dipengaruhi oleh jenis dan kadar gelling agent) Viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan yang berbeda

KEKURANGAN GEL Harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi. Gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata

SIFAT DAN KARAKTERISTIK GEL Sineresis Swelling Efek suhu Efek elektrolit Elastisitas dan rigiditas Rheologi

PENGGOLONGAN GEL 1. Berdasarkan sifat fasa koloid : Gel anorganik, contoh bentonit magma Gel organik, pembentuk gel berupa polimer 2. Berdasarkan sifat pelarut : Hidrogel (pelarut air) Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik)

PENGGOLONGAN GEL 2. Berdasarkan bentuk struktur gel: Kumparan acak Heliks Batang Bangunan kartu

PENGGOLONGAN GEL 3. Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI IV, ansel): Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah.

KOMPONEN GEL 1. GELLING AGENTS Polimer (gel organik ) : Gum alam (natural gums), Derivat selulosa Polietilen (gelling oil) Koloid padat terdispersi : Mikrokristalin selulosa Surfaktan Gellants lain Polivinil alkohol Clays (gel anorganik)

KOMPONEN GEL 2. Bahan tambahan a. Pengawet Tragakan, Na alginate,pektin, Starch, glyserin b. Penambahan Bahan higroskopis gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 % c. Chelating agent

FORMULA UMUM GEL Formula Umum/standar R/ Zat aktif Basis gel Zat tambahan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi 1. Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi. 2. Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).

3. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi. 4. Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba. 5. Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal.

6. Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol. 7. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas permukaan gel) 8. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak

METODE PEMBUATAN GEL STERIL Metoda sterilisasi : Gel steril digunakan untuk penggunaan mata dan untuk lubrikan alat/kateter yang dimasukkan ke dalam tubuh. Gel disterilkan dengan metoda sterilisasi awal yaitu bahan awal disterilkan masing-masing kemudiaan dibuat secara aseptic. Gel kemudian di masukkan ke dalam wadah yang steril. Metoda sterilisasi wadah Wadah untuk gel sterl adalah tube yang terbuat Dari logam. Tube disterilkan dengan metoda panas kering, yaitu dengan pemanasan 160 C selama 1 jam.

KEGUNAAN GEL Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit dan sediaan perawatan rambut. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril)

MEKANISME PEMBENTUKAN GEL Konsistensi gel disebabkan oleh gelling agent, biasanya polimer dengan membentuk matriks tiga dimensi. Gaya intermolekuler akan mengikat molekul solven pada matriks polimer sehingga mobilitas solven berkurang yang menghasilkan sistem tertentu dengan peningkatan viskositas

Sifat Fisis Gel dan Stabilitas Gel 1. Daya Sebar - Dipengaruhi oleh viskositas sediaan dan suhu tempat aplikasi dan kecepatan evaporasi pelarut serta kecepatan peningkatan viskositas karena evaporasi. - mempengaruhi aksi obat

3. Viskositas Perhatikan viskositas, elastisitas dan reologi Peningkatan viskositas akan menaikkan waktu retensi pada tempat aksi tetapi akan menurunkan daya sebar.

Lanjutan sifat fisis gel.. 4. Gel juga menunjukkan ketidakstabilan gel seperti fenomena sineresis yang diindikasikan dengan tekanan keluar dari cairan interstitial sehingga cairan tersebut terkumpul pada permukaan gel.

Evaluasi gel Evaluasi fisik 1. Penampilan 2. Homogenitas 3. Viskositas/rheologi 4. Distribusi ukuran partikel

TERIMA KASIH