BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang dikenal dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu pendekatan untuk mencegah penyakit melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perubahan perilaku dengan promosi kesehatan memerlukan waktu yang lama tetapi pada akhirnya terjadi perubahan yang menetap dikarenakan individu merasakan sendiri adanya kebutuhan untuk berperilaku sehat (Ermayanti, 2008). Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan, dan dilindungi kesehatannya. Jumlah anak sebesar 30% dari total penduduk Indonesia yakni 73 juta orang, usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sehingga berpotensi menjadi agen perubahan untuk mempromosikan PHBS, di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (Dinkes Sleman, 2009). Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 250.000 sekolah negeri, swasta maupun sekolah agama dari berbagai tingkatan. Jika tiap sekolah memiliki 20 kader kesehatan, maka ada 5 juta kader kesehatan yang dapat membantu terlaksananya dua strategi utama Departemen Kesehatan (Depkes) yaitu: 1
2 menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat serta surveilans, monitoring, dan informasi kesehatan (Dinkes Sleman, 2009). Di Kabupaten Sleman terdapat 381 SD negeri dengan jumlah siswa 65.503 orang dan 117 SD swasta dengan jumlah siswa 21.195 orang. Di Kecamatan Depok terdapat 37 SD negeri dengan jumlah siswa 9.177 orang dan 10 SD swasta dengan jumlah siswa 3.742 orang (Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman, 2010). Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Lebih dari itu, usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit (Depkes, 2007). Beberapa penyakit yang diderita oleh anak SD terkait dengan perilaku antara lain penyakit yang diakibatkan cacing yang berdasar profil Depkes (2005) di Indonesia mencapai 40-60 % kasus, Anemia dari data Yayasan Kusuma Buana (2007) menyatakan 23,2 % kasus di Indonesia serta karies dan periodental sesuai data SKRT (2001) sebesar 74,4 %. Munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak sekolah tersebut, umumnya berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (Dinkes Sleman, 2009). Pemilihan siswa SD sebagai sasaran pemberian materi tentang PHBS karena sebagian besar anak-anak berusia 6-12 tahun berada di lingkungan lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup lama. Dari segi populasi, promosi
3 kesehatan di sekolah dapat menjangkau 2 jenis populasi, yaitu populasi sebagai anak sekolah dan masyarakat umum/keluarga. Promosi kesehatan yang ditujukan pada siswa SD, diharapkan akan membuat mereka mampu menyebarluaskan informasi kesehatan kepada populasi masyarakat umum yang terpapar promosi kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2008). Siswa SD merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan, karena kelompok anak sekolah ini sedang berada dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan. Pada taraf ini anak mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan yang baik, termasuk kebiasaan hidup sehat (Notoatmodjo, 2010). Anak-anak SD mulai dapat memecahkan masalah-masalah konkrit, memecahkan masalah abstrak dengan cara logis, mengembangkan perhatian atas isu sosial dan identitas (Woolfolk et al., 2004). Penelitian Dignan & Carr (1992) menyatakan bahwa penggunaan metode dan media pendidikan harus sesuai dan mudah diterima oleh sasaran. Selain penggunaan metode yang tepat, dalam pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan, berbagai media dapat digunakan untuk menyampaikan pesan tentang PHBS. Penelitian Arini (2006) menyarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan dengan metode penelitian yang berbeda pada siswa SD tentang PHBS secara berkesinambungan dan berkala, sehingga PHBS pada tatanan pendidikan akan tetap terpantau. Penelitian tentang metode promosi kesehatan dan alat peraga yang tepat untuk pemberian promosi kesehatan PHBS pada anak, sehingga menimbulkan kesadaran dan kebiasaan dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
4 Penelitian serupa yang dilaksanakan oleh Yuliana (2009) juga menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan metode penelitian yang berbeda pada siswa SD tentang PHBS secara berkesinambungan sehingga PHBS pada tatanan sekolah akan tetap terpantau. Peneliti juga menyarankan untuk mengadakan penelitian tentang metode dan media yang tepat untuk promosi kesehatan tentang PHBS pada siswa SD sehingga menimbulkan kesadaran dan kebiasaan dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan media berbentuk kartu bergambar yang dibuat semenarik mungkin, sehingga siswa tertarik, merasa senang dan diharapkan dapat mempengaruhi pengetahuan anak. Kartu sebagai media belajar yang di dalamnya terdapat gambar, memberi banyak keuntungan, diantaranya: mudah diterapkan, mudah dipahami, mudah pengawasannya dan mudah penilaiannya (Sadiman et al., 2009). Di beberapa sekolah telah dilakukan penelitian pengembangan yang ditujukan untuk mengembangkan variasi bentuk permainan dan penggunaan kartu sebagai media pembelajaran. Hasil dari produk permainan kartu diharapkan dapat bermanfaat dan digunakan untuk pembelajaran anak. Kuhu (2011) menggunakan kartu bergambar sebagai media promosi kesehatan di sekolah. Hasilnya terdapat peningkatan pengetahuan pada siswa tentang bahaya merokok. Masalah yang dihadapi oleh anak usia sekolah sangat kompleks dan bervariasi. Hasil studi pendahuluan di Dinkes Kabupaten Sleman menyebutkan bahwa pada anak usia SD/MI yang berada di Kecamatan Depok, meliputi wilayah
5 cakupan Puskesmas Depok 1, Puskesmas Depok 2, dan Puskesmas Depok 3 mengalami masalah kesehatan yang berkaitan dengan PHBS dari 8 indikator yang telah ditetapkan oleh Depkes tahun 2008. Dinkes (2009) menyebutkan bahwa keberhasilan PHBS dapat dilihat berdasarkan kartu indikator yang dibagi menjadi 4 warna: merah dengan skor 0-2 (kurang), kuning dengan skor 3-4 (sedang), hijau dengan skor 5-6 (baik), putih dengan skor 5-6 (baik), dan biru dengan skor 7-8 (amat baik) (Dinkes Sleman, 2009). Masalah PHBS pada institusi pendidikan di wilayah cakupan Puskesmas Depok 1 terdapat sebanyak 92, 86 % masuk ke dalam klasifikasi 3 (skor 5-6), Puskesmas Depok 2 terdapat sebanyak 26, 3% masuk ke dalam klasifikasi 3 (skor 5-6), dan di Puskesmas Depok 3 sebanyak 0 % yang masuk ke dalam klasifikasi 3 (skor 5-6) (Dinkes Sleman, 2011). Studi pendahuluan juga dilakukan di 4 SD/MI di Kecamatan Depok, yaitu: MI Wahid Hasyim, MI Al Huda, SDN Gejayan, dan SDN Ngringin yang berupa observasi lingkungan sekolah dan wawancara masyarakat lingkungan sekolah. Data didapatkan bahwa PHBS di tempat tersebut rendah karena kurangnya promosi kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti Puskesmas. Selain kurangnya promosi kesehatan, kurangnya pertisipasi guru juga berkontribusi antara lain kurangnya pemberian pengarahan dalam hal kesehatan kepada siswa sehingga fasilitas yang telah disediakan oleh pihak sekolah cenderung kurang dimanfaatkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti termotivasi untuk turut serta meningkatkan PHBS khususnya di lingkungan sekolah dengan melakukan penelitian tentang efektivitas media promosi kartu kwartet dengan slide terhadap
6 pengetahuan dan sikap siswa SD tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Kecamatan Depok, Sleman. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Apakah media kartu kwartet lebih efektif dibanding media slide terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Kecamatan Depok Sleman? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Tujuan umum : Untuk mengetahui efektivitas media promosi kesehatan kartu kwartet dengan slide terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD tentang PHBS di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. 2. Tujuan khusus : a. Mengetahui efektivitas promosi kesehatan menggunakan kartu kwartet untuk pengenalan PHBS pada siswa sekolah dasar. b. Mengetahui efektivitas promosi kesehatan menggunakan slide untuk pengenalan PHBS pada siswa sekolah dasar. c. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang 7 indikator PHBS.
7 d. Mengetahui sikap siswa tentang 7 indikator PHBS. D. Manfaat Penelitian 1. Institusi pendidikan dan kesehatan di kecamatan depok kabupaten sleman a. Mengetahui efektivitas media promosi kesehatan menggunakan kartu kwartet dengan slide untuk pengenalan PHBS siswa SD di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. b. Bahan masukan untuk institusi agar dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa tentang PHBS. 2. Profesi keperawatan Bahan masukan bagi organisasi profesi agar menggunakan media yang tepat untuk melakukan tindakan promotif dan preventif dengan konsep keperawatan komunitas pada kelompok khusus di sekolah. 3. Institusi pendidikan Bahan masukan pada program penelitian dan pengembangan, khususnya tindakan peningkatan pengetahuan dan sikap tentang PHBS di lingkungan sekolah. 4. Peneliti Menambah wawasan peneliti tentang efektivitas promosi kesehatan menggunakan kartu kwartet dengan slide terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD tentang PHBS sehingga dapat dijadikan pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan komunitas dalam hal pengenalan PHBS.
8 E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengaruh media pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD tentang PHBS di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian yang terkait yang pernah dilakukan, yaitu: 1. Arini (2005), Pengaruh Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Siswa SD di Wilayah Kerja Puskesmas Piyungan Bantul Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen rancangan non equivalent control group design with pretest and posttest dengan instrumen berupa kuosioner dan check listobservasi. Sampel yang diambil adalah siswa kelas IV, V, dan VI SD di Wilayah Kerja Puskesmas Piyungan Bantul. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa promosi kesehatan PHBS dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku anak dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. 2. Yuliana (2009), Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih sehat terhadap Perilaku dan Keadaan Fisik Kulit Siswa SD Jejeran Pleret Bantul. Penelitian ini menggunakan metode true experimental dengan rancangan pretest and posttest with control group design dengan instrument berupa kuosioner perilaku hidup bersih sehat siswa dan lembar observasi keadaan fisik kulit siswa. Subjek penelitian sebanyak 116 siswa SD jejeran yang ditentukan dengan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest-posttest perilaku hidup
9 bersih pada kelompok perlakuan dibanding kelompok kontrol yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest-posttest keadaan fisik kulit siswa pada kelompok perlakuan dibanding kelompok kontrol. 3. Kuhu (2011), Pengaruh Penggunaan Kartu Bergambar sebagai Media Promosi Kesehatan di Sekolah terhadap Peningkatan Pengetahuan Bahaya Merokok pada Siswa Sekolah Dasar Karangmangu Kabupaten Banyumas. Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan variasi media promosi dengan penggunaan kartu sebagai media pembelajaran. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya memiliki persamaan topik dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu tentang pendidikan kesehatan, media pendidikan berupa permainan kartu, dan perilaku hidup bersih dan sehat. Metode penelitian yang digunakan ada yang sama dan ada yang berbeda. Perbedaan terletak pada subjek penelitian, variabel penelitian, instrumen yang digunakan, serta tempat pengambilan data. Penelitian ini merupakan modifikasi dari beberapa penelitian sebelumnya dimana lebih menitikberatkan pada media promosi kesehatan yang digunakan untuk melihat tingkat pengetahuan dan sikap tentang PHBS di tatanan pendidikan khususnya SD.