BAB I PENDAHULUAN. tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan. 1 Anak adalah amanah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

I. PENDAHULUAN. dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda, sudah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pidana penjara atau pemasyarakatan merupakan salah satu bagian dari

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Perhatian terhadap diri dan hakikat anak sudah dimulai pada akhir abad ke- 19, dimana anak

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan yanag dapat dipidana, orang yang dapat dipidana, dan pidana. Istilah tindak pidana di

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai tanggung jawab. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergeseran paradigma dalam hukum pidana, mulai dari aliran klasik,

BAB I PENDAHULUAN. maupun dewasa bahkan orangtua sekalipun masih memandang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keluarga, suku dan masyarakat. untuk menjunjung tinggi norma-norma kehidupan mencapai masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset dan sebagai bagian dari generasi bangsa. Anak

BAB I PENDAHULUAN. martabat serta hak-hak asasi yang harus dijunjung tinggi. 1 Hak-hak asasi yang

BAB I PENDAHULUAN. bisa terjadi pada anak dimana apabila anak terkena pidana. Adapun pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kasus bullying (tindak kekerasan) di sekolah-sekolah

I. PENDAHULUAN. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ke arah yang lebih baik yaitu arah yang menunjukkan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus suatu bangsa. Baik ataupun buruknya masa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemidanaan di Indonesia secara berangsur mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB I PENDAHULUAN. dan perhatian, sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak. Penangannanya melalui kepolisian kejaksaan Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang belum tercukupi kebutuhan hidupnya. Hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. secara utuh dilindungi hak asasinya termasuk yang masih dalam kandungan. Setiap anak

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif bagi pihak-pihak tertentu. adalah Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial (YLPS) Humana Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda *

I. PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

kehidupan bangsa sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum pada alinea IV

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang pada saatnya nanti akan menjadi tumpuan bangsa dan Negara, oleh karena itu anak perlu dilindungi hak-haknya dari hal-hal yang membuat kehidupan anak menjadi tidak nyaman lagi. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan. 1 Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. 2 Upaya perlindungan anak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam 1 Dalam Penjelasan Umum dari Undang-Undang Nomor.23 Tahun 2002 Pasal 1 ayat (1), MG. Endang Sumiarni, 2003, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Hukum Pidana,ANDI Offset, Yogyakarta, hlm. 696. 2 Ibid, hlm. 722.

2 kandungan sampai anak berumur 18 (delapan belas) tahun. Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif, undangundang ini meletakan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas sebagai berikut: 1. Nondiskriminasi; 2. Kepentingan yang terbaik bagi anak; 3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan 4. Penghargaan terhadap pendapat anak. 3 Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, perlu peran masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisai sosial, dunia usaha, media massa, atau lembaga pendidikan. 4 Dalam berbagai hal upaya pembinaan dan perlindungan tersebut, dihadapkan pada permasalahan dan tantangan dalam masyarakat dan kadangkadang dijumpai penyimpangan perilaku dikalangan anak, bahkan lebih dari ini terdapat anak yang melakukan perbuatan melanggar hukum, tanpa mengenal status sosial dan ekonomi. Di samping itu, terdapat pula anak, yang karena satu dan hal lain tidak mempunyai kesempatan memperoleh perhatian baik secara fisik, mental, maupun sosial. Keadaan diri anak yang tidak memadai tersebut, maka baik sengaja maupun tidak sengaja sering juga anak melakukan tindakan atau berperilaku yang dapat merugikan dirinya dan atau masyarakat. 5 3 Ibid, hlm.723. 4 Ibid. 5 Dalam Penjelasan Umum dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997, Ibid, hlm. 466.

3 Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya dampak negatif dan perkembangan pembangunan yang cepat, artis globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetauhan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua, telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Selain itu, anak yang kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan, bimbingan dan pembinaan dalam pengembangan sikap, perilaku, penyesuaian diri, serta pengawasan dari orang tua, wali, atau orang tua asuh akan mudah terseret dalam arus pergaulan masyarakat dan lingkungnya yang kurang sehat dan merugikan perkembangan pribadinya. 6 Dalam menghadapi dan menanggulangi berbagai perbuatan dan tingkah laku Anak Nakal, perlu dipertimbangkan kedudukan anak dengan segala ciri dan sifatnya yang khas.walaupun anak telah dapat menentukan sendiri langkah perbuatannya berdasarkan pikiran, perasaan, dan kehendaknya, tetapi keadaan sekitarnya dapat mempengaruhi perilakunya.oleh karena itu, dalam menghadapi masalah Anak Nakal, orang tua dan masyarakat sekelilingnya seharusnya lebih bertanggung jawab terhadap pembinaan, pendidikan, dan pengembangan perilaku anak tersebut. 7 Hubungan antara orang tua dan anaknya merupakan suatu hubungan yang hakiki, baik hubungan psikologis maupun mental spiritualnya. Mengingat ciri dan sifat anak yang khas tersebut, maka dalam menjatuhkan pidana atau tindakan 6 Ibid. 7 Ibid, hlm. 467.

4 terhadap Anak Nakal diusahakan agar anak dimaksud jangan dipisahkan dari orang tuanya apabila karena hubungan antara orang tua dan anak kurang baik, atau karena sifat perbuatannya sangat merugikan masyarakat, sehingga perlu memisahkan anak dari orang tuanya, hendaklah tetap dipertimbangkan bahwa pemisahan tersebut semata-mata demi pertumbuhan dan perkembangan anak secara sehat dan wajar. 8 Demi pertumbuhan dan perkembangan mental anak, perlu ditentukan pembedaan perlakuan di dalam hukum acara dan ancaman pidananya. Dalam hubungan ini pengaturan pengecualian dan ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang Nomor8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang lama pelaksanaan penahanannya ditentukan sesuai dengan kepentingan anak dan pembedaan ancaman pidana bagi anak yang ditentukan oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang penjatuhan pidananya ditentukan ½ (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana yang dilakukan oleh orang dewasa, sedangkan penjatuhan pidana mati dan pidana penjara seumur hidup tidak diberlakuka terhadap anak. 9 Khusus mengenai sanksi terhadap anak dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak ditentukan berdasarkan perbedaan umur anak, yaitu bagi anak yang masih 8 (delapan) sampai 12 (dua belas) tahun hanya dikenakan tindakan, seperti dikembalikan kepada orang tuanya, ditempatkan pada organisasi sosial, atau diserahkan kepada Negara, sedangkan terhadap anak yang telah mencapai umur diatas 12 (dua belas) sampai 18 (delapan belas) tahun 8 Ibid. 9 Ibid.

5 dijatuhkan pidana. Pembedaan perlakuan tersebut didasarkan atas pertumbuhan perkembangan fisik, mental, dan sosial anak. 10 Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran baru mengenai fungsi pemidanaan yang tidak lagi sekedar penjeraan tetapi juga merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial Warga Binaan Pemasyarakatan telah melahirkan suatu sistem pembinaan yang sejak lebih dari tiga puluh tahun yang lalu dikenal dan dinamakan sistem pemasyarakatan. Sistem Pemasyarakatan merupakan satu rangkain kesatuan penegakan hukum pidana, oleh karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari pengembangan konsepsi umum mengenai pemidanaan. 11 Pemidanaan adalah upaya untuk menyadarkan Narapidana atau Anak Pidana agar menyesali perbuatannya, dan mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan keagamaan, sehinggan tercapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib, dan damai. 12 Lembaga Pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan asas pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan tersebut diatas melalui pendidikan, rehabilitasi, dan reintegrasi.sejalan dengan peran Lembaga Pemasyarakatan tersebut, maka tepatlah apabila Petugas Pemasyarakatan yang melaksanakan tugas pembinaan dan pengamanan Warga Binaan Pemasyarakatan dalam Undang-Undang ini ditetapkan sebagai Pejabat Fungsional Penegak Hukum. 13 Sistem Pemasyarakatan disamping bertujuan untuk mengembalikan 10 Ibid. 11 Dalam Penjelasan Umum dari Undang-Undang Nomor12 Tahun 1995, Ibid, hlm. 429. 12 Ibid, hlm. 430 13 Ibid.

6 Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai warga yang baik juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, serta merupakan penerapan dan bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. 14 Undang-Undang Dasar1945 Pasal 28 B ayat (2) yang menyebutkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental right and freedom of children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak.jadi masalah perlindungan hukum bagi anak mencakup lingkup yang sangat luas. 15 Lingkup perlindungan hukum bagi anak-anak mencakup: (1) Perlindungan terhadap kebebasan; (2) Perlindungan terhadap hak asasi anak; dan (3) Perlindungan hukum terhadap semua kepentingan anak yang berkaitan dengan kesejahteraan. Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia juga mengatur perlindungan hukum terhadap anak, yaitu : Pasal 58 tentang perlindungan hukum terhadap anak dari segala bentuk kekerasan, pelecehan seksual, perlakuan buruk, pembunuhan dari mereka yang bertanggungjawab mengasuh, maka kepada mereka itu dikenakan pemberatan hukum. Pasal 63 tentang hak anak untuk tidak dilibatkan dalam setiap peristiwa yang mengandung kekerasan.pasal 65 tentang hak anak memperoleh perlindungan 14 Ibid. 15 Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijaksanaan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hlm. 153.

7 dari eksploitasi, pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, penggunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Pasal 66 hak anak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, hukuman yang tidak manusiawi, hukuman mati, hukuman seumur hidup, tidak rampas kebebasannya secara melawan hukum dan berhak memperoleh bantuan dengan proses persidangan sesuai dengan Pengadilan Anak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dirumuskan masalah sebagai berikut bagaimanakah rehabilitasi anak di lembaga pemasyarakatanberdasarkan hak-hak anak. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rehabilitasi anak yang di pidana di lembaga pemasyarakatan berdasarkan hak-hak anak. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang hukum pidana tentang Perlindungan Anak. 2. Praktis a. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu penyadaran dan pemahaman bahwa masyarakat memiliki kewajiban dan tanggungjawab dalam penyelenggaraan kegiatan perlindungan anak.

8 b. Bagi orang tua, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan agar orang tua lebih memperhatikan perkembangan anak, kesejahteraan anak, dan dapat melindungi anak berserta hak-haknya, sehingga diharapkan proses tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan baik. E. Keaslian Penelitian Tulisan yang berjudul Rehabilitasi Anak Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sleman Berdasarkan Hak-Hak Anak merupakan hasil karya asli dari penulis dan bukan merupakan plagiasi atau duplikasi dari hasil karya penulis lain. Letak kekhususan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan rehabilitasi anak di Lembaga Pemasyarakatandi Sleman dan alasan anak dipidana di lembaga pemasyarakatan. Adapun perbedaan dengan hasil karya peneliti lain adalah : 1. Amalia Irfani, 030508411, Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Tahun 2009, judul Upaya Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIA Kutoarjo Dalam Melaksanakan Hak Pendidikan Dan Pengajaran Bagi Didik Pemasyarakatan. Letak kekhususannya yaitu untuk mengetahui pelaksanaan hak pendidikan dan pengajaran bagi anak didik pemasyarakatan. Hasil dari penelitian ini adalah metode pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo menggunakan sistem pemasyarakatan yang ada pada dasarnya memakai pola perlakuan reintegrasi yang bertujuan memulihkan

9 kembali hubungan hidup dan penghidupan Anak Didik Pemasyarakatan dalam kapasitas sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial dengan cara memberikan pembinaan dan pembimbingan terhadap Anak Didik Pemasyarakatan baik kepribadian maupun pendidikan agar kelak diharapkan dapat kembali ke orang tuanya dan masyarakat melalui Reintregrasi yang baik. Dalam mewujudkan pemenuhan hak pendidikan dan pengajaran bagi para anak didik pemasyarakatan, Lapas Anak Kutoarjo berkoordinasi dengan terkait lainnya yaitu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas Sanggar Kegiatan Belajar (UPTD-SKB). Dengan UPTD-SKB, Lapas Anak Kutoarjo menyelenggarakan program Kelompok Belajar (Kejar) Paket A, B, dan C dengan didukung dengan tenaga pengajar sebanyak sebanyak 12 orang. 2. Agustina Mia Putri, 040508576, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Tahun 2009, judul Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Anak Pada Rumah Tahanan Kelas IIA Yogyakarta. Letak kekhususannya untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan bagi narapidana anak yang menjalani masa hukumannya pada Rumah Tahanan Kelas IIA Yogyakarta dan mengetahui kendala apa yang dialami dalam pelaksanaan pembinaan bagi narapidana anak yang menjalani masa hukumannya pada Rumah Tahanan Kelas IIA Yogyakarta. Hasil penelitian adalah pelaksanaan pembinaan bagi narapidana anak pada

10 rumah tahanan kelas IIA Yogyakarta belum terlaksana secara maksimal sesuai dengan aturan-aturan yang di atur atau ditulis dalam Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Undang- Undang Nomor. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, karena sebenarnya rumah tahanan bukanla tempat untuk pembinaan bagi narapidana anak. Kendala-kendala yang dialami oleh petugas-petugas rumah tahanan kelas IIA Yogyakarta dalam melaksanakan pembinaan narapidana anak, sehinggan belum terlaksana secara maksimal adalah:kurang adanya tanggapan dan bantuan dari Departemen Agama, susahnya mencari Dai atau penceramah serta imam untuk melaksanakan sholat jumat dan pendeta atau pastur untuk ibadah di gereja dalam rumah tahanan kelas IIA Yogyakarta, dan waktu yang sangat sempit atau sedikit karena vonis yang dijatuhkan tidak lama. 3. Theresia Yudhi Kartika Sari, 030508224, Fakultas Hukum, Tahun 2007, Instansi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, judul Pelaksanaan Rehabilitasi Anak Nakal Demi Kepentingan Yang Terbaik Bagi Anak. Letak kekhususannya yaitu untuk mengetahui pelaksanaan rehabilitasi anak nakal dipanti demi kepentingan yang terbaik bagi anak. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa pelaksanaan rehabilitasi anak nakal demi kepentingan yang terbaik bagi anak antara Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang ada beberapa hak anak yang diberikan antara lain dibidang kesejahteraan jasmani dan rohani, dibidang pengajaran

11 ketrampilan, bidang sosialisasi dengan sesama dan orang tua atau keluarga, bidang pencatatan dan pemantauan perkembangan anak. Ada pula hak anak yang tidak diberikan oleh Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang yaitu hak anak untuk menerima pendidikan umum. Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo ada beberapa hak anak telah diberikan antara lain dibidang kesejahteraan rohani, bidang pendidikan dan pengajaran. Hak-hak yang belum diberikan antara lain dibidang kesejahteraan jasmani, bidang sosialisasi dengan sesama dan orang tua atau keluarga. F. Batasan Konsep Dalam penulisan hukum ini, batasan konsep sangat diperlukan untuk memberikan batasan dari berbagai pendapat yang ada mengenai Rehabilitasi Anak Di Lembaga Pemasyarakatan Berdasarkan Hak-Hak Anak : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan, keadaan, nama baik dalam keadaan semula pada individu supaya menjadi manusia berguna dan memiliki tempat dalam masyarakat. Rehabilitasi dalam hal ini memiliki tujuan keadilan menjaga agar mereka yang lemah haknya dilindungi dan terjamin. 16 2. Anak menurut Penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak menurut 16 Pusat Bahasa DEPDIKNAS, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 940.

12 Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak Pasal 1, yang di maksud dengan anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. 3. Lembaga Pemasyarakatan menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 angka 1 adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan system, kelembagaan, dan cara pembinaan merupakan bagian akhir dalam tata peradilan pidana. 17 4. Hak-Hak Anak menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dalam Pasal 17 ayat (1) setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk : a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa. b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku. c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum. 17 Togat, 2001, Pidana Kerja Sosial Dalam Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Djambatan, Jakarta, hlm. 80.

13 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dipergunakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang berfokus pada norma hukum positif dan dilakukan dengan cara mempelajari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan rehabilitasi anak di lembaga pemasyarakatanberdasarkan hak-hak anak. Penelitian ini memerlukan data sekunder (bahan hukum) sebagai data utama.dalam penelitian ini dilakukan abstraksi untuk mengetahui rehabilitasi anak di lembaga pemasyarakatan. 2. Sumber data Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatifdata sekunder / bahan hukum sebagai data utama yang terdiri dari : a. Bahan Hukum Primer 1)Norma hukum positif Indonesia a) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemenbab IX 28b tentang perlindungan terhadap hak-hak anak dalam kelangsungan hidupnya. b) Undang-Undang 1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,Pasal 1 ayat (1), 17 ayat (1).

14 2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 bab X, Pasal 47 ayat (1). 3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan, Pasal 1 angka 1, angka 3. c) Keputusan Presiden Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1990 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of The Child 1989, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 57 tentang Hak-Hak Anak. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah beberapa pendapat hukum yang diperoleh dari buku-buku, dan website yang berhubungan dengan permasalahan mengenai Rehabilitasi Anak di Lembaga Pemasyarakatan Berdasarkan Hak-Hak Anak. c. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. 3. Narasumber Pada penelitian hukum ini, peneliti mengadakan wawancara dengan narasumber untuk memberikan pendapat hukum yang berkaitan

15 dengan permasalahan rehabilitasi anak di lembaga pemasyarakatan berdasarkan hak-hak anak.narasumber dari penelitian ini adalah:kepala Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Slemanmasih melakukan rehabilitasi terhadap warga binaan anak. 4. Analisis Langkah-langkah melakukan analisis yang bersumber dari data sekunder yang meliputi : a. Bahan hukum primer yang berupa norma hukum positif berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu: Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemenbab IX 28 b tentang perlindungan terhadap hak-hak anak dalam kelangsungan hidupnya. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Pasal 1 ayat (1), 17 ayat (1), Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 bab X, Pasal 47 ayat (1), Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan, Pasal 1 angka 1, angka 3, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1990 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of The Child 1989, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 57 tentang Hak-Hak Anak.Deskripsi dilakukan terhadap undang-undang tersebut diatasyang berkaitan dengan Rehabilitasi Anak di Lembaga Pemasyarakatan

16 Berdasarkan Hak-Hak Anak denganprinsip penalaran eksklusi yaitu tiap sistem hukum diidentifikasikan oleh sejumlah peraturan perundang-undangan yang satu dengan yang lain tidak terdapat antinomi. Dalam Penelitian ini dilakukan interpretasi hukum sebagai berikut: 1). Interpretasi Gramatikal, yaitu mengartikan suatu terminologi hukum atau suatu bagian kalimat menurut bahasa sehari-hari atau bahasa hukum melalui buku-buku. 2). Interpretasi Sistematis, yaitu dengan titik tolak dari sistem aturan mengartikan suatu ketentuan hukum yang bertitik tolak pada peraturan perundang-undangan secara vertikal dan horizantal. 3). Interpretasi Teologis, yaitu setiap interpretasi pada dasarnya adalah teologis, bertitik tolak pada tujuan diundangkannya suatu norma. Dalam penelitian ini dilakukan penilaian antara peraturan perundangundangan tentang perlindungan anak dan kontribusi yang bermanfaat bagi peningkatan Rehabilitasi Anak di Lembaga PemasyarakatanBerdasarkan Hak-Hak Anak. b. Penelitian ini menggunakan penalaran hukum secara deduktif, yaitu berawal dari proposisi-proposisi umum yang kebenaranya telah diketahui/diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan(pengetahuan baru) yang bersifat khusus. Dalam hal ini, proposisi umum berupa norma hukum positif tentang perlindungan anak yang mengatur

17 tentang hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan hak-hak anak yang diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan dan alasan anak di pidana di Lembaga Pemasyarakatan dewasa. H. Sistematika Penulisan Penulisan hukum ini ditulis berdasarkan sistematika penulisan hukum.hal ini dilakukan untuk menunjukkan keterkaitan dengan judul serta menghubungkan antara BAB satu dengan BAB lainnya. 1. BAB I : PENDAHULUAN BAB I dalam penulisan hukum ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian, sistematika yang akan dilakukan dalam penulisan hukum tersebut. 2. BAB II : PEMBAHASAN BAB II berisi tentang : A. Tinjauan umum tentang Rehabilitasi Anakyang meliputi : pengertian rehabilitasi, pengertian anak. B. Tinjauan umum tentang Lembaga Pemasyarakatan Berdasarkan Hak-Hak Anak yang meliputi : pengertian lembaga pemasyarakatan kelas IIB, pengertian hak-hak anak. C. Hasil penelitian tentang Rehabilitasi Anak di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sleman. 3. BAB III : PENUTUP BAB III dalam penulisan hukum ini berisi mengenai kesimpulan

18 dari apa yang telah diteliti dan ditulis berkaitan dengan rehabilitasi anak di lembaga pemasyarakatan Sleman berdasarkan hak-hak anak. Selain itu juga berisi tentang saran dari penulis mengenai tindak lanjut yang harus dilakukan yang berhubungan dengan judul penulisan hukum yang diangkat.