BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TEORI DASAR RADIOTERAPI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dan dikendalikan. Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit

ESTIMASI NILAI CTDI DAN DOSIS EFEKTIF PASIEN BAGIAN HEAD, THORAX DAN ABDOMEN HASIL PEMERIKSAAN CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT)

Bab 2. Nilai Batas Dosis

LATAR BELAKANG Latar Belakang Kegiatan Litbangyasa

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN TINGKAT PANDUAN PAPARAN MEDIK ATAU DIAGNOSTIC REFERENCE LEVEL (DRL) NASIONAL

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

Pengukuran Dosis Organ Sensitif Pada Pemeriksaan Computed Tomography (CT) Abdomen Menggunakan Fantom Rando

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

PENDAHULUAN TEOR I MA ELL Int i t eori eori Max Max ell el l m engenai engenai gel gel bang bang ekt romagnet rom i adal adal

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Radiasi Hambur Pada Pemeriksaan Radiografi Thorax AP Di Unit ICU Rumah Sakit X Tahun 2012

SUB POKOK BAHASAN. I. Dosis Radiasi & Satuan Pengukur. Dosis Radiasi

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara sinar X dengan sel akan terjadi

Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015

MAKALAH PROTEKSI RADIASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

FISIKA ATOM & RADIASI

Pengukuran Dosis Radiasi dan Estimasi Efek Biologis yang Diterima Pasien Radiografi Gigi Anak Menggunakan TLD-100 pada Titik Pengukuran Mata dan Timus

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

BUKU PINTAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERAN FISIKAWAN MEDIS DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DI BIDANG KESEHATAN: RADIOTERAPI, RADIODIAGNOSTIK, KEDOKTERAN NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja dan penduduk Indonesia secara umum akan bertambah baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

Spektrum Gelombang Elektromagnetik

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

X. ADMILNISTRASI. 1. Konsep satuan-satuan radiasi. Besaran-besaran radiologis yang banyak digunakan dalam proteksi radiasi adalah :

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

Dasar Proteksi Radiasi

PERTEMUAN KE 1 (50 MENIT)

BAB I PENDAHULUAN. (target 20 Ne alami + 19 F alami untuk pengemban/carrier). 18 F kemudian disintesis menjadi

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1

ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan modalitas untuk keperluan

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

I PENDAHULUAN. menerapkan gelombang elektromagnetik, yang bertujuan untuk mengurangi

EFEK STOKASTIK RADIASI SINAR-X DENTAL PADA IBU HAMIL DAN JANIN

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education

ANALISIS LINEARITAS KELUARAN RADIASI PADA X-RAY MOBILE DENGAN MENGGUNAKAN PIRANHA

PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI FOTO THORAX PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT PARU JEMBER

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. yang menggunakan sinar-x dengan melakukan suntikan bahan

Kurikulum 2013 Kelas 12 Fisika

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. Radiasi terdiri dari beberapa jenis, ditinjau dari massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa. Radiasi ini terdiri dari gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar-x, sinar gamma dan sinar kosmik. Radiasi partikel adalah radiasi berupa partikel yang memiliki massa, misalnya partikel beta, alfa dan neutron. Jika ditinjau dari muatan listriknya, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi non pengion dan radiasi pengion. Radiasi non-pengion adalah radiasi yang tidak dapat menimbulkan ionisasi, contohnya gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak dan ultraviolet. Radiasi pengion adalah radiasi yang apabila menabrak sesuatu, akan muncul partikel bermuatan listrik yang disebut ion. Peristiwa terjadinya ion ini disebut ionisasi. Ion ini kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan, termasuk benda hidup. Sinar X termasuk ke dalam radiasi pengion (BATAN, 2005). Energi radiasi pengion yang diterima jaringan/organ dapat mengakibatkan perubahan pada molekul, kerusakan pada elemen selular dan gangguan fungsi atau kematian sel. Kerusakan pada jaringan hidup diakibatkan oleh adanya transfer energi radiasi pengion ke atom dan molekul dalam struktur sel (BATAN, 2011; Allen dan Endom, 2013). 1

2 Computed Tomography (CT) seperti modalitas pencitraan lainnya menggunakan radiasi ionisasi, beberapa tahun terakhir telah mengalami kemajuan tekhnologi pesat, berkembang dari generasi pertama pada awal tahun 1970 sampai generasi ketujuh dengan Multi-dimensional CT (MDCT). Menurut ICRP dibandingkan dengan modalitas pencitraan lainnya yang menggunakan sinar X, dosis radiasi dari CT relative tinggi dan sering mendekati atau melebihi nilai ratarata yang diketahui meningkatkan probabilitas pembentukan keganasan. Suatu review dari kepustakaan, secara global menunjukkan suatu peningkatan cepat frekuensi pada pemeriksaan CT, karenanya terjadi peningkatan dosis radiasi pada populasi, petugas dan pasien. The United Nations Scientific Committee on Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) menyatakan bahwa CT hanya merupakan 5% dari pemeriksaan radiologis, tetapi menyumbang sekitar 34% dari dosis kolektif di United Kingdom, CT berkontribusi pada dosis kolektif efektif dari paparan medis sebesar 40% pada tahun 1999, dibandingkan dengan 20% pada tahun 1990. CT tercatat sekitar 11% pada prosedur medis berbasis sinar X di USA, tetapi menghasilkan lebih dari 67% dosis total berhubungan dengan prosedur pencitraan medis. Lebih dari 600.000 CT scan kepala dan abdominal dilakukan pertahunnya pada anak dibawah 15 tahun, dimana sekitar 500 anak tersebut mungkin akhirnya meninggal karena keganasan yang disebabkan oleh paparan radiasi CT (Aweda et al., 2007). Computed tomography (CT) memainkan peranan penting yang terus meningkat dalam diagnosis berbagai penyakit. Hal ini mengakibatkan menjadikannya sumber mayor paparan radisi terhadap populasi dari diagnostik

3 sinar X (hingga 47%) (Mazrani et al., 2007; Mozumdar, 2003). Meningkatnya penggunaan fasilitas CT meningkatkan dosis radiasi terhadap pegawai dan pasien, keadaan ini memerlukan beberapa usaha terus menerus dalam penurunan dosis. Berbagai metode dan strategi berdasarkan atribut individu pasien dapat dipikirkan untuk tujuan ini. Kegagalan dari usaha penurunan dosis dapat mengakibatkan terbaliknya rasio resiko - manfaat yang berhubungan dengan modalitas pencitraan. Beberapa resiko terkait dengan prosedur CT dapat deterministik dan stokhastik. Optimisasi dosis pasien merupakan satusatunya cara untuk mencegah atau meminimalkan efek-efek tersebut, seraya tetap mencapai kualitas gambar yang memuaskan (Aweda dan Arogundade, 2007). Laporan International Commission on Radiological Commisionon Radiological Protection Special Task Force mengenai paparan radiasi CT menyatakan bahwa dosis radiasi CT relatif tinggi. Dosis radiasi dari CT pada jaringan dapat sering mendekati atau melewati nilai yang diketahui meningkatkan probabilitas keganasan. Brenner et al. (2001) memperhitungkan suatu peningkatan resiko mortalitas keganasan pada anak-anak sebagai akibat paparan radiasi CT (Brenner et al., 2001; Kalra et al., 2004). Berrington de Gonzales et al (2009) meneliti jumlah kasus keganasan dari 72 juta pemeriksaan CT di United States tahun 2007 yang dapat dihubungkan dengan CT scan, diperkirakan 29000 keganasan dapat berhubungan dengan CT scan dimana 14000 akibat dari CT abdomen/pelvis, 4100 akibat dari CT thorax, 4000 akibat dari CT kepala dan selanjutnya 2700 dari CT thoraks angiografi (Berrington de Gonzalez et al., 2007; Iball dan Brettle, 2011). Dosis radiasi yang diterima pasien pada pemeriksaan CT

4 diketahui relatif lebih tinggi dibandingkan pada modalitas pencitraan yang menggunakan radiasi ionisasi lainnya (Ngaile dan Msaki, 2006). CT kepala merupakan salah satu pemeriksaan yang paling sering di minta. Penelitian awal menyimpulkan bahwa CT kepala tercatat sekitar 50% dari semua CT scan dan 25% dari dosis radiasi kolektif dari CT (Williams dan Adams, 2006). Resiko yang berhubungan dengan paparan radiasi dapat dipertimbangkan dengan melihat pada dua kategori utama, yaitu efek deterministik dan efek stokhastik. Resiko deterministik akibat dari kematian sel dan ditandai dalam istilah dosis radiasi pada regio tertentu yang melewati level ambang batas dimana efek ini biasanya terjadi. Resiko utama seseorang yang menjalani suatu pemeriksaan diagnostik sinar X adalah karena efek stokhastik, yang dapat mengakibatkan keganasan dan efek genetik, yang terjadi pada keturunan pasien yang terkena radiasi. Probabilitas efek stokhastik tergantung pada jumlah dosis serap (Kalra et al, 2004). Gonad merupakan salah satu organ radiosensitif. Paparan radiasi harus memegang prinsip ALARA (as low as reasonably achievable). Prinsip ALARA menggambarkan konsep terbaik proteksi radiasi. Beberapa langkah proteksi yang dapat diterapkan ialah yang mudah digunakan, tidak merusak kualitas gambar dan menurunkan paparan sinar X (Hohl et al., 2005; Ngaile et al.,2008). The National Radiological Protection Board (NRPB) menyatakan bahwa proteksi gonad harus dilakukan sedapat mungkin dan idealnya pada semua prosedur radiologi (Sikand et al., 2003). Aplikasi yang berkembang pada CT, sehingga muncul kebutuhan penting dalam reduksi dosis radiasi untuk mencegah terbaliknya rasio resiko-

5 manfaat yang berhubungan dengan modalitas pencitraan (Kalra et al., 2004). Salah satu konsep proteksi radiasi ialah dengan penggunaan shielding (biasanya dengan timbal) terutama organ radiosensitif. Pemakaian shielding dapat mereduksi dosis radiasi pada organ radiosensitif seperti payudara, lensa mata atau gonad (Prasad et al., 2004; European Medical ALARA Network, 2011). Pada standar prosedur operasional proteksi radiasi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta terdapat prosedur proteksi radiasi terhadap pasien yaitu pemakaian APD (alat pelindung diri) pada organ-organ vital pasien bila tidak termasuk dalam area pemeriksaan (Instalasi radiologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2013). Di Rumah sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta tersedia fasilitas pencitraan Multislice Computed Tomography Scan (MSCT) Brilliance 64 slice merk Philips dengan alat proteksi radiasi berupa shielding timbal (bentuk pakaian/ pakaian apron) dengan ketebalan 0,35 mmpb dan 0,50mmPb, namun sampai saat ini belum tersedia data mengenai efektifitas kedua macam shielding tersebut dalam mereduksi dosis radiasi yang diterima gonad pria pada pemeriksaan head MSCT. B. Perumusan Masalah 1. Computed tomography (CT) memainkan peranan penting yang terus meningkat dalam bidang radiodiagnostik. Penggunaan sinar X pada alat tersebut dapat memberikan radiasi primer terhadap organ yang diperiksa dan radiasi hambur terhadap organ disekitarnya yaitu efek deterministik dan efek stokhastik. Head MSCT scan merupakan salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan.

6 2. Gonad merupakan organ radiosensitif, sehingga perlu dilakukan proteksi radiasi untuk meminimalkan efek radiasi. 3. Terdapat dua jenis shielding timbal (bentuk pakaian/pakaian apron) 0,35 mmpb dan 0,50mmPb dimana perlu diketahui efektifitasnya. C. Pertanyaan Penelitian Apakah terdapat perbedaan bermakna dosis radiasi yang diterima gonad pria dengan shielding 0,35 mmpb dibandingkan shielding 0,50 mmpb pada pemeriksaan head MSCT. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dosis radiasi gonad pria dengan shielding 0,35 mmpb dan shielding 0,50 mmpb pada pasien yang menjalani pemeriksaan head MSCT, sehingga dapat diketahui efektifitas shielding tersebut. E. Manfaat Penelitian 1. Dari segi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk penyusunan standar pelayanan medis di Instalasi Radiologi dalam rangka penerapan proteksi radiasi dengan pemanfaatan alat proteksi radiasi yang efektif dan efisien. 2. Dari segi penderita Pengembangan dan peningkatan penerapan proteksi radiasi sehingga dapat meminimalkan dosis radiasi gonad pria pada head MSCT.

7 3. Dari segi pendidikan Merupakan sarana pendidikan terutama untuk melatih cara berfikir dan melakukan penelitian secara baik dan benar, serta menambah wawasan dalam bidang radiodiagnostik, khususnya dalam bidang proteksi radiasi. 4. Dari segi pengembangan penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu dasar untuk melanjutkan penelitian selanjutnya. F. Keaslian Penelitian Dari penelusuran kepustakaan yang dilakukan peneliti, belum ditemukan penelitian yang sama dengan penelitian ini, yaitu perbandingan dosis radiasi gonad pria dengan shielding 0,35 mmpb dan shielding 0,50 mmpb pada pemeriksaan Head MSCT scan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Peneliti menemukan beberapa artikel atau jurnal penelitian yang dapat digunakan sebagai bahan acuan pustaka, diantaranya terlihat pada tabel.

Tabel 1. Data Keaslian Penelitian Peneliti Subyek Topik Hasil Ngaile dan Msaki Prospektif, 491 subyek Kennedy, et al Saini et al Kambuaya, N Prospektif, Alderson anthropomo rphic phantom Prospektif, 40 pasien pria Prospektif, 118 pasien pria Mengetahui dosis organ radiosensitif dari berbagai macam CT scan beberapa rumah sakit di Tanzania Mengetahui apakah shielding berperan dalam mereduksi dosis fetus pada pemeriksaan CT pulmonary angiografi Mengetahui dosis radiasi yang diterima gonad pria dengan dan tanpa shielding pada pemeriksaan radiografi dental Mengetahui perbandingan dosis radiasi yang diterima gonad pria pada pemeriksaan head multislice dan head singleslice computed tomography scan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta - Dosis organ yang bervariasi dan sedikit lebih tinggi dari penelitian-penelitian di negara lain. - Pentingnya penggunaan shielding pada organ radiosensitive. Shielding efektif dalam menurunkan dosis radiasi yang diterima fetus pada pemeriksaan CT pulmonary angiografi. Shielding mampu mereduksi dosis radiasi yang diterima gonad pria hingga 50%. - Terdapat perbedaan bermakna antara dosis radiasi yang diterima gonad pria pada pemeriksaan head MSCT dan head SSCT. - Dosis radiasi yang diterima gonad pria pada pemeriksaan head MSCT lebih tinggi dibandingkan head SSCT. - Berdasarkan perhitungan secara keseluruhan dari dosis radiasi yang diterima gonad pria pada kedua modalitas pencitraan yaitu MSCT dan SSCT maka didapatkan perbandingan dosis radiasi antara kedua alat tersebut sebesar 37%. 8