BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Budaya sendiri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kreatifitas : daya cipta, kemampuan untuk menciptakan. 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga dengan komunitas. Komunitas merupakan sekumpulan individu yang

I. PENDAHULUAN. makhluk individu yaitu makhluk yang hidup untuk dirinya sendiri. Dalam. yang disebut sebagai Sub-budaya atau subkultur.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan strategi yang dimiliki peneliti untuk

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri, manusia itu sendiri yang bertanggung jawab tentang siapa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hasil pembagunan baik fisik maupun mental sosial. tanggungjawab dan bermanfaat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. awalnya adalah melalui gaya busana yang dikenakan oleh mereka. Secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sejumlah kecil kelompok penyalahguna heroin dan kokain. Pada

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas sumber daya manusianya. Untuk meningkatkan kualitas manusianya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN BAHAYA NARKOBA PADA SISWA KELAS VIII-E MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

PERILAKU ANGGOTA KOMUNITAS PUNK DI SURABAYA. ( Studi Deskriptif Pada Komunitas Punk di Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB V PENUTUP 5.1. SIMPULAN. Dari hasil penelitian mengenai dampak-dampak mariyuana bagi mantan

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

PROFIL ANAK PUNK. (Studi Kasus di Pasar Gemolong) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Acara UPACARA BENDERA 17 JUNI 2013 TINGKAT KABUPATEN KULON PROGO Wates, 17 Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akan memberikan rasa dekat dengan Tuhan, rasa bahwa doa-doa yang dipanjatkan

BAB I PENDAHULUAN. berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berpikir dan berperasaan

Kode Etik Mahasiswa STKIP PGRI PACITAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap negara mempunyai kebudayaan yang beragam serta setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Budaya sendiri merupakan suatu kebiasaan yang mengandung nilai nilai penting dan fundamental yang diwariskan dari generasi ke generasi. Warisan tersebut harus dijaga agar tidak luntur atau hilang sehingga dapat dipelajari dan dilestarikan oleh generasi berikutnya. Begitu juga dengan Negara Indonesia yang mempunyai beragam kebudayaan. Kebudayaan pada setiap daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia (http://id.wikipedia.org/). Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat, segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Hal tersebut berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (http://id.wikipedia.org/). Seiring berkembangnya zaman, banyak kebudayaan luar negeri yang masuk di Indonesia. Sehingga banyak bermunculan kelompok sosial baru didalam 1

2 masyarakat. Kelompok sosial tersebut biasanya terbentuk dari beberapa orang yang mempunyai tujuan dan ideologi yang sama. Terdapat sebuah kelompok sosial dengan dandanan yang khas yaitu rambut mowhak, memakai sepatu boot serta memakai celana ketat dan baju yang serba hitam. Dengan dandanan tersebut sering kali berkumpul di perempatan atau pertigaan lampu lalu lintas untuk melakukan kegiatan ngamen. Kelompok sosial seperti disebut dengan komunitas punk (observasi pada tanggal 6 November 2013) Selain itu komunitas punk juga identik dengan kekerasan (anarkis). Dengan gaya hidup yang seperti itu membuat anak punk merasa mendapatkan kebebasan. Adapun orang yang bergaya hidup punk biasanya karena ada suatu gejala perasaan yang tidak puas, sehingga mengubah gaya hidup mereka dengan gabung pada komunitas punk yang semakin banyak dikota kota-kota besar di Indonesia. Di kota-kota besar di indonesia banyak yang mengikuti komunitas punk, mulai dari usia muda hingga yang berusia tua seperti di Kota Malang, Padeglang, Kediri dan dikota-kota lainnya. Bagi masyarakat luas komunitas punk dianggap sebagai perilaku yang menyimpang identik dengan sebuah kekerasan, pengacau, berandal, dan sebagainya. Kekerasan dalam komunitas mereka sendiri tidak jarang terjadi. Perkelahian antar anak Punk atau sekedar saling melakukan tindakan kekerasan ketika mereka berjoget didepan panggung sebuah acara musik punk. Kekerasan saat mereka menikmati musik ini seperti sudah menjadi sebuah ritual dalam komunitas punk. Hal ini dianggap anak punk sebagai ungkapan kebebasan.

3 Dalam komunitas punk suatu kekerasan bukanlah menjadi sesuatu yang anti sosial. Terdapat beberapa fenomena tentang komunitas di indonesia, salah satunya adalah sebagai berikut, Usai penyerangan yang menimpa anggotanya, jajaran Kepolisian Resor Kota Depok gencar melakukan razia preman di sejumlah titik kota tersebut. Hasilnya, selain mengamankan puluhan preman, polisi berhasil menemukan miras dan benda berbahaya yang diduga digunakan untuk melakukan kejahatan, Jumat 22 Maret 2013 (metronewsviva.co.id, 2013). Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Polresta Depok, Ajun Inspektur Satu Bagus Suwardi, mengatakan, operasi ini lebih bertujuan kepada penciptaan kondisi guna mengantispasi adanya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat. Adapun sasarannya ialah premanisme, minuman keras, senjata tajam, dan narkoba. "Untuk saat ini kami berhasil mengamankan sebanyak 75 preman beserta beberapa miras dalam kemasan plastik dan benda berbahaya seperti gesper berkepala gir serta pisau," ujar dia kepada VIVAnews. "Setelah kami amankan di sini, mereka yang rata -rata anak punk itu akan menjalani pembinaan. Operasi ini sengaja kami gelar, karena banyaknya aduan dari masyarakat yang mengaku takut dan was-was terlebih mereka yang menggunakan jasa angkutan umum," katanya (metronewsviva.co.id, 2013). Di lapangan Polres Depok, puluhan anak punk bertato ini kemudian menjalani hukuman yang diberikan petugas. Mereka diminta berdiri tegak sambil menghormati bendera selama setengah jam. Rencananya, usai didata, polisi akan

4 menyerahkan mereka ke dinas terkait untuk penanganan selanjutnya (metronewsviva.co.id, 2013). Penjelasan tersebut memperlihatkan bahwa anak punk hanya melakukan kegiatan negatif, sehingga masyarakat beranggapan bahwa anak punk meresahkan bagi lingkungan sosial. Meskipun terdapat anggapan demikian, diberbagai kota besar seperti di Kota Malang, semakin banyak remaja bahkan anak-anak yang bergabung di komunitas punk. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada subjek 1 diketahui bahwa alasan subjek bergabung ke dalam komunitas punk adalah untuk mencari kebebasan. yaa karena pengen kebebasan dari aturan yang mengekang demi menegakkan keadilan, gak ada aturan ini itu. Kan punk itu sebenarnya mencari kebebasan buat anggota komunitasnya. (wawancara subyek pada tanggal 6 November 2013) Selain itu, terdapat juga penjelasan subjek (anak punk) mengenai fenomena punk saat ini yang didapat dari proses wawancara adalah sebagai berikut menurut pandanganku anak punk sekarang dibandingkan punk yang dulu cuma mengikuti trend, dan lebih kearah premanisme dan meninggalkan budaya punk sesungguhnya. Sehingga masyarakat pun enggan ikut bersama mereka bahkan mereka memperburuk dirinya sendiri. Tapi itu ya gak semua anak punk kayak gitu. (wawancara subyek pada tanggal 6 November 2013) Berdasarkan hasil dari penelitian awal yang dilakukan pada anak punk yang berada di Malang, dapat disimpulkan bahwa fenomena yang terjadi pada

5 komunitas punk sekarang terdapat sebuah perbedaan antara anak punk sekarang dengan anak punk yang dulu. Hal yang membedakan adalah anak punk sekarang lebih menunjukkan kearah premanisme, selain itu hanya mengikuti perkembangan zaman seperti trend berpakaian sehingga anak punk sekarang lebih banyak yang meninggalkan kebudayan punk sesungguhnya. Karena perilaku anak punk sekarang yang lebih mengarah ke premanisme, sehingga menyebabkan masyarakat umum memandang kurang baik kepada anak punk. Meskipun tidak semua anak punk berperilaku demikian, namun tetap saja masyarakat luas melihat dan berpandangan negatif dengan keberadaan anak punk, karena masyarakat berpikiran bahwa antara anak punk satu dengan anak punk yang lain mempunyai sikap dan perilaku sama. Terdapat penelitian terdahulu tentang anak punk yang berjudul Sisi Gelap Kehidupan Punk (Studi Tentang Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) Mahasiswa Punk Universitas Muhammadiyah Malang). Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan selanjutnya dapat disimpulakan bahwa: (1) faktor yang melatarbelakangi Mahasiswa Punk Universitas Muhammadiyah Malang dalam mengkonsumsi NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) adalah antara lain: Akibat dari pengaruh lingkungan sosial dan kurangnya perhataian keluarga khusunya adalah orangtua,selain itu faktor kualitas ke imanan seseorang pun sangat berperan, karena jika seseorang lebih mendekatkan kepada tuhan insyaallah tidak akan terjadi hal-hal yang seperti itu. (2) Cara Mahasiswa Punk Universitas Muhammadiyah Malang dalam mendapatkan barang atau NAPZA (Narkotika,

6 Psikotropika, dan Zat Adiktif) adalah: Caranya adalah asangat beragam dan bisa dikatakan unik, kenapa dikatakan unik karena dalam transksi NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) ini bisanya anatara Bandar (BR) dengan Pasien menggunakan bahasa yang tidak di mengerti oleh orang awam dan biasanya bertransaksi bisa di lakukan di mana saja yang di anggap aman (Toharudin, 2008). Dari fenomena dan penelitian yang ada diatas menunjukkan bahwa anak punk mempunyai sisi kehidupan yang negatif sehingga ada anggapan masyarakat yang kurang baik pada anak punk. Karena kegiatan komunitas punk yang lebih mengarah kedalam hal negatif sehingga bisa disimpulkan bahwa komunitas punk jarang melakukan hal positif yang dapat dikaitkan dengan perilaku kecerdasan spiritual seseorang. Kecerdasan spiritual itu sendiri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dapat menyeimbangkan antara kebutuhan kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan sehari hari, serta mampu mensinergikan IQ, EQ, dan SQ secara komperhensip sehingga perbuatannya semata mata karena Allah (Agustian, 2008; 12-13). Komunitas punk sendiri berawal dari sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika. Komunitas punk di Indonesia sangat diwarnai oleh budaya dari barat atau Amerika dan Eropa. Biasanya perilaku mereka terlihat dari gaya busana yang mereka kenakan seperti sepatu boots, potongan rambut mohawk ala suku Indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, rantai dan spike, jaket

7 kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh ( Sari, Dian Mari, dkk; Tt). Berangkat dari anggapan negatif masyarakat terhadap anak punk serta berdasarkan fenomena dan teori-teori diatas maka peneliti tertarik untuk mengungkap fakta dan realita yang terjadi pada subjek yang akan difokuskan pada bentuk perilaku kecerdasan spiritual anak punk itu sendiri. Dan untuk memperoleh gambaran yang jelas, maka penulis tuangkan dalam rencana penelitian ini dengan judul Kecerdasan Spiritual Anak Punk Di Kabupaten Malang B. Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka fokus masalah yang diajukan adalah bagaimana bentuk perilaku kecerdasan spiritualitas yang dimiliki anak punk di Kabupaten Malang yang? C. Tujuan Masalah Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang bentuk perilaku kecerdasan spiritualitas anak punk di Kabupaten Malang. D. Manfaat penelitian 1. Secara Teoritis Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam kajian bidang sosial. Sebuah teori atau konsep yang dijadikan dasar

8 penelitian berguna untuk membaca fenomena sosial sehingga konsep atau teori ini dapat berfungsi supaya peneliti memahami fenomena yang terjadi di masyarakat. Dalam penelitian ini berguna dan bermanfaat dam bidang keilmuan sosial. Oleh karena itu, semua orang dapat mengetahui bagaimana kecerdasan spiritualitas yang dimiliki oleh anak punk di Kabupaten Malang. 2. Secara praktis Pada penelitian kali ini dimaksudkan agar pembaca dapat mengetahui sejauh mana subjek yang diteliti (anak punk) melakukan kegiatannya sehari-hari di lingkungan sosial serta dapat mengelak pandangan negatif masyarakat selama ini terhadap anak punk yang berada disekitar mereka. Sehingga, dengan adanya penelitian ini, pembaca (masyarakat) lebih mengetahui tentang gaya hidup dan dari sisi kecerdasan spiritualitas yang dimiliki oleh anak punk. E. Keaslian Penelitian Untuk menunjukkan keaslian dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, berikut ini terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kecerdasan spiritual. Penelitian pertama yang berjudul Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Yogyakarta yang dilakukan oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S. Psi, M. Pd. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1) Tingkat kecerdasan spiritual mahasiswa Yogyakarta secara keseluruhan menunjukkan kecenderungan sedang yaitu sebanyak 66% dari responden, untuk kelompok rendah sebanyak 0,8% dan untuk kategori tinggi adalah sebanyak 33,2%. 2)

9 hanya terdapat dua hipotesis yang hasilnya significan diantaranya adalah perbedaan tingkat kecerdasan spiritual dilihat dari dua tipe yaitu perguruan tinggi yang ditempuhnya dan dari agama yang dianut oleh mahasiswa. Selain itu terdapat juga penelitian dengan judul Pentingnya Kecerdasan Spiritual Dalam Menangani Perilaku Menyimpang yang dilakukan oleh Ani Agustiyani Maslahah dengan hasil sebagai berikut dengan pendekatan agama yang berdasarkan Al-Qur`an dan sunah dalam melakukan bimbingan seorang konselor harus memiliki kecerdasan spiritual yang didasari oleh motivasi spiritual. Motivasi spiritual berkaitan dengan kebutuhan manusia secara kejiwaan maupun spiritual, ia tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan manusia secara biologis. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Franciscus Seto Dwi Jayanto dengan judul penelitian Hubungan Kecerdasan Spritual Dengan Motivasi Hidup Pengidap HIV. Pada penelitian yang telah dilakuakan menghasilkan data sebagai berikut adalah adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi hidup pengidap HIV. Dimana semakin tinggi kecerdasan spiritual, maka semakin tinggi pula motivasi hidup para pengidap HIV. Dan sebaliknya, semakin rendah kecerdasan spiritual, maka semakin rendah pula motivasi hidup para pengidap HIV. Berdasarkan penelitiaan yang diatas, perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitia-penelitian lainnya adalah judul penelitian, metode penelitian serta subjek penelitian. Masalah yang diangkat

10 dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk kecerdasan spiritial pada subjek penelitian. Subjek penelitian ini adalah anak punk yang ada di Kabupaten Malang. Setiap subjek penelitian akan mempunyai bentuk kecerdasan spiritual yang berbeda antara subjek satu dan sabjek kedua. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain penelitian fenomenologis. Penggunaan metode tersebut tepat digunakan dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengentahui makna secara psikologis dari pengalaman individu terhadap suatu fenomena dalam konteks kehidupan sehari-hari subjek penelitian. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu akan dijelaskan lebih lanjut pada tabel berikut ini:

11 No. Judul penelitian Tabel 1 Review penelitian terdahulu Tahun Peneliti Subyek Metode Hasil 1 Kecerdasan 2003 Dr. Drs. 241 mahasiswa Pendekatan 1). Tingkat kecerdasan spiritual mahasiswa Spiritual Muhammad perguruan tinggi kuantitatif dengan Yogyakarta secara keseluruhan menunjukkan Mahasiswa Idrus, S. Psi, Yogyakarta pengumpulan data kecenderungan sedang yaitu sebanyak 66% Yogyakarta M. Pd. menggunakan dari responden, untuk kelompok rendah kuisioner sebanyak 0,8% dan untuk kategori tinggi adalah sebanyak 33,2%. 2) hanya terdapat dua hipotesis yang hasilnya significan diantaranya adalah perbedaan tingkat kecerdasan spiritual dilihat dari dua tipe yaitu perguruan tinggi yang ditempuhnya dan dari agama yang dianut oleh mahasiswa. 2 Pentingnya 2012 Ani Agustiyani Siswa MA Pengumpulan dengan pendekatan agama yang berdasarkan Kecerdasan Maslahah Roudlotusysyubban data dengan Al-Qur`an dan sunah dalam melakukan

12 Spiritual Tawangrejo wawancara dan bimbingan seorang konselor harus memiliki Dalam Winong, Pati mengumpulkan kecerdasan spiritual yang didasari oleh Menangani kuisioner motivasi spiritual. Motivasi spiritual berkaitan Perilaku dengan kebutuhan manusia secara kejiwaan Menyimpang maupun spiritual, ia tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan manusia secara biologis. 3. Hubungan 2010 Franciscus Pasien pengidap Metode penelitian adanya hubungan positif yang sangat Kecerdasan Seto Dwi HIV yang berumur kuantitatif, signifikan antara kecerdasan spiritual dengan Spritual Jayanto antara 19-30 tahun, dengan motivasi hidup pengidap HIV. Dimana Dengan yang sedang pengumpulan data semakin tinggi kecerdasan spiritual, maka Motivasi mendapatkan ARV menggunakan semakin tinggi pula motivasi hidup para Hidup di RSU Pusat skala. pengidap HIV. Dan sebaliknya, semakin Pengidap HIV Kariadi, Semarang rendah kecerdasan spiritual, maka semakin rendah pula motivasi hidup para pengidap HIV.

13 F. Sistematika Pembahasan Adapun sistematika dalam penulisan penelitian ini meliputi lima bagian untuk mendapatkan gambaran penelitian secara terperici, yaitu: BAB I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, fokus penelitian, keaslian serta sistematika penelitian. BAB II dalam bab ini terdapat gambaran tentang kajian pustaka yang berisi tentang teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini, antara lain adalah pengertian, karakteristik, fungsi, mengembangkan kecerdasan spiritual, dan kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam serta mengenai komunitas punk. BAB III pada bab ini berisi tentang pemaparan dasar pemikiran pemilihan metode penelitian, batasan masalah, sumber data, metode pengumpulan data (wawancara dan observasi), analisis data serta keabsahan data. BAB IV isi dari bab ini adalah penjelasan pemaparan data dan pembahasan mengenai gambaran umum punk, motif, dan bentuk perilaku kecerdasan spiritual yang dilakukan oleh subjek. BAB V berisi tentang pemaparan kesimpulan hasil dari penelitian dan saransaran peneliti.