3. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN STATUS MUTU AIR

Tabel 1. Perkiraan Masuknya Hydrocarbon Minyak Ke Lingkungan Laut

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-03/MENLH/1/1998 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KAWASAN INDUSTRI

3. METODE PENELITIAN

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 1998 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

Makalah Baku Mutu Lingkungan

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Makalah Pendamping: Kimia Paralel A STATUS MUTU AIR LAUT DI PELABUHAN BENOA BALI PASCA PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN

METODOLOGI PENELITIAN. pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda

VII. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN BAKU MUTU LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 26 TAHUN 2001 TENTANG

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 6 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI RAYON

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 65 TAHUN 1999

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan panas bumi dan Iain-lain. Pertumbuhan industri akan membawa dampak positif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 58 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian ini bertempat di Pelabuhan kota Gorontalo.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH TIMAH

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PETROKIMIA HULU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pengembang, Kontraktor), maka diperoleh rating keseluruhan infrastruktur yang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Kelurahan Moodu, Kelurahan Heledulaa Selatan dan kelurahan Heledulaan Utara.

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

STUDI KINERJA BOEZEM MOROKREMBANGAN PADA PENURUNAN KANDUNGAN NITROGEN ORGANIK DAN PHOSPAT TOTAL PADA MUSIM KEMARAU.

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sewon untuk diolah agar memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sebelum

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

kini dipercaya dapat memberantas berbagai macam penyakit degeneratif.

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup N0. 42 Tahun 1996 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak Dan Gas Serta Panas Bumi

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL LINGKUNGAN HIDUP

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI KAPAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan K

LAPORAN KEGIATAN PENGKAJIAN BAKU MUTU KUALITAS UDARA AMBIEN LAMPIRAN. PP No.41 TAHUN 1999

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MIE INSTAN

Transkripsi:

3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan expost facto yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dinamika hubungan atau korelasi atau pengaruh antara faktor-faktor terukur yaitu jumlah kunjungan kapal di pelabuhan dengan tingkat efek penurunan kualias air laut di perairan pelabuhan dengan faktor pengaruh adalah pemanfaatan fasilitas penampungan limbah di pelabuhan dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data yang telah lampau secara time series. Oleh karena itu, langkah-langkah penelitian yang dilakukan untuk hal ini adalah: a. Mempelajari sumber-sumber data sekunder. b. Mencari nara sumber yang memahami benar terhadap permasalahan, c. Menganalisis beberapa kasus terkait dari sumber media massa atau majalah publik. 3.1. Tempat, Waktu dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Tanjung Priok Jakarta dan waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan. Karena luasnya DLKr Tanjung Priok, serta kompleksnya asal dan jenis bahan pencemar, ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada asal sumber bahan pencemaran dari kegiatan kapal. Selanjutnya pembahasan difokuskan pada penentuan potensi beban limbah minyak kotor dari kapal untuk dapat mengetahui atau mendeskripsikan kaitannya dengan pemanfaatan reception facilities. 3.2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah: a. Seluruh kapal yang melakukan aktivitas bongkar muat di Tanjung Priok untuk mengetahui jumlah dan jenis limbah yang harus diterima reception facilities pelabuhan. b. Limbah yang dihasilkan kapal yang berkunjung di Tanjung Priok. c. Air laut di perairan Tanjung Priok untuk mengukur kualitas air laut di perairan 61

pelabuhan. d. SDM pelabuhan dan pengguna jasa Tanjung Priok. Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi penelitian yang dijadikan unit analisis. Pengambilan sampel kapal dilakukan dengan teknik bertingkat (stratify random sampling) dibedakan atas jenis kapal, untuk dapat menentukan kuantitas dan jenis limbah yang dihasilkan kapal. Sampel limbah diambil dari data pengukuran limbah dari beberapa kapal sesuai jenis kapalnya. Sampel responden dipilih dengan metode teknik bertingkat (stratify random sampling), yaitu berdasarkan tingkat kewenanganmya yang terdiri atas; level pengambil kebijakan atau perencanaan dan level operator atau petugas lapangan. Sampel responden pengelolaan limbah di kapal adalah Nahkoda Kapal atau Kepala Kamar Mesin atau Chief Officer/Mualim. Sampel responden pada pengelolaan limbah di pelabuhan adalah pada Divisi Properti yaitu Asisten Manager Aneka Usaha, Supervisor Reception Facilities dan petuagas/operator Reception Facilities di PT Pelindo II Cabang Tanjung Priok. Sampel air laut diambil dari beberapa titik di Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Tanjung Priok untuk mengetahui kualitas periaran pelabuhan. Titik lokasi yang ditentukan adalah berdasarkan lokasi DLKr Tanjumg Priok. Dalam hal ini, disesuaikan dengan titik lokasi sampel sebagaimana telah dilakukan pihak pelabuhan Tanjung Priok selama ini dalam usaha pemantauan lingkungan perairan, yaitu di 12 (dua belas) titik lokasi DLKr Tanjung Priok Jakarta. 3.3. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel terikat, variabel antara dan variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah kunjungan kapal. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualias air laut di perairan pelabuhan dengan faktor pengaruh atau variabel antara adalah pemanfaatan reception facilities (RF) dalam mengelola limbah minyak dari kapal. 62

Definisi masing-masing variabel adalah: a. Kualitas perairan adalah status mutu perairan dianalisis dengan metode STORET. b. Jumlah kunjungan kapal adalah banyaknya kapal yang berkunjung ke Tanjung Priok, yang dibedakan atas jenis pelayaran kapal luar negeri dan dalam negeri dan jenis kapal. Jumlah kunjungan kapal akan mengindikasikan beban limbah yang masuk pelabuhan. c. Pemanfaatan reception facilities (RF) pelabuhan adalah implementasi pengoperasian reception facilities yang diukur dari sarana-prasarana, operator staf (SDM) dan volume limbah minyak kotor yang ditangani RF. d. Reception Facilities adalah fasilitas penampungan limbah di pelabuhan yang khusus untuk tempat penampungan dan/atau penyimpanan sementara limbah minyak kotor bercampaur air dari kegiatan kapal. 3.4. Pengumpulan Data Penelitian Data penelitian adalah semua data tentang variabel-variabel penelitian yang diambil sesuai dengan karakteristik masing-masing variabel. Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data tersebut adalah: 1) Data tentang jumah/frekuensi kunjungan kapal di Tanjung Priok. Data ini termasuk data sekunder. 2) Data tentang volume dan jenis limbah yang dihasilkan kapal dengan teknik observasi dengan menggunakan lembar observasi (checklist). Data ini termasuk data primer dan sekunder. 3) Data tentang konsentrasi limbah (kualitas air laut) di perairan pelabuhan. Data ini termasuk data sekunder. 5) Data tentang kebijakan pelaksanaan fasilitas penampungan limbah dari kapal di pelabuhan (reception facilities), permasalahan yang ada menurut fakta dan responden tentang peraturan, kelembagaan, sarana, SDM dan volume limbah yang ditangani. Data tersebut diperoleh dengan teknik observasi dan wawancara dengan menggunakan lembar observasi (checklist). Data ini termasuk data primer dan sekunder. 6) Data tentang peraturan pengelolaan limbah di kapal dan pelabuhan (antara lain Marpol 63

73/78 dan PP 51/2002), artikel, buku dan makalah mengenai materi penelitian. Data ini termasuk data sekunder. Tabel 6. Data Penelitian Nama data Jumlah kapal berlabuh dan bongkar muat Limbah yang dihasilkan kapal Konsentrasi limbah di perairan Peraturan-peraturan pengelolaan limbah di pelabuhan Sarana pengelolaan limbah di pelabuhan SDM pengelolaan limbah di pelabuhan Sifat Data Cara Instrumen Fungsi Data Sekunder Observasi Laporan Perkiraan pelabuhan volume limbah kapal Primer & Observasi Checklist, Perhitungan Sekunder laporan kapal Kinerja RF ke RF Sekunder Observasi Laporan pemantauan lingkungan Sekunder Primer & Sekunder Primer& Sekunder Studi literatur Observasi& Wawancara Observasi& Wawancara Marpol, Undang-undan g, Peraturan Pemerintah, artikel, dll. Checklist Checklist Analisis status mutu perairan Analisis kebutuhan RF Analisis kebutuhan RF Analisis kebutuhan RF Sumber Data Literatur 3.5. Pengolahan Data Penelitian Pengolahan data dilakukan dari mulai masuknya data atau informasi pendahuluan pada saat orientasi kegiatan awal penelitian, kemudian dilakukan analisis temuan dan penarikan kesimpulan. Analisis dan pengolahan data yang dilakukan adalah: 3.5.1. Analisis Status Mutu Air Laut Analisis status mutu air laut dilakukan dengan menggunakan Metode STORET sebagai salah satu metode penentuan status mutu air yang umum digunakan sebagaimana direkomendasikan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003. Dengan metode STORET ini dapat diketahui parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku 64

mutu air laut. Secara prinsip metode STORET adalah membandingkan antara data kualitas air laut dengan baku mutu air laut. Dari hasil perbandingan tersebut perairan pelabuhan dapat dikategorikan status mutu airnya. Cara untuk menentukan status mutu air laut adalah dengan menggunakan sistem nilai dari US EPA (Environmental Protection Agency), dengan mengklasifikasikan mutu air ke dalam empat kelas, yaitu : (1) Kelas A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu (2) Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 cemar ringan (3) Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 cemar sedang (4) Kelas D : buruk, skor = -31 cemar berat Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode STORET dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Dilakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air secara periodik sehingga membentuk data dari waktu ke waktu (time series data). b. Data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dibandingkan dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air. c. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran baku mutu) maka diberi skor 0. d. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu), maka diberi skor berdasarkan Tabel 7 berikut. Tabel 7. Penentuan Sistem Nilai Untuk Menentukan Status Mutu Air Jumlah Parameter Uji Nilai Parameter Fisika Kimia Biologi <10 Maksimum -1-2 -3 Minimum -1-2 -3 Rata-Rata -3-6 -9 10 Maksimum -2-4 -6 Minimum -2-4 -6 Rata-Rata -6-12 -18 65

Sumber: KMLH 15/2003 e. Menjumlahkan skor negatif dari seluruh parameter yang dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai. 3.5.2. Beban Pencemaran Limbah Dari Kapal Kuantitas dan jenis limbah dari kapal yang diterima pelabuhan adalah berdasarkan kuantitas dan jenis kapal yang berkunjung ke pelabuhan. Untuk keperluan analisis RF, penghitungan limbah dari kapal hanya difokuskan pada limbah cair, yaitu limbah minyak kotor yang bercampur air dari kegiatan domestik kapal dan operasi kapal. Limbah domestik berupa limbah padat berupa sampah kapal. Kuantitas limbah dari kapal yang diterima pelabuhan diperhitungkan berdasarkan jumlah kapal. Sehingga akan dihasilkan persamaan: V (limbah kapal) = f (V kapal) (1) a. Beban Pencemaran Limbah Padat Dari Kapal Perhitungan Beban Pencemaran Limbah Padat Kapal, adalah banyaknya sampah dari kapal yang tak tertangani pelabuhan. Dihitung dengan pendekatan, volume sampah kapal yang sebenarnya dari seluruh kunjungan kapal dikurangi dengan volume sampah kapal yang ditangani/diambil pelabuhan. b. Beban Pencemaran Limbah Cair Dari Kapal Perhitungan Beban Pencemaran Limbah Cair minyak kotor dari kapal dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan Beban Pencemaran Aktual. Beban pencemaran sebenarnya dihitung dengan cara sebagai berikut: BPA = Q x (CA)j x f (2) Keterangan : BPA = Beban pencemaran sebenarnya, dinyatakan dalam kg parameter per hari (CA)j= Kadar sebenarnya parameter j, dinyatakan dalam mg/l. 66

DA = Debit limbah cair sebenarnya, dinyatakan dalam l/detik f = faktor konversi = 0,086 Atau jika dirumuskan dengan data kunjungan kapal, maka persamaan di atas dapat diturunkan menjadi: BPA (ton/tahun) = (CA)j x (28,01 x kunjungan kapal x 0,086)... (3) 3.5.3. Analisis Pemanfatan RF Analisis pemanfaatan RF pelabuhan diukur berdasarkan ketersediaan sarana-prasarana reception facilities, SDM dan volume limbah minyak kotor yang ditangani. Sarana-prasarana dianalisis dengan menggunakan cecklist yang dibandingkan dengan sarana yang harus dimiliki RF pelabuhan yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pengumpulan dan Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di. Dalam cecklist terdapat 56 parameter, dimana setiap parameter akan dilihat tingkat ketersediaan atau pelaksanaannya. Jika terlaksana (T) diberi skor 2, belum terlaksana (BT) dengan skor 1 dan jika tidak terlaksana diberi skor 0. Sehingga maksimal skor sarana adalah 112. Untuk ketersediaan SDM, yang menjadi pertimbangan adalah, usia, masa kerja dan jenjang pendidikan. Usia menunjukkan kematangan dan kemampuan fisik dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Jika usia dibawah 30 tahun diberi skor 1, usia antara 31 hingga 50 tahun diberi skor 3, dan di atas 51 tahun dengan skor 2. Masa kerja menunjukkan pengalaman dalam melakukan tugas dan tanggung jawab. Masa kerja kurang dari 5 (lima) tahun diberi skor 1, masa kerja antara 6 hingga 10 tahun diberi skor 2 dan masa kerja di atas 11 tahun dengan skor 3. Jenjang pendidikan menunjukkan kemampuan dalam menganalisis problem tugas dan tanggung jawab. Jenjang pendidikan SMP atau di bawahnya diberi skor 1, pendidikan SMA diberi skor 2 dan pendidikan D1 ke atas dengan skor 3. 67

Volume limbah minyak kotor yang ditangani adalah jumlah limbah yang ditangani saat penelitian dibandingkan dengan volume limbah sebenarnya. Tabel 8. Pengolahan Data Tujuan Penelitian Hipotesis Metode Menganalisis kualitas air STORET laut di perairan pelabuhan. Menghitung besarnya beban pencemaran limbah dari kapal Menganalisis pemanfaatan reception facilities (RF) pelabuhan. Menganalisis pengaruh kunjungan kapal dan pemanfaatan RF terhadap kualitas perairan pelabuhan. Merumuskan kebijakan RF agar dapat menjamin pelayanan limbah dari kapal dan kualitas perairan pelabuhan Status perairam Tanjung Priok dalam status tercemar berat Kualitas perairan pelabuhan dipengaruhi oleh jumlah kunjungan kapal, pemanfaatan RF dan kondisi lingkungan lain. Matematis (berdasar buangan limbah kapal ke RF) dan BP=QxCj Ratio (dibandingkan dengan ketentuan dan kondisi yang ada) Regresi Kualitatif, mengacu pada peraturan (Pedoman Teknis RF) dan literatur lain 68