BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. positif berupa kualitas pendidikan yang semakin membaik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dengan hasil belajar untuk SD Kelas V. Dalam pendahuluan ini selain membahas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ujian akhir nasional (UAN) tahun pelajaran 2011/2012 semakin dekat.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam proses pembangunan suatu Negara. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2003, UN merupakan kegiatan penilaian hasil belajar siswa yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan menyediakan sumber yang besar dari pengalaman emosional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kontribusi yang sangat besar pada masyarakat (Reni Akbar

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini.

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan melalui pelaksanaan Ujian Nasional. Salah satu yang menjalani ujian nasional

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. terhadap adanya tuntutan atau beban. Menurut Griffin dalam Sood (2013)

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

I. PENDAHULUAN. Faktor utama dalam menempuh hidup yang lebih baik adalah dengan. melaksanakan pembangunan berdasarkan iman dan takwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswa

BAB I PENDAHULUAN. budaya, tetapi juga aspek ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya pendidikan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mutu pendidikan yang rendah merupakan problem besar yang melanda dunia

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB 1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. nama yang baik dan mempunyai makna sesuai keinginan orang tua agar anak

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk menunjang pembangunan tersebut maka diperlukan peningkatan pendidikan nasional yang merata dan bermutu. Dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan, pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya mengenai minimal nilai kelulusan. Pada tahun 2009 pemerintah menetapkan standar nilai kelulusan 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. Diberlakukannya standar nilai kelulusan menyebabkan banyak siswa yang tidak lulus. Para siswa yang dinyatakan tidak lulus mengaku sangat kecewa karena kelulusannya hanya ditentukan oleh nilai Ujian Nasional saja. Banyaknya siswa yang tidak lulus Ujian Nasional, menjadikan Ujian Nasional sebagai momok yang menakutkan. Takut gagal dalam Ujian Nasional menjadi ancaman bagi siswa. Apa-lagi bagi siswa kelas XII SMA paling tidak ada tiga agenda dasar bidang pendidikan yang siap menghadang. Agenda pendidikan yang akan mempegaruhi langkah mereka menapaki masa 1

2 depan. Kondisi ini juga mempengaruhi tingkat motivasi para siswa dalam belajar ketika menghadapi Ujian Nasional. Motivasi pada dasarnya merupakan suatu proses dalam diri seorang siswa untuk bergerak menuju tujuan yang dimiliki, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan (Wade, 2008:45). Selanjutnya motivasi juga menunjukkan perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku. Motivasi yang dimiliki oleh seseorang mendorong untuk melakukan berbagai hal sehingga dapat mencapai tujuan yang akan dicapai. Motivasi yang tinggi pada seseorang akan memberikan dampak atau dukungan yang akan diberikan sehingga dapat memaksimalkan pencapaian tujuan yang akan ditetapkan. Seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi secara langsung akan mendukung keinginan atau tujuannya, namun demikian dengan rendahnya motivasi secara langsung juga akan menghambat proses pencapaian tujuan. Demikian pula halnya dengan motivasi yang dimiliki oleh seorang siswa yang akan menghadapi ujian nasional, semakin tinggi motivasi maka dengan sendirinya pencapaian hasil atau prestasi juga dapat maksimal. Motivasi diri seorang siswa dalam sekolah sering kali dapat menciptakan kecemasan, terutama ketika seorang siswa tersebut akan menghadapi ujian. Namun jika hal itu tidak diantisipasi dengan kemauan yang kuat maka tidak akan mampu memotivasi dirinya sendiri. Kemampuan seorang siswa dalam mengendaikan kecemasan secara langsung juga memberikan dukungan untuk meningkatkan motivasi dalam proses belajar

3 ketika akan mengadapi ujian. Oleh karena itu, tidak sedikit siswa yang stres dan selalu dihinggapi kecemasan karena khawatir tidak lulus dan hal tersebut secara langsung mempengaruhi tingkat motivasi mereka dalam belajar untuk menghadapi Ujian Nasional. Secara psikologis, stres dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan atau anxietymerupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan yang terjadi pada seseorang pada dasarnya merupakan bentuk reaksi emosional yang terjadi pada seseorang dalam menghadapi kondisi lingkungan yang terdapat disekitarnya. Seseorang yang memiliki kecemasan yang terlalu tinggi akan memberikan dampak yang kurang baik terkait dengan upaya menjalankan aktivitas yang harus dilakukan. Kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. (Sieber dalam Sudrajat (2008:1). Kecemasan yang dihadapi seorang siswa ketika akan menghadapi ujian akhir nasional dapat memberikan gambaran sejauh mana kesiapan seorang siswa dalam menghadapi ujian yang akan dilakukan. Apabila tingkat kecemasan yang terlalu tinggi akan menyebabkan reaksi emosional yang tinggi dan pada akhirnya dapat mengganggu aktivitas belajar dalam menghadapi ujian. Kondisi ini menjadikan pentingnya pengendalian atas

4 kecamasan yang terjadi sehingga dapat memaksimalkan dan meningkatkan motivasi dalam mempersiapkan ujian akhir nasional. Tingginya kemampuan dalam pengendalian kecemasan secara langsung akan memberikan suatu dampak terhadap upaya untuk memaksimalkan kemampuan dan pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi dalam menghadapi ujian tersebut. Namun demikian semakin rendahnya kemampuan dalam mengendalikan kecemasan dengan sendirinya motivasi belajar juga akan turun dan mengakibatkan adanya penurunan pencapaian hasil ujian yang kan dilakukan, dimana pada dasarnya ujian dilakukan untuk mengukur tingkat kemampuan dalam menerima dan mengikuti proses belajar dan mengajar di sekolah. Kenyataan ini dapat menjadi suatu bukti bahwa terdapat keterkiatan antara motivasi dengan tingkat kecemasan yang terjadi pada seorang siswa ketika menghadapi Ujian Nasional. Motivasi yang tinggi akan mengurangi tingkat kecemasan yang dapat terjadi, demikian pula sebaliknya apabila tingkat motivasi yang rendah maka kecemasan akan cenderung mengalami peningkatan. Azwar (Fajri, 2008:77) pemberian tes atau ujian bertujuan untuk mengetahui perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual dan kecakapan baru yang dicapai oleh seseorang setelah mengikuti proses belajar mengajar. Demikian pula yang terjadi pada seorang siswa, seringkali siswa menganggap tes sebagai hal yang dapat menimbulkan kecemasan ketika harus menghadapi tes. Hal tersebut disebabkan karena adanya persepsi yang kuat dalam diri dari seorang siswa pada umumnya dimana nilai tes yang baik

5 merupakan tanda kesuksesan belajar sedangkan nilai tes yang rendah merupakan kegagalan dalam belajar. Penelitian Smith dan Rocket (dalam Prayitno, 1989:23) menyatakan bahwa ketika motivasi siswa itu rendah, maka tingkat kecemasannya tinggi. Ini dapat dibuktikan karena seorang siswa tersebut tidak menampakkan kesiapsiagaan, semangat ataupun ketekunan dalam belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika seseorang individu tersebut memiliki tingkat kecemasan yang rendah maka motivasinya tinggi sedangkan siswa yang memiliki kecemasan tinggi maka memiliki motivasi yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara kecemasan dengan motivasi siswa ketika menghadapi ujian. Apabila seorang siswa mampu mengendalikan kecemasan yang terjadi maka upaya untuk meningkatkan motivasi dapat terwujud secara maksimal. Menurut Dalyono (dalam Ibrahim, 2010) terdapat hubungan yang erat antara motivasi belajar dan kesehatan mental bahawa kesehatan mental yang kurang baik tersebut boleh mempengaruhi kemampuan belajar seseorang misalnya seseorang yang mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa kerana konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab lainnya. Ini boleh mengganggu atau mengurangi semangat belajar mereka. Kesehatan mental dalam hal ini terkait dengan kecemasan yang dapat terjadi sehingga dapat mempengaruhi tingkat motivasi belajar. Semakin tingginya tingkat kecemasan maka dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap motivasi belajar seseorang.

6 Menurut Uno (2010) motivasi belajar sangat penting adanya karena sebagai pengaruh perbuatan belajar kepada tujuan yang jelas yang diharapkan dan dicapai. Dalam kegiatan belajar anak memerlukan motivasi. Wlodkowski dan Jaynes, (2004) mengemukan bahwa semakin besar motivasi belajar menjadi sebuah kebiasaan, rutinitas, dan prioritas dalam kehidupan siswa, maka akan semakin efektif dan harmonis mereka untuk belajar dalam sebuah tempat yang disebut sekolah. SMAN I Kraksaan Probolinggo merupakan salah satu SMA favorit di Kabupaten Probolinggo. Kondisi ini sebanding dengan fasilitas yang dimiliki oleh SMA tersebut dapat mendukung kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Adanya upaya untuk tetap menjadi SMA favorit maka pihak sekolah menetapkan target prestasi yang tinggi kepada siswanya dengan demikian. Kondisi ini memicu terjadi kecemasan yang terjadi pada ssiwa terutama ketika akan menghadapi Ujian Akhir Nasional, siswa biasanya akan memikirkan halhal yang diluar dugaan mereka atau ditakuti seperti bagaimana kalau tidak lulus bagaimana kalau tidak bisa mengerjakan soal ujian,bayangan ini yang sering terjadi pada siswa SMAN I Kraksaan. Namun terdapat juga siswa yang memiliki kebanggaan dengan sebutan SMA favorit sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk belajar dengan baik sehingga kecemasan ketika akan menghadapi Ujian Akhir Nasional dapat dikendalikan.bentuk-bentuk kecemasan yang sering terjadi pada siswa SMAN I Kraksaan ketika akan menghadapi Ujian Nasional yaitu adanya rasa kekawatiran yang terlalu tinggi apabila tidak lulus serta tidak mampu bersaing dengan teman dalam pencapaian

7 nilai ujian yang akan dilakukan. Selain itu keianginan untuk menjaga nama baik sekolah juga menjadi beban tersendiri bagi siswa dalam menghadapi ujian nasional. Kecemasan juga terjadi karena adanya persaingan antar siswa yang sangat ketat, kondisi ini menjadikan sumber kecemasan antar individu siswa sehingga memberikan dampak terhadap motivasi mereka dalam belajar. Pada sisi yang lain bentuk kecemasan juga terjadi karena adanya terget tinggi yang ditetapkan oleh sekolah sehingga prestasi tetap terjadi dan sebagai sekolah favorit tetap terjaga. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin menguji Hubungan Kecemasan Terhadap Motivasi Belajar Siswa Menjelang Menghadapi Ujian Akhir Nasional (Studi Pada Siswa SMAN I Kraksaan Probolinggo B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat kecemasan pada Siswa SMAN I Kraksaan Probolinggo? 2. Bagaimana tingkat motivasi belajar pada Siswa SMAN I Kraksaan Probolinggo? 3. Adakah hubungan antara kecemasan dengan motivasi belajar pada Siswa SMAN I Kraksaan Probolinggo?

8 C. Tujuan 1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada Siswa SMAN I Kraksaan Probolinggo 2. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar pada Siswa SMAN I Kraksaan Probolinggo. 3. Untuk mengetahui hubungan antara kecemasan dengan motivasi belajar pada Siswa SMAN I Kraksaan Probolinggo. D. Manfaat Penelitian 1. ManfaatTeoritis Bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang psikologi pendidikan hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi ilmiah, sumbangan sebagai wacana pemikiran dan informasi serta menambah wawasan pengetahuan psikologi khususnya hubungan antara kecemasan menghadapi ujian dengan motivasi belajar. 2. ManfaatPraktis a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan antara kecemasan dengan motivasi belajar, sehingga subyek penelitian mampu memahami faktor-faktor yang berperan penting dalam meningkatkan prestasi akademik. b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan yang positif untuk dilakukan pengembangan dalam hal kajian bidang penelitian yang sama yaitu mengenai kecemasan dan motivasi.