I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. yang biasa dilakukan oleh petani. Tujuan kegiatan pengolahan tanah yaitu selain

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Ditinjau dari luasannya, maka lahan alang-alang merupakan lahan yang

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peran Olah Tanah dalam Meningkatkan Organisme Tanah

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. dan jagung. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, lemak

I. PENDAHULUAN. air, dan jasad hidup yang secara umum terdiri dari mikroorganisme. Masing masing

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah biasanya diperlukan didalam budidaya tanaman dengan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (monoecious) yaitu letak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

V. ORGANISME TANAH UNTUK PENINGKATAN KESUBURAN TANAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. tanaman kedelai secara signifikan. Perbaikan sistem budidaya kedelai di Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

I. PENDAHULUAN. setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam (Anonim, 2007). Namun akhir-akhir ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Perkebunan karet rakyat di Desa Penumanganbaru, Kabupaten Tulangbawang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

III. PERANAN ORGANISME TANAH FUNGSIONAL UNTUK KESUBURAN TANAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada lahan bekas alang-alang di Desa Blora Indah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan. penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat.

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

Syekhfani. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan luas areal lahan pertanian yang memadai untuk bercocok tanam. Pertanian mempunyai peranan yang penting dalam pemasukan devisa negara karena tidak sedikit penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Lahan pertanian subur kini menjadi terbatas karena lahan pertanian beralih fungsi menjadi daerah pemukiman penduduk, terutama di daerah perkotaan. Salah satu upaya dalam meningkatkan dan mempertahankan ketahanan pangan adalah dengan melalui perluasan lahan pertanian. Salah satu lahan yang cukup potensial untuk pengembangan pertanian adalah lahan alang-alang yang sejauh ini merupakan lahan terbuka yang dibiarkan dan belum dimanfaatkan. Tjimpolo dan Kesumaningwati (2009) menyatakan bahwa pemanfaatan lahan alang-alang untuk usaha pertanian relatif lebih baik jika dibandingkan dengan membuka hutan, karena selain biaya lebih murah juga akan memperbaiki lingkungan serta mempertahankan fungsi hidrologis hutan. Hasil penelitian Ayu Seriosta (2010), menerangkan bahwa lahan alang-alang merupakan lahan marjinal, karena mempunyai produktivitas lahan yang rendah. Permasalahan dalam pemanfaatan lahan yang ditumbuhi alang-alang untuk pertanian adalah

2 buruknya sifat fisika dan kimia tanah. Sifat fisika tanah yang jelek akan mempengaruhi ketersediaan air tanah, karena kandungan air tanah sangat tergantung kepada kemampuan tanah menahan air. Disamping itu, dengan adanya akumulasi liat pada lapisan bawah menyebabkan bobot isi tanah tinggi. Sedangkan masalah kimia tanah lahan alang-alang diantaranya adalah kapasitas tukar kation (KTK) rendah, reaksi tanah masam, kejenuhan aluminium tinggi, miskin unsur hara terutama fosfat dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg dan K. Salah satu kegiatan budidaya pertanian yang penting adalah pengolahan tanah. Penerapan sistem pengolahan atau pemanfaatan lahan yang ada harus benar-benar tepat guna. Pengolahan tanah yang tidak memperhatikan aspek-aspek konservasi akan menyebabkan tanah menjadi cepat terdegradasi kembali menjadi lahan yang kritis. Penggunaan Sistem Olah Tanah Konservasi (OTK) dapat memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, selain itu sifat biologi tanah penting yang menentukan baik atau tidaknya produktivitas lahan, yaitu keberadaan organisme tanah. Aktivitas pertanian seperti pengolahan tanah, pemupukan, dan aplikasi pestisida kimia dapat mempengaruhi kehidupan bakteri tanah. Hasil penelitian Utomo (2006) dengan sistem Olah Tanah Konservasi (OTK) jangka panjang dapat meningkatkan keanekaragaman biota tanah, baik di dalam tanah maupun di permukaan tanah. Peralihan dari praktik olah tanah konvensional menuju olah tanah konservasi secara meluas akan memberikan sumbangan yang besar dalam peningkatan deposit karbon di dalam tanah, yang secara langsung akan meningkatkan kesuburan tanah, serta mengurangi emisi gas CO 2 di atmosfer.

3 Hal ini dapat menjadi suatu kontribusi sektor pertanian yang sangat berarti dalam upaya mitigasi resiko dari perubahan iklim akibat pemanasan global. Di dalam tanah terdapat berbagai jenis biota tanah, antara lain mikroba (bakteri, fungi, aktinomycetes, mikroflora, dan protozoa) serta fauna tanah. Salah satu mikroba tanah adalah bakteri tanah. Bakteri tanah mempunyai banyak sekali manfaatnya antara lain penyedia unsur hara, terutama unsur nitrogen, penghasil zat pengatur tumbuh seperti sitokinin, giberelin dan indol asam asetat (IAA), dan mampu melarutkan unsur fosfat yang dalam bentuk terikat menjadi tersedia, serta sebagai agen biokontrol dan lain-lain (Purwaningsih et al., 2003), sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesuburan tanah. Lahan yang digunakan pada penelitian ini merupakan lahan alang-alang usia lebih dari 10 tahun. Selama 10 tahun, pengelolaan dilakukan hanya dengan memotong alang-alang setiap satu bulan sekali yang dibiarkan agar berdampak terhadap kandungan bahan organik tanah. Penelitian musim pertama menggunakan sistem pengelolaan lahan dengan penggunaan tiga sistem olah tanah, yaitu tanpa olah tanah, olah tanah minimum dan olah tanah intensif. Hasil penelitian yang ditanami jagung pada musim pertama terhadap total bakteri tanah tidak berpengaruh nyata (Priyadi, 2011). Untuk menindaklanjuti hal tersebut dilakukan penelitian musim tanam kedua dengan menggunakan tanaman kedelai. Rumusan masalah yang terdapat dipenelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah total bakteri tanah pada sistem tanpa olah tanah lebih tinggi dibandingkan dengan olah tanah minimum dan olah tanah intensif?

4 2. Apakah terdapat korelasi antara populasi bakteri tanah dengan ph tanah, C-organik, N-total, suhu, dan kelembapan tanah? 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah pada lahan alang-alang yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanaman kedelai musim tanam kedua setelah pertanaman jagung terhadap total bakteri tanah. 1.3 Kerangka Pemikiran Salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan tanaman antara lain kandungan unsur hara tanah. Kandungan unsur hara dapat diperoleh dari pupuk, humus maupun bahan organik tanah. Pemanfaatan lahan alang-alang yang telah dipelihara, dikelola dengan cara pemotongan dan pengembalian mulsa alang-alang ke lahan secara teratur dilakukan dengan pertimbangan bahwa kandungan bahan organik yang ada telah cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Hakim et al., 1986). Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun

5 (Sulistyorini, 2005). Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Gusmaini dan Sugiarto (2004) melaporkan bahwa fungsi biologis dari bahan organik tanah bagi mikroba adalah sebagai sumber utama energi untuk aktivitas dan berkembang biak. Kualitas tanah berhubungan secara tertutup dan tercermin dari aktivitas populasi mikroorganisme tanah. Mikroorganisme di dalam tanah terdiri dari bakteri, jamur, aktinomycetes, dan lain-lain. Mikroba di dalam tanah berperan penting dalam perombakan bahan organik dan menyediakan kembali unsur hara di dalam tanah. Di dalam tanah banyak dijumpai adanya kehidupan berupa mikro, meso dan makroorganisme yang sangat banyak dan beragam. Mikroorganisme yang menghuni tanah dapat dikelompokkan menjadi bakteri, fungi, aktinomisetes, alga, dan protozoa (Asmawati et al., 2006). Salah satu yang berperan dalam menentukan indikator suatu kesuburan tanah adalah adanya bakteri tanah. Bakteri yang hidup di dalam tanah dapat memegang peranan penting karena bakteri dapat mempengaruhi semua perubahan bahan organik, bakteri memonopoli dalam reaksi enzimatik seperti nitrifikasi, oksidasi bakteri dan fiksasi nitrogen. Bila proses ini terganggu maka seluruh kehidupan tumbuh terganggu. Peranan bakteri ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kelembaban, oksigen, suhu, bahan organik, dan ph (Hakim et al., 1986).

6 Geonadi (1997) mengungkapkan bahwa bakteri tanah dapat berfungsi menambat N dari udara serta memacu pertumbuhan tanaman. Bakteri tanah mampu menghasilkan beberapa zat yang dapat memacu pertumbuhan tanaman antara lain adalah gibberellins, cytokinins, dan indoleacetic acid. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bakteri tanah telah dikenal luas peranannya sebagai biofertilizer yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk sintetik, sehingga sangat menunjang sistem pertanian yang berwawasan lingkungan (Susilowati et al., 2003). Hindersah (2004), menjelaskan salah satu jenis bakteri yang dapat meningkatkan kesehatan tanah adalah rizobakteri Azotobacter, karena dapat memfiksasi nitrogen menjadi ammonium yang tersedia untuk tanaman dan memproduksi fitohormon yang merupakan indikator kemampuan rizobakteri ini untuk digunakan sebagai input dalam suatu sistem produksi tanaman yang mengutamakan kesehatan tanah. Hasil penelitian Simarmata et al. (2003) bahwa semakin banyak organisme (tanaman dan bakteri), maka semakin tinggi tingkat kesuburan tanah tersebut karena organisme tersebut akan saling berinteraksi membentuk suatu rantai makanan sebagai manifestasi aliran energi dalam suatu ekosistem untuk membentuk tropik rantai makanan. Dalam ekosistem tanah, tropik rantai makanan dimulai dari tropik level pertama, yaitu kelompok organisme (tanaman dan bakteri) produsen yang mampu memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energinya. Di sisi lain, untuk tetap mempertahankan mikroorganisme yang ada di dalam tanah perlu juga memperhatikan aspek-aspek konservasi dalam pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah suatu kegiatan manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan

7 tanaman. Tujuan dari pengolahan tanah adalah untuk mengontrol tanaman terganggu, menggemburkan tanah, mencampur sisa tanaman dengan tanah dan menciptakan kondisi kegemburan tanah yang baik bagi perakaran tanaman. Sistem olah tanah terdiri dari tanpa olah tanah (TOT), olah tanah minimun (OTM), dan olah tanah intensif (OTI). Sistem olah tanah ini berkaitan dengan jumlah bahan organik yang ada. Pada sistem olah tanah TOT jumlah bahan organik yang ada akan lebih banyak dibandingkan dengan sistem olah tanah OTM, karena pada sistem olah tanah TOT tidak dilakukan pengolahan tanah sedikitpun. Pada sistem olah tanah OTM masih lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan sistem olah tanah OTI, hal ini dikarenakan pada OTI tanah diolah secara intensif sehingga dekomposisi bahan organik yang ada akan lebih tinggi. Adapun potensi yang menguntungkan dari TOT adalah tidak terganggunya C-organik, pengkayaan atmosfer CO 2 yang kurang berbahaya, dan meningkatnya kualitas tanah. Selain itu peningkatan C-organik dalam tanah sistem TOT oleh Six et al. (1999) dikatakan sebagai akibat meningkatnya kombinasi antara kurangnya laju dekomposisi sisa tanaman dan kurangnya gangguan terhadap tanah. Berkurangnya laju dekomposisi sisa tanaman dapat diakibatkan oleh iklim mikro yang kurang kondusif terhadap aktivitas mikroorganisme di lapisan permukaan tanah. Sebaliknya, pada lahan dengan pengolahan tanah secara intensif dapat mempengaruhi agregasi tanah juga mempengaruhi dinamika organisme dalam tanah. Pengaruh penghancuran agregat tanah dalam pengolahan berkaitan erat dengan peningkatan laju dekomposisi bahan organik tanah yang akhirnya

8 berkaitan dengan aktivitas biota tanah yang menggunakan bahan organik sebagai salah satu sumber nutrisi dan energi. Makalew (2001) mendapatkan bahwa pengaruh pengolahan tanah intensif dapat meningkatkan potensi mineralisasi C dan N yang berjalan secara cepat. Dengan peningkatan yang berjalan cepat, kondisi C akan menjadi terbatas sehingga populasi mikroorganisme tanah akan rendah. Penggunaan sistem olah tanah konservasi (OTK) yang terdiri dari tanpa olah tanah (TOT) dan olah tanah minimum (OTM) sangat disarankan dalam kaitannya untuk tetap mempertahankan bahan organik tanah yang merupakan salah satu sumber utama ketersediaan nutrisi bagi biota tanah (Wander dan Bollero, 1999). Hasil penelitian Oktaviani (2009) menunjukkan bahwa sistem OTK yang terdiri dari TOT dan OTM, pemupukan N, dan interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap total bakteri tanah baik pada sebelum pengolahan tanah maupun saat berbunga. Selain itu, pada sistem TOT dan OTM total bakteri tanah nyata lebih tinggi dibandingkan dengan OTI, hal ini disebabkan pada sistem TOT dan OTM, tanah tidak diolah dan serasah alang-alang tidak dibakar tetapi dijadikan mulsa. Berbagai penelitian menunjukkan penggunaan sistem olah tanah konservasi dapat memperbaiki sifat-sifat tanah. Utomo (2006), penggunaan OTK ternyata dapat meningkatkan jumlah dan keragaman biota tanah. Jumlah bakteri, mesofauna, mikoriza VAM dan cacing tanah lebih tinggi pada perlakuan OTK yang terdiri TOT dan OTM dibandingkan pada OTI. Hasil penelitian Priyadi (2011) menunjukkan bahwa sistem OTK yang terdiri dari TOT dan OTM pada lahan bekas alang-alang selama pertumbuhan tanaman

9 jagung tidak berpengaruh nyata terhadap total bakteri tanah baik pada fase 1 HSP, vegetatif maksimum, dan saat panen. Tidak terdapat korelasi antara ph, C-Organik, N-total, suhu, dan kelembapan tanah. Selain itu, pada sistem TOT dan OTM total bakteri tanah nyata lebih tinggi dibandingkan dengan OTI, hal ini disebabkan pada sistem TOT dan OTM, tanah tidak diolah dan serasah alangalang tidak dibakar tetapi dijadikan mulsa. 1.4 Hipotesis 1. Total bakteri tanah pada sistem tanpa olah tanah lebih tinggi dibandingkan dengan olah tanah minimum dan olah tanah intensif. 2. Terdapat korelasi antara total populasi bakteri tanah dengan ph tanah, C-organik, N-total, suhu, dan kelembapan tanah.