BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pekerjaan pasangan dinding bata ringan pada proyek pembangunan gedung Ditjen SDA dan Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Koefisien Real lapangan memiliki total pekerja yang senilai ( 0,394 day/m2 ) lebih kecil dari SNI ( Standar Nasional Indonesia ) 2002 senilai ( 0,445 day/m2), hal ini berarti bahwa jumlah kebutuhan pekerja real lapangan yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pekerja yang terdapat pada analisa SNI ( Standar Nasional Indonesia ) 2002. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah pekerja yang terdapat pada analisa SNI ( Standar Nasional Indonesia ) menghasilkan produksi yang kurang efektif. 2. Harga Satuan Upah Pekerjaan ( HSUP) yang dihasilkan pada kondisi real di lapangan adalah senilai Rp. 16,211.91 lebih rendah dibandingkan dengan HSUP pada SNI ( Standar Nasional Indonesia ) yang senilai Rp. 17.250,-. Deviasi harga satuan yang dihasilkan dari analisis real lapangan dengan SNI yaitu senilai Rp. 1,038.10 yaitu sebesar 6.02 % terhadap SNI. Harga yang telah didapatkan pada analisa ini dapat digunakan sebagai standar untuk menentukan harga satuan upah pakerjaan yang akan kita ajukan pada V - 1
tender ataupun sebagai acuan untuk harga dasar upah mandor borong atau subkontraktor. 3. Perbandingan produktivitas yang kita lihat pada tabel 4.7.1 memiliki perbedaan pengukuran yaitu pada SNI jam kerja efektif yang di perhitungkan dalam waktu satu hari adalah sebesar 5 jam kerja per hari. Sedangkan pada perhitungan produktivitas real lapangan, jam kerja efektif yang diperhitungkan adalah sebesar 6 jam kerja per hari. Namun menurut analisa yang telah dilakukan, ternyata hasil pengukuran produktivitas rata-rata per hari real lapangan adalah sebesar 2,786 m2/oh memiliki nilai rata2 yang lebih besar dibandingkan produktivitas berdasarkan analisa SNI ( Standar Nasional Indonesia ) senilai 2,247 m2/oh. Namun apabila pengukuran kinerja produktivitas dilakukan dengan memperhitungkan jam kerja efektif yang sama dengan SNI ( Standar Nasional Indonesia ) yaitu sebesar 5 jam kerja per hari, maka hasil pengukuran produktivitasnya dapat kita lihat pada table 4.7.2 Nilai rata-rata produktivitas real lapangan adalah sebesar 2,321 m2/oh memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dari SNI ( Standar Nasional Indonesia ) 2002 sebesar 2,247 m2/oh. Hal ini berarti bahwa dalam intensitas waktu yang sama dan dengan jumlah pekerja real yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan SNI, ternyata dapat menghasilkan produksi yang lebih banyak. 4. Dari ketiga kesimpulan diatas maka dapat dikatakan bahwa koefisien upah tenaga kerja yang besar berdasarkan SNI ( Standar Nasional Indonesia ) 2002 belum tentu dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi pula, sehingga V - 2
koefisien-koefisien tersebut tidak sepenuhnya dapat digunakan sebagai acuan yang relevan terhadap pelaksanaan di lapangan. Sebaliknya koefisienkoefisien dari hasil analisis real lapangan memiliki nilai rata-rata jumlah tenaga kerja yang sedikit namun bisa menghasilkan nilai produktivitas yang besar. 5. Nilai koefisien upah tenaga kerja yang besar namun memiliki nilai kinerja pekerja yang kecil akan sangat berpengaruh terhadap biaya, mutu, dan waktu. Hal ini tentu saja harus dihindari salah satunya adalah mengoptimalkan produksi kerja dengan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan petunjuk kerja atau SOP pekerjaan, memilih tenaga kerja yang memiliki kemampuan sesuai dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan, ketersediaan material yang cukup dan sistem pengendalian operasional produksi yang baik. V - 3
5.2 Saran Dari hasil analisa yang telah dilakukan dan melihat segala macam masalah yang timbul serta kesimpulan yang telah diambil pada pekerjaan pasangan dinding bata ringan, maka penulis menyampaikan hal hal sebagai berikut : 1. Sebelum memulai suatu pekerjaan konstruksi, hendaknya kontraktor memiliki acuan atau standar dalam penentuan harga satuan upah pekerjaan, sehingga target produksi pekerjaan dapat dicapai dengan jumlah pekerja yang efektif. 2. Pada setiap pelaksanaan pekerjaan pada pembangunan konstruksi, proyek hendaknya secara konsisten mengaplikasikan SOP yang telah berlaku. Para pekerja hendaknya diberikan sosialisasi dan wawasan yang cukup mengenai SOP yang berlaku sehingga dapat memaksimalkan produksi pekerjaan dan meminimalkan terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan. 3. Ketersediaan material dan kesiapan lahan kerja juga sangat mempengaruhi produktivitas, sehingga persiapan pengadaan material juga harus diperhatikan. 4. Pengukuran Kinerja dan Produktivitas pekerja sangat berpengaruh terhadap biaya, mutu dan waktu dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, sehingga evaluasi dan pengendalian operasioal terhadap efektifitas pekerjaan harus dilakukan dengan baik. 5. Pada analisis berikutnya hendaknya pengukuran kinerja seperti ini dibandingkan dengan menggunakan data primer, yaitu berupa pengamatan V - 4
secara langsung, sehingga didapatkan data yang lebih detail, akurat, efektif dan efisien. 6. Disamping meninjau koefisien dari segi upah ada baiknya pada analisis mendatang juga ditinjau analisis dari segi material, agar diketahui harga dasar pekerjaan secara real lapangan. V - 5