BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembahasan keagamaan dan keilmuan, terminologi sunni digunakan

dokumen-dokumen yang mirip
`BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dalam negara Islam. Istilah imamah lebih banyak digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. ahli keislaman, kebanyakan berada dalam prespektif hubungan Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

BAB IV ANALISIS Mekanisme PAW Anggota DPR/DPRD Menurut UU RI No 27 Tahun 2009 dalam Persepektif Fiqh Siyasah

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB I PENDAHULUAN. urusan rakyat, pemimpin hendaknya orang yang benar-benar bisa dipercaya,

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemilihan umum melibatkan

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

Ditulis oleh Faqihuddin Abdul Kodir Senin, 08 Juni :59 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 16 September :24

ADAADNAN ABDULLA MUHAMMAD ADNAN ABDULLAH NEO KHAWARIJ MENGUNGKAP BIANG TERORISME, RADIKALISME, DAN SOLUSINYA. Diterbitkan secara mandiri

ANALISIS PENDAPAT IMAM ABU HANIFAH TENTANG THALAK PAKSAAN S KRIPSI

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

Kemunduran Islam Akhir dari Abbasiyah Genghis Khan/Jengis Khan Mongolian Ratanya kota Bagdad Jatuhnya jazirah arab Mesir, Aint Jalut 1260 M

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an merupakan pedoman dan petunjuk dalam kehidupan manusia,

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL

DUNIA ISLAM. Antara Harapan dan Kenyataan

Volume XIX No. 2 April - Juni 2003 : ** Dr.. H.M. Abdurrahman, MA, adalah dosen tetap Fakultas Syari ah UNISBA

SKRIPSI LUQMAN BIN ABDUL HAMID NIM:

DAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT

PENGGUNAAN ISTIHSANDALAM PENETAPAN HUKUM FIQH IMAM ASY-SYAFI I MENURUT IMAM FAKHRUDDIN AR-ROZI SKRIPSI

SOAL UJI COBA HASIL BELAJAR PAI

PPMDI. Pemikiran Politik Islam. Zaman Klasik dan Pertengahan. bektibeza.com

BAB IV ANALISIS SIYASAH DUSTURIYAH TERHADAP PENYELENGGARAAN SISTEM PRESIDENSIAL DENGAN FORMAT KOALISI

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

KRITIK TERHADAP ALIRAN AL MATURIDIYAH

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

BAGAIMANA MEMILIH PENDAPAT DALAM BERAGAMA LIQA 23 JUNE Oleh Erwin Mazwardi

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Undang ini mempuyai peran strategis dalam rangka pengembangan demokrasi, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

Membahas Kitab Tafsir

ALI ABD AL-RAZIQ : IDE NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Gbr.1 Peta Jalur Sutra (Silk Road)

KRITERIA PEMILIH DALAM MEMILIH KEPALA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 DITINJAU DARI FIQH SIYASAH S K R I P S I

Pendidikan Agama Islam

ULANGAN HARIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI

MADZHAB SYAFI I. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I

BAB I PENDAHULUAN. Imam Ahmad bin Hanbal merupakan salah satu dari tokoh madzab dalam Agama

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Komunitas Ahlusunnah Wal Jama ah di Indonesia), Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama RI, Yogyakarta, 2012, h.

Aqidah beliau tentang tauhid (Pengesaan Allah) dan tentang tawassul syar i serta kebatilan taw assul bid i

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. supremasi kekuasaan. Pemikiran politik Sunni sering dijadikan sebagai alat legitimasi

Kritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum pendidikan, misalnya, yang sebelumnya terbatas pada Al-Qur an dan

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Surat Edaran Departemen Agama. No: D/BA.01/4865/1983 Tanggal: 5 Desember 1983 Tentang: HAL IKHWAL MENGENAI GOLONGAN SYI AH

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

ANALISIS PENDAPAT IBNU HAZAM TENTANG ZAKAT BARANG YANG DIPERDAGANGKAN S K R I P S I

Menyikapi Fenomena Gerhana. Oleh: Muhsin Hariyanto

KELAS BIMBINGAN MENENGAH PEPERIKSAAN PERTENGAHAN TAHUN 2015 SEJARAH ISLAM KBM 3

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat

STUDI ANALISIS TERHADAP PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG HAK KEWARISAN ISTRI YANG DITALAK OLEH SUAMI YANG SEDANG SAKIT S K R I P S I DISUSUN OLEH :

UKHUWAH ISLAMIYYAH Oleh : Agus Gustiwang Saputra

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

HUKUM BARANG TEMUAN DALAM ISLAM ( STUDI KOMPARATIF MAZHAB SYAFI I DAN MAZHAB MALIKI ) ADAM

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

AHLUSSUNNAH WALJAMA AH MENURUT NAHDLATUL ULAMA. Oleh : Mashum Nuralim (Dekan Fakultas Ushuluddin Surabaya IAIN Sunan Ampel)

Hukum memperingati maulid nabi Rabu, 04 Agustus :42

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAHAN AJAR PERADILAN AGAMA BAB I PENGANTAR

BAB II BIOGRAFI TOKOH. bin Muhammad bin Ahmad at-thusi as-syafi i, dan lebih dikenal dengan nama Al-

BAB IV PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH DENGAN SATU PASANGAN CALON DI KAB. BLITAR TAHUN 2015 DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Firdaus, Akad-Akad Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2007), h.43

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

F LS L A S F A A F T A T ISL S A L M

BAB IV ANALISIS FIKIH SIYASAH TERHADAP PELAKSANAAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DPRD FKB PEMKOT MOJOKERTO PERIODE

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembahasan keagamaan dan keilmuan, terminologi sunni digunakan untuk menyebut kelompok Ahlusunnah, yakni suatu mazhab dalam Islam yang mendasrkan struktur keagamaan, sistem nilai afektif dan ritual-ritual praksisnya diatas nash-nash Al-Qur an, sunnah Nabi SAW, sunnah para sahabat dan generasi para tabiin-tabiin. Dengan sendirinya dalam pembahasan ini kita menggunakan istilah Sunni untuk menyebut sebuah kelompok sebagaimana defenisi diatas. Dalam pengertian yang kita singgung diatas, penggunaan dan interpretasi nash-nash agama haruslah dimaknai secara umum, karena ketiadaan pembatasan jalur periwayatan nash (utamanya sunnah Nabi saw) yang disepakati secara ijma (consensus) dan dianggab baku oleh ulama-ulama mazhab Ahlussunah. Mereka umumnya memiliki metode verifikasi tertentu yang melaluinya mereka mendefenisiskan nas-nas yang mereka anggap otoritatif. 1 Arti Ahlussunnah ialah Penganut Sunnah Nabi. Dan arti wal Jama ah ialah penganut i qtiqad Jama ah sahabat-sahabat Nabi. 1 Muhanmmad Iqbal, Fiqh Siyasah, Jakarta, Gaya Media Pratama. 2001, hal. 106

2 Kaum Ahlussunnah wal Jama ah ialah kaum yang menganut i tiqad sabagai i tiqad yang dianut oleh Nabi Muhammad saw, dan sahabat-sahabat beliau. 2 Pada akhir abad ke III Hijriyah timbullah golongan yang bernama Kaum Ahlussunnah wal Jama ah, yang dikepalai oleh dua orang Ulama besar dalam Ushuluddin yaitu Syeikh Abu Hasan Ali al Asy ari dan Syeikh Abu Mansur al Maturidi. Perkataan Ahlussunnah wal Jama ah kadang-kadang dipendekkan menyebutnya dengan Ahlussunnah saja, atau Sunni saja dan kadang-kadang disebut Asya ri atau Asya irah, dikaitkan kepada guru besarnya yang pertama Abu Hasan Ali al Asy ari. Sejarah rinkas guru besar ini ialah: Nama lenkap beliau adalah Abu Hasan Ali bin Ismail, bin Basyar, Ishaq bin Salim, bin Isma il, bin Abdillah, bin Musa, bin Bilal, bin Abi Burdah, bin Abi Musa al Asy ari. Abi Musa ini adalah sahabat Nabi yang terkenal dalam sejarah islam. Abu Hasan lahir di basrah (Iraq) Tahun 260 H yakni 55 tahun sesudah meninggalnya Imam Syafi i Rda dan meninggal di Basrah juga pada tahun 324 H, dalam usia 64 tahun. Beliau pada mulanya adalah murit dari bapak tirinya seorang Ulama besar kaum Mu tazilah, Syekh Abu Ali Muhammad, bin Abdul Wahab al Jabai (meninggal tahub 303 H), tetapi kemudian beliau taubat dan keluar dari golongan mu tazilah. 2 Siradjuddin Abbas, I tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah, Jakarta, Pustaka tarbiyah Baru. 2010, hal. 2

3 Pada masa itu (abad ke III H) banyak sekali Ulama -ulama Mu tazilah mengajar di Basrah. Dalam sejarah dinyatakan pada masa zaman itu terjadilah apa yang dinamakan fitnah Qur an makhluk yang mengorbankan beribu-ribu ulama yang tidak sepaham dengan Mu tazilah. Imam Abu Hasan al Asy ari melihat, bahwa dalam paham kaum Mu tazilah banyak terdapat kesalah besar, banyak yang bertentangan dengan i tiqad dan kepercayaan Nabi Muhammad SAW, dan sahabat-sahabat beliau dan banyak yang bertentangan dengan Al-Qur an dan Hadist. Maka karena itu beliau keluar dari golongan Mu tazilah dan bertaubat kepada Tuhan atas kesalahan-kesalahan yang lalu. Bukan saja begitu, tetapi kemuka di garis depan untuk melawan dan mengalahkan kaum Mu tazilah yang salah itu. 3 Keistimewaaan Imam Abu hasan al Asy ari dalam menegakkan pahamnya ialah, dengan mengutamakan dali-dalil dari Al-Qur an dan Hadist dan juga dengan pertimbangan aqal dan pikiran, tidak seperti kaum Mu tazilah yang mendasarkan pikirannya kepada akal dan falsafah yang berasal dari Yunani dalam membicarakan Ushuluddin dan tidak pula seperti kaum Mujassimah (kaum yang menyerupakantuhan dengan makhluk) yang memegang arti lahir darial-qur an dan Hadist, sehingga sampai mengatakan bahwa Tuhan bertangan, Tuhan bermuka, Tuhan duduk-duduk di atas arsy, dan lain-lain sebagainya. Alhamdulillah, Imam Abu Hasan al Asy ari dapat menegakkan paham yang kemudian dinamai Paham Ahlussunnah wal Jama ah, yaitu paham sebagaiman 3 Ibid

4 diyakini dan di i itiqadkan oleh Nabi besar Muhammad SAW, dan para sahabatsahabat beliau. 4 Pada abad-abad berikutnya muncullah Ulama-ulama besar kaum Ahlussunnah wal Jama ah yang menyebar-luaskan pengajian-pengajian Imam Abu Hasan al Asy ari, di antaranya : 1. Imam Abu Bakar al Qaffal (wafat 365 H). 2. Imam Abu Ishaq Al Asfaraini (wafat 411 H). 3. Imam al Hafizh al Baihaqi (wafat 458 H). 4. Imam Haramain Al Juwaini (wafat 460 H). 5. Imam al Qasim al Qusyairi (wafat 465 H). 6. Imam al Baqilani (wafat 403 H). 7. Imam al Gazali (wafat 505 H). 8. Imam Fakhruddin ar Razi (wafat 606 H). 9. Imam Izzuddin bin Abdussalam (wafat 606 H). Ulama-ulama yang tersebut adalah Ulama-ulama penganut dan pendukung yang kuat dari paham Ahlussunnah wal Jama ah yang dibentuk oleh Imam Abu Hasan al Asy ari. Kemudian dalam abad-abad seterusnya, banyaklah muncul ulama-ulama ushuluddin di seluruh dunia Islam yang menganut, dan mempertahankan dan menyiarkan paham Ahlussunnah wal Jama ah yang dibentuk oleh Imam Abu Hasan al Asy ari ini. 4 Ibid, hal 18

5 Adapun Imam Abu Mansur Al Maturidi, yang dianggap juga sebagai pembangun Mazhab Ahlussunnah wal jama ah dalam Ushuluddin nama lengkapnya ialah Muhammad bin Muhammad bin Mahmud. Beliau lahir di suatu desa di Samarqan yang bernama Maturid. Beliau meninggal disitu juga pada tahun 333 Hijriyah, yaitu 10 tahun setelah wafatnya Imam Abu Hasan al Asy ari. Beliau berjasa besar dalam mengumpulkan, memperinci dan mempertahankan i tiqad Ahlissunnah wal Jama ah itu, sebagai keadaanya dengan Imam Abu Hasan al Asy ari. Makam beliau sampai sekarang diziarahi di Samarqand. Dunia islam dari dahulu sampai sekarang menganggap bahwa kedua Imam ini adalah pembangun Mazhab Ahlussunnah wal Jama ah. 5 Sebagai kelompok mayoritas pola pikir polotik kaum sunni biasanya sangat pro kepada pemerintah yang berkuasa. Pemikir- pemikir dari ahli politik sunni cenderung membela dan mempertahankan kekuasaan. Tidak jarang pula pemikir politik dan kenegaraan mereka menjadi alat legitimasi bagi kekuasan Khalifah yang memerintahkan, dari sana dapat dilihat bahwa hukum pengangkatan kepala negara merupakan hal yang sangat urgen dalam kepemimpinan ummat islam. Konsep kekhalifahan diuraikan oleh Al-Mawardi dalam kitabnya Al-Ahkam as-sulthaniyah, bahwa fungsi khalifah bukan hanya pengganti kepemimpinan saja, melainkan sebagai pengganti fungsi kenabian. Ciri lain pemikiran politik Sunni adalah penekanan mereka terhadap suku Quraisy sebagai syarat kepala Negara. Pandangan mereka dilandasi pada hadist Nabi yang 5 Ibid, hal. 20-23

6 menyatakan bahwa imam-imam (pemimpin) ummat Islam itu harus berasal dari suku Quraisy. Ibn Khaldun berpendapat bahwa syarat itu bukanlah harga mati yang harus dilaksanakan dalam setiap masa. Menurutnya Nabi menjelaskan persyaratn suku Quraisy untuk menjadi kepala negara adalah karena pada masa itu suku Quraisy memiliki wibawa dan kekuatan yang disegani di Jazirah Arab. Untuk dapat menjadi seorang pemimpin atau Imam, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi secara umum, dalam pandangan sunni syarat imam terdiri dari berilmu, adil, dan bersiyasah. Syarat ilmu adalah mengetahui hukum-hukum syara. Begitu juga syarat adil adalah adil terhadap agama, maslahat terhadap amal dan individu. 6 Komunitas Sunni dikenal juga dengan nama Ahl-Sunnah wal al-jama ah. Fondasi pemikiran politik mereka dibentuk selama periode akhir pemerintah Umayyah hingga periode awal Abbasiyah. Fondasi itu didirikan di atas prinsip pengembangan syariat (Fiqh). Sebuah teori politik yang cukup artikulatif dari kalangan Ahlisunnah pada akhirnya muncul diparuh pertama abad ke- 11, doktrinnya mengenai ke khalifahan memuaskan dahaga komunitas agama yang sedang galau karena menurunnya harapan mereka secara drastis kepada lembaga ke khalifahan, seraya tetap memelihara legitimasi Abbasiyah sebagai pemimpin umat Islam. Empat khalifah pertama(al- Khulafa al-rasyidun) mendapatkan sebuah kategori khusus. Dorongan utama teori ini adalah melindungi ke Khalifahan Abbasiyah dari alternatif-alternatif lain Syi ah 6 Muhammad Iqbal, Op Cit, hal 110

7 Imamiah, Syi ah Ismailiyyah, dan Khususnya dari keluarga Fatimiyyah- yang mungkin tampil sebagai pemimpin sah dimata rakyat muslim. Karakteristik umum dan siknifikan dari pemikiran Sunni adalah bahwa tak ada prosedur baku untuk memecat khalifah. Pendekatan mereka yang kering dan tentu saja legalistik- bertolak belakang dengan teori imamah yang cenderung metafisik yang diyakini oleh para pengikut Syi ah dan sebagai filsuf. Pandangan Ahlisunnah mengenai khalifah dikembangkan lebih jauh lagi oleh pengikut as-syafi i, yaitu Abu Hasan Ali Al-Mawardi (974-1058 M). Ia berusaha mengatasi kesenjangan yang cukup tajam antara kepemimpinan agama dan kekuasan koersif dengan cara menghubungkan kembali para penguasa de facto para sulthan dan amir- dengan ke khalifahan Abbasiyah. Ia berusaha menjelaskan hubungan antara keduanya dalam kerangka syari at, sehingga memasukkan kembali keduanya kedalam sistem agama. Proyek intelektual ini muncul dari kehendak khalifah yang baru diangkat. Khalifah itulah yang menugaskan al- Mawardi untuk melakukan negosiasi dengan penguasa Buwaihi dan menjalankan berbagai misi diplomatik antara tahun 1030-an dan 1040-an. 7 Lembaga negara dan pemerintahan diadakan sebagai pengganti fungsi kenabian dalam menjaga agama dan mengatur dunia. Pengangkatan kepala negara untuk memimpin ummat Islam adalah wajib menurut ijma. Jika kepemimpinan negara ini wajib diadakan, maka maka kewajibannya adalah wajib kifayah, seperti berjihat dan mencari ilmu pengetahuan, jika ada orang yang menjalankan dari kalangan orang yang yang berkompeten, maka kewajiban itu gugur 7 Ibid

8 atas orang lain dan jika tidak ada seorang pung yang menjabatnya, maka kewajiban ini dibedakan kepada dua kelompok manusia. Pertama, adalah orang-orang yang mempunyai wewenang memilih kepala negara bagi ummat Islam. Kedua, adalah orang-orang yang mempunyai kompetensi untuk memimpin negara sehingga mereka menunjuk salh seorang dari mereka untuk memangku jabatan ini. 8 Aristoteles dalam bukunya Politika menyebutkan beberapa kemungkinan pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara : a. Kekuasaan tertinggi dalam negara berada di tangan satu orang b. Kekuasaan tertinggi dalam negara berada di tangan beberapa orang c. Kekuasaan tertinggi dalam negara berada di tangan banyak orang Lebih lanjut ia jelaskan, jika kategori pertama dan tujuan pemerintahannya adalah untuk kepentingan, kebaikan dan kesejahteraan umum maka bentuk pemerintahan yang demikian disebut monarki. Apabila kategori kedua dan tujuan pemerintahan adalah untuk kepentingan, kebaikan dan kesejahteraan umum, maka bentuk negara yang demikian disebut aristokrasi. Dan jika kategori ketiga dan tujuan pemerintahannya untuk kepentingan, kebaikan dan kesejahteraan umum maka pemerintahan yang demikian itu disebut politeia (kata Yunani) yang berarti konstisusi. Dalam kaitan itu, diantara pemikir Sunni yang dikedepankan dalam tulisan ini, hanya Rabi yang bicara soal bentuk pemeritahan. Dari berbagai bentuk 8 Mujar Ibnu Syarif, Khamami Zada, Piqh Siyasah Doktrin Dan pemikiran Politik Islam, Jakarta, Erlangga, 2007, hal. 62

9 pemerintahan yang ada, bagi Rabi, bentuk pemerintahan yang paling ideal adalah bentuk monarki. Kekuasaan tertinggi dipegang oleh satu orang saja, yaitu raja. Ia menolak pemerintahan aristokrasi. Suatu pemerintahan yang berada di bawah pimpinan sekelompok orang terpilih; bangsawan atau ningrat. Ia juga tidak menerima bentuk pemerintahan oligarki. Model pemerintahan ini kekuasaan tertinggi berada di tangan kelompok kecil orang-orang yang berpengaruh atas masyarakat. Dan ia juga tidak dapat membenarkan pemerintahan demokrasi yang diperintah oleh rakyat. 9 Tampaknya Rabi begitu amat terpengaruh dengan suasana yang dialaminya waktu itu di bawah pemerintahan Abbasiyah yang monarki itu dan berjaya mencapai kemajuan, sehingga pemerintahan monarki baginya adalah pemerintahan terbaik, dalam mewujudkan kepentingan, kebaikan dan kesejahteraan umat. Al-Ghazali pun, tampaknya lebih condong kepada pemerintahan monarki. Hal ini didasarkanpada pendapatnya bahwa seseorang yang akan menjadi kepala negara harus mendapat tafwidh dari pemegang kekuasaan dan inilah yang berlaku saat itu. Pemikir-pemikir lainpun bisa dimasukkan kedalam alur pemikiran Rabi dan Al- Ghazali. Penggolongan ini didasarkan pada penolakan, mereka terhadap penolakan doktrin penolakan politik syi ah, dan doktrin politik Khawarij yang bebas dan terbuka. Sebab untuk menyebut mereka cenderung kepada bentuk atau macam pemerintahan lain, aristokrasi dan demokrasi misalnya, kita tidak melihat indikasi pemikiran mereka yang mengarah ke sana. 9 Ali Abdul Mu thi Muhammad, Filsafat Politik antara barat dan islam. Bandung: CV Pustaka Setia 2010, hal 340

10 Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mendalam kedalam bentuk tulisan karya ilmiah skripsi sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana syariah, yang berjudul : BENTUK PEMERINTAHAN MENURUT PEMIKIRAN POLITIK SUNNI ZAMAN KLASIK ( SUATU PENDEKATAN FIQH SIYASAH ) B. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari topik yang dipersoalkan penulis membatasi permasalahan penelitian ini hanya pada pemikiran tokoh sunni tentang bentuk negara. Dalam hal ini penulis mengambil pemikiran Imam Al-Ghazali dan Ibnu Abi Rabi. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tulisan ini, maka makalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah bentuk negara yang ideal menurut tokoh Sunni (Imam Al - Ghazali dan Ibnu Abi Rabi )? 2. Apakah alasan tokoh sunni (Imam Al-Ghazali dan Ibnu Abi Rabi ) memilih bentuk negara monarki? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah :

11 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimanakah bentuk negara yang ideal itu menurut para tokoh sunni zaman klasik. b. Untuk mengetahui alasan mengapa para tokoh sunni memilih bentuk monarki. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang sudah penulis dapatkan dari bangku perkuliahan. b. Untuk memberikan pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu politik pada khusunya. c. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana di bidang jinayah siyasah Fakultas syariah dan hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. E. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian Dilihat dari jenisnya, penelitian ini termasuk dalam penggolongan penelitian pustaka yaitu dengn cara mengumpulkan teori-teori dari bukubuku yang berkenaan dengan permasalahan di atas sebagai bahan untuk penulisan ini. Sedangkan dilihat dari sifat penelitian ini bersifat deskriktif yaitu mengambarkan bagaimana pandangan para tokoh Sunni zaman klasik mengenai bentuk negara yang ideal dan apa alasanya memilih bentuk tersebut.

12 2. Sumber Data Dalam penulisan ini sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. a. Data Primer Adapun yang termasuk data primer dalam penulisan ini adalah buku-buku fiqh yang membahas masalah ini, terjemahan kitab suluk al-malik fi tadbir al-mamalik dan terjemahan kitab ihya ulumudin. Fiqh siyasah karangan Suyuthi Pulungan, Filsafat Politik Antara Barat dan Islam karangan Ali Abdul Mu thi Muhammad. b. Data Sekunder Adapun yang termasuk dalam data sekunder adalah jurnal, skripsi, kamus, majalah yang berkenaan dengan pembahasan di atas. 3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan melalui prosedur pencarian data, studi kepustakaan, kemudian melakukan identifikasi bahan menurut permasalahan yang diajukan. Bahan yang telah terkumpul tersebut selanjutnya diinventarisasikan dan sistematisasikan dengan baik dalam bab dan sub bab sesuai dengan pokok bahasan. 4. Metode Analisa Data Seluruh data primer dan sekunder yang tela terkumpulkan diklasifikasikan berdasarkan rumusan masalah, kemudian dilakukan analisa pada data tersebut bersifat kuantitatif berdasarkan aturan serta teori yang relevan untuk ditemukan jawaban atas setiap rumusan masalah dan hasil analisis tersebut dipaparkan oleh penulis secara deskriptif.

13 5. Metode Penulisan Setelah data tersebut ditelaah untuk menjawab permasalahanpermasalahan dalam penelitian ini kemudian data tersebut disusun dengan menggunakan metode sebagai berikut : a. Metode Deduktif Menggambarkan kaedah umum yang ada kaitannya dengan masalah yang penulis teliti, kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini terbagi menjadi lima bab mengenai uraian pokokpokok pembahasannya adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang latar belakang, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II BIOGRAFI TOKOH Dalam bab ini penulis akan memaparkan tentang riwayat hidup dua orang tokoh sunni yang akan penulis ambil pemikiran mereka mengenai pokok permaslahan ini yaitu Ibnu Abi Rabi dan Imam Al-Ghazali.

14 BAB III KERANGKA TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian dasar pemerintah, macam-macam bentuk pemerintahan, pemikiran politik sunni zaman klasik dan periode klasik. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan menjelaskan hasil dari penelitian dan pembahasan mengenai pemikiran dua orang tokoh sunni yaitu Ibnu Abi Rabi dan Imam Al- Ghazali mengenai bentuk negara yang ideal. BAB V KESIMPULAN Dalam bab ini penulis akan mencoba menarik sebuah kesimpulan dari apa yang sudah penulis teliti dan penulis kaji mengenai permasalahan di atas dan juga dalam bab ini berisikan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk penulis dan kesempurnaan tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN