BAB II BAHAN RUJUKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II BAHAN RUJUKAN. Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Berikut ini beberapa pengertian tentang anggaran atau Budget yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Gambaran Umum Tentang Anggaran Pengertian Anggaran

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Anggaran Ellen, dkk (2002;1) Pengertian Anggaran Ellen, dkk (2002;1)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Gambaran Umum Tentang Anggaran Pengertian Anggaran

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN. memiliki ciri khas tersendiri, oleh karena anggaran perusahaan tersebut

BAB II BAHAN RUJUKAN. Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerja untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dan dipakai selama periode waktu tertentu. jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

BAB II FUNGSI ANGGARAN DALAM PERUSAHAAN. satuan kuantitatif. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian dan Tujuan Penyusunan Anggaran Kas. kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu bank untuk periode waktu

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III FUNGSI ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA TEBING TINGGI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

BAB II BAHAN RUJUKAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG : POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

BAB MANAJEMEN KAS A. Kas dan Aliran Kas

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

PROFIL KEUANGAN DAERAH

BAB II KERANGKA TEORI. Kata anggaran merupakan terjemahan dari kata budget dalam bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWATENGAH NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian rentabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304)

ANALISIS DANA DAN ARUS KAS

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan. Pada pokoknya laporan keuangan ditujukan kepada pihak-pihak di

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

Pertemuan 13 Penyusunan Anggaran Kas Disarikan dari Yusnita, Wenny dan sumber2 relevan lainnya

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB II BAHAN RUJUKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan hal penting bagi sebuah perusahaan. Pertumbuhan dibutuhkan untuk merangsang dan menyalurkan bakat manajerial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Untuk mendukung pembuatan laporan ini, maka perlu dikemukakan hal

BAB II BAHAN RUJUKAN

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 52

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Anggaran Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan. 2.1.1 Pengertian Anggaran Penganggaran merupakan suatu proses dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum di mulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang perlu, pembagian tugas, perencanaan, penyusunan rencananya sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil rencana tersebut. Hasil dari kegiatan penganggaran adalah anggaran. Ada beberapa pengertian tentang anggaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi, antara lain: 1. Nafarin (2000;9) mengemukakan bahwa: Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuntitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. 2. Agus Kana (2003;3) menjelaskan bahwa: Anggaran perusahaan merupakan rencana tentang kegiatan perusahaan, dimana rencana tersebut mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

3. Munandar (1995;1) mengemukakan bahwa: Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. 4. Sofyan Syafri Harahap (2000;3) mengemukakan bahwa: Budget komprehensif (lengkap) sebagai suatu konsep yang membantu manajemen dalam mencapai tujuannya melalui upaya menuangkannya secara tertulis sasaran yang akan dicapai perusahaan mulai dari sasaran utama, sasaran khusus, sampai rincian dan penyebabnya. 5. Gunawan Adisaputro (1998;6) menyebutkan bahwa: Bisnis Budget adalah suatu pendekatan formal dan sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, pengkoordinasian dan pengambilan keputusan. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah suatu rencana yang terinci, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam satuan moneter dan rencana masa depan untuk jangka waktu tertentu. Anggaran juga merupakan suatu hasil pengambilan keputusan atas dasar beberapa asumsi tertentu yang bersifat sistematis, dan bersifat formal. 2.1.2 Fungsi dan Tujuan Anggaran Fungsi Anggaran Anggaran memiliki fungsi yang sama dengan manajemen yang meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Hal ini disebabkan anggaran mempunyai fungsi sebagai alat manajemen dalam melaksanakan fungsinya. Haruman dan Rahayu (2005;5) mengungkapkan beberapa fungsi anggaran, yaitu:

Fungsi Perencanaan 1. Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran teliti, karena anggaran memberikan gambaran yang lebih nyata atau jelas dalam unit uang. 2. Membantu mengarahkan seluruh sumber daya yang ada dalam perusahaan untuk menentukan arah atau aktivitas yang paling menguntungkan. 3. Membantu menstabilkan kesempatan kerja yang tersedia. 4. Membantu pemakaian alat-alat fisik secara lebih efektif. 5. Membantu manajemen untuk memilih tujuan perusahaan. Fungsi Pelaksanaan 1. Membantu mengkoordinir faktor sumber daya manusia dengan perusahaan. 2. Membantu menilai kesesuaian antara rencana aktivitas perusahaan dengan keadaan lingkungan usaha yang dihadapi. 3. Membantu menempatkan pemakaian modal pada saluran-saluran yang menguntungkan sesuai dan seimbang dengan program perusahaan. Fungsi Pengawasan 1. Membantu mengawasi kegiatan dan pengeluaran. 2. Membantu mencegah pemborosan. 3. Membantu menetapkan standar baru. Penulis menyimpulkan bahwa anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan secara tertulis yang merupakan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Anggaran juga berfungsi sebagai alat pengendalian atau pengawasan atas pelaksanaan kegiatan yang terjadi dalam perusahaan guna kelancaran kegiatan operasional yang terjadi dalam perusahaan.

Tujuan Anggaran Tujuan anggaran adalah sebagai berikut: 1. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana. 2. Memberikan batasan atau jumlah dana yang dicari dan digunakan. 3. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun investasi dana, sehingga dapat memudahkan pengawasan. 4. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal. 5. Menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat. 6. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan. Jadi anggaran disusun untuk menyatakan dan mengkomunikasikan harapan manajemen secara jelas dan formal serta menyediakan rencana rinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. 2.1.3 Jenis-Jenis Anggaran 1. Berdasarkan Ruang Lingkup a. Anggaran Komprehensif, yaitu anggaran yang disusun dengan ruang lingkup yang menyeluruh yang mencakup seluruh aktivitas perusahaan. b. Anggaran Parsial, yaitu anggaran perusahaan yang disusun dengan ruang lingkup yang terbatas yang hanya mencakup sebagian dari kegiatan perusahaan. 2. Berdasarkan Fleksibilitasnya a. Fixed budget, yaitu anggaran yang disusun untuk periode waktu tertentu dimana volumenya sudah tertentu dan berdasarkan volume tersebut

direncanakan revenue, cost, expense, serta tidak diadakan revisi secara periodik b. Continues budget, yaitu anggaran yang disusun untuk periode waktu tertentu dimana volumenya sudah tertentu dan berdasarkan volume tersebut direncanakan revenue, cost, dan expense, tetapi diadakan revisi secara periodik dan ditambahkan anggaran untuk satu triwulan pada periode anggaran berikutnya. 3. Berdasarkan Jangka Waktu a. Anggaran jangka pendek, yaitu anggaran operasional yang menunjukan rencana operasi atau kegiatan untuk satu periode akuntansi yang akan datang. b. Anggaran jangka panjang, yaitu anggaran yang menunjukan rencana investasi dalam tahun anggaran dengan waktu lebih dari satu tahun. 4. Berdasarkan Bidangnya a. Anggaran Opersional, yaitu anggaran untuk menyusun anggaran laporan laba rugi antara lain terdiri dari: anggaran penjualan, anggaran biaya pabrik, anggaran beban usaha, anggaran laporan laba rugi. b. Anggaran Keuangan, yaitu anggaran untuk menyusun anggaran neraca antara lain terdiri dari: anggaran kas, anggaran piutang, anggaran persediaan, anggaran utang, anggaran neraca. 2.1.4 Keunggulan dan Kelemahan Anggaran Keunggulan anggaran Beberapa keunggulan yang dapat diperoleh bila perusahaan menerapkan penyusunan anggaran yang baik. Menurut Haruman dan Rahayu (2005;7) mengungkapkan beberapa keunggulan anggaran, antara lain: 1. Hasil yang diharapkan dari suatu rencana tertentu diproyeksikan sebelum rencana tersebut dilaksanakan. Hasil proyeksi ini menciptakan peluang untuk memilih rencana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan.

2. Dalam menyusun anggaran, diperlukan analisis yang sangat teliti terhadap setiap tindakan yang akan dilakukan, yang bermanfaat bagi manajemen sekalipun ada pilihan untuk tidak melanjutkan keputusan tersebut. 3. Anggaran merupakan penelitian untuk kerja, sehingga dapat dijadikan patokan untuk menilai baik buruknya suatu hasil yang diperoleh. 4. Anggaran memerlukan adanya dukungan organisasi yang baik sehingga setiap manajer mengetahui kekuasaan, kewenangan, dan kewajibannya 5. Mengingat setiap manajer dilibatkan dalam penyusunan anggaran, maka memungkinkan terciptanya perasaan ikut berperan serta. Penulis menyimpulkan bahwa anggaran sangat berperan penting untuk membantu manajer dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan karena dengan adanya anggaran perusahaan dapat memproyeksikan peluang untuk dapat memilih rencana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan sehingga anggaran juga dapat menjadi patokan untuk menilai baik buruknya hasil yang diperoleh oleh perusahaan. Kelemahan Anggaran Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anggaran mempunyai manfaat yang sangat berarti bagi manajemen, namun perlu disadari anggaran tidak lepas dari keterbatasan-keterbatasan seperti yang dikemukakan oleh Herawati dan Sunarto (2004;13) adalah sebagai berikut : 1. Seringkali keadaan yang digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran mengalami perkembangan yang jauh berbeda daripada yang direncanakan. Hal ini berarti diperlukan pemikiran untuk penyesuaian. Kemungkinan ini menghendaki agar anggaran disesuaikan secara

kesinambungan dengan kondisi yang berubah-ubah agar data dan informasi yang diperoleh akurat. 2. Karena penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, maka secara potensial dapat menimbulkan persoalan-persoalan hubungan kerja (human relation) yang dapat menghambat proses pelaksanaan anggaran. 3. Penganggaran tidak dapat terlepas dari penilaian subjektif pembuat kebijakan (decision maker) terutama pada saat data dan informasi tidak lengkap atau cukup. 2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Dalam penyusunan anggaran dalam perusahaan ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu: 1. Faktor Intern Menurut Haruman dan Rahayu (2008;8) ada beberapa faktor intern yang mempengaruhi penyusunan anggaran dalam perusahaan. Faktorfaktor intern tersebut terdiri atas: a. Data-data penjualan pada tahun-tahun yang lalu; b. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, promosinya, pemilihan saluran distribusi dan sebagainya; c. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan; d. Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlahnya maupun keterampilan dan keahliannya; e. Modal kerja yang dimiliki perusahaan; f. Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan; g. Kebijakan-kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perusahaan, baik dibidang pemasaran, produksi, pembelanjaan, administrasi maupun dibidang personalia;

2. Faktor Ekstern Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi penyusunan anggaran dalam perusahaan terdiri atas: a. Keadaan persaingan; b. Tingkat pertumbuhan penduduk; c. Tingkat penghasilan masyarakat; d. Tingkat penyebaran penduduk; e. Agama, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat; f. Berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun keamanan; g. Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi dan sebagainya; 2.1.6. Metode dan Prosedur Penyusunan Anggaran Menurut Teguh Baroto (2002;28) penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan cara : 1. Top Down Anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh pemimpin perusahaan. Dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan bawahan tanpa keterlibatan bawahan dalam penyusunannya. Bawahan tidak diminta keikutsertaan dalam menyusun anggaran. 2. Bottom Up Anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai ke atasan. Bawahan diserahkan sepenuhnya menyusun anggaran yang akan dicapainya dimasa yang akan datang. 3. Top Down dan Bottom Up Penyusunan anggaran dengan memulainya dari atasan, kemudian adalah selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan.

Prosedur merupakan urut-urutan seri tugas yang saling berhubungan dan diadakan untuk menjamin pelaksanaan kerja yang seragam. Prosedur terdiri dari bagan alur (flowchart), formulir dan uraian tugas. Menurut Nafarin (2004;9), prosedur penyusunan anggaran sebagai berikut: 1. Tahap Penentuan pedoman Anggaran Sebelum penyusunan anggaran direktur atau komisaris terlebih dahulu melakukan dua hal berikut: 1. Menetapkan rencana besar perusahaan, seperti tujuan, kebijakan, asumsi sebagai dasar penyusunan anggaran. 2. Membentuk panitia penyusunan anggaran yang terdiri dari direktur sebagai ketua, manajer keuangan sebagai sekretaris, dan manajer lainnya sebagai anggota. Anggaran yang akan dibuat pada tahun yang akan datang disiapkan beberapa bulan sebelum tahun anggaran berikutnya dimulai. Dengan demikian anggaran yang dibuat dapat digunakan pada awal tahun anggaran. 2. Tahap Persiapan Anggaran Sebelum menyusun anggaran penjualan, terlebih dahulu manajer pemasaran harus menyusun ramalan anggaran penjualan. Manajer pemasaran bekerja sama dengan manajer umum dan manajer keuangan untuk menyusun : Anggaran Penjualan, yaitu anggaran yang direncanakan secara terperinci penjualan perusahaan selama periode yang akan datang. Anggaran biaya distribusi, yaitu anggaran yang mencakup biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dalam hubungannya dengan kegiatan penjualan seperti biaya promosi penjualan, biaya iklan, dll.

Anggaran piutang usaha, yaitu anggaran yang mendasar pada anggaran penjualan dalam kebijaksanaan penjualan produk yang sebagian dilakukan dengan kredit dengan syarat-syarat tertentu. Manajer produksi bekerja sama dengan manajer keuangan dan manajer umum untuk menyusun : Anggaran produksi, perencanaan tingkat atau volume barang yang diproduksi oleh perusahaan agar sesuai dengan volume atau tingkat penjualan yang telah direncanakan. Anggaran biaya pabrik, yaitu proses akuntansi untuk membebankan biaya dari suatu pusat biaya kepada produk akhir maupun kepusat biaya lainnya. Anggaran persediaan, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan dengan rencana penjualan. Anggaran utang usaha, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan besarnya pembelian kredit serta besarnya bunga pinjaman yang belum dibayar. Manajer umum bekerja sama dengan manajer keuangan menyusun : Anggaran beban administrasi dan umum, yaitu anggaran yang berisi semua biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk direksi dan stafnya, bagian keuangan dan bagian administrasi. Anggaran neraca, yaitu anggaran yang mencerminkan perkiraan semua aktiva dan passiva yang akan dimiliki oleh perusahaan pada akhir suatu periode. Anggaran kas, yaitu perencanaan mutasi dan posisi kas dalam jangka waktu tertentu.

3. Tahap Penentuan Anggaran Pada tahap penentuan anggaran semua manajer beserta direksi mengadakan rapat kegiatan: Perundingan untuk menyesuaikan rencana akhir setiap komponen anggaran. Koordinasikan dan penelaahan komponen anggaran. Pengesahan dan pendistribusian anggaran. Pada tahap penentuan anggaran ini, semua para manajer dan dewan direksi mengadakan rapat secara global. Dalam rapat ini para manajer dan direksi menyesuaikan setiap perencanaan anggaran yang telah dibuat oleh masing-masing bagian sehingga memperoleh rencana akhir dari setiap komponen anggaran tersebut. Setelah rencana akhir dari setiap komponen anggaran tersebut disetujui kemudian anggaran tersebut di sahkan oleh direktur perusahaan dan kemudian didistribusikan ke bagian-bagian yang ada dalam perusahaan untuk dilaksanakan. 4. Tahap Pelaksanaan Anggaran Untuk kepentingan pengawasan setiap manajer membuat laporan realisasi anggaran. Setelah dianalisis laporan realisasi anggaran disampaikan pada direksi. 2.2 Anggaran Negara/ Pemerintah Anggaran atau keuangan negara tidak semata-mata hanya berfungsi sebagai pengelolaan aliran dana bagi kepentingan pelaksanaan tugas-tugas pemerintah sebagaimana dimaksud Alinea Keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 45. Anggaran negara memiliki pula fungsi-fungsi lainnya yang kiranya dapat dikaitkan dengan Trilogi Pembangunan Indonesia yakni stabilasi, pertumbuhan dan pemerataan. Kebijakan anggaran negara sering disebut sebagai kebijakan fiskal tidaklah berdiri sendiri, namun perlu dipadukan dengan kebijakan moneter maupun

hubungan ekonomi internasional untuk menggalang sinergi terselenggarakannya tugas-tugas pemerintah. Presiden ditugaskan untuk menyusun anggaran yang nantinya anggaran tersebut bukan saja hanya dipakai oleh pemerintah akan tetapi juga akan digunakan semua lembaga tinggi negara, oleh karena itu didalam menyusun anggaran Presiden harus berpegang kepada prinsip anggaran yang meliputi: luas dan memadai, eksklusif, akurat, satu kesatuan, jelas, tahunan, terperinci, seimbang, terbuka, obyektif, adil, berkelanjutan, efektif, dan efisien. Penyusunan anggaran harus dikerjakan oleh orang yang ahli dibidang penyusunan anggaran dan melibatkan orang yang berkompeten atas anggaran, serta biaya yang dikeluarkan harus diupayakan serendah mungkin. 2.2.1 Pengertian Anggaran Negara/Pemerintah Yang dimaksud dengan anggaran negara/ pemerintah menurut Kusnadi (2003;40) adalah : Anggaran Negara adalah estimasi atas penerimaan yang akan diterima dan pengeluaran (biaya) yang akan dikeluarkan terhadap aktivitas yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang oleh suatu organisasi. Estimasi atas penerimaan yang akan diterima dan pengeluaran (biaya) yang akan dikeluarkan terhadap aktivitas yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang oleh lembaga negara baik tingkat daerah maupun tingkat pusat. Anggaran pemerintah merupakan arah atau pedoman yang akan dijadikan pegangan didalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang diamanatkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Didalam melaksanakan tugasnya lembaga negara yang ada memerlukan dana, dan dana yang diperlukan harus diperoleh dari rakyatnya. Tugas menyusun anggaran penerimaan dana dan pengeluaran dana oleh lembaga tertinggi negara dibebankan kepada pemerintah, anggaran penerimaan dana dan pengeluaran dana dikenai dengan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yaitu suatu pernyataan tentang pendapatan dan belanja pemerintah, yang diharapkan akan terjadi dalam satu periode anggaran di masa yang akan datang. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa penyelenggaraan APBN ini ditetapkan setiap tahun berdasarkan undang-undang, yang berlaku sekarang ini adalah 1 Januari s/d 31 Desember. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada hakikatnya merupakan rencana kerja pemerintah yang akan dilakukan dalam satu tahun yang dituangkan dalam angka-angka rupiah. Penganggaran menjadi suatu proses penilaian yang terus menerus atas pendapatan dan pengeluaran negara dengan kelompok kegiatan. 1. Mengevaluasi program yang sedang atau akan berjalan 2. Mengadakan estimasi sumber pendapatan 3. Mengkoordinasikan program-program dan manajemennya 4. Mengelola penyesuaian sasaran kegiatan dan pembangunan 5. Supervisi terhadap pengeluaran-pengeluaran 6. Pengecekan terhadap pelaksanaan Landasan hukum dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah : a. Undang-Undang Dasar 45 pasal 23 ayat 1 menyatakan bahwa : Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undangundang, apabila DPR tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun lalu. b. ICW (Indische Comptabiliteits Wet) 1925 pasal 1 ayat 3 yang menyatakan bahwa: Keuangan Negara Indonesia diurus dan dipertanggungjawabkan menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Selain itu, sesuai dengan isi Keputusan Presiden mengenai peraturan APBN, dalam pelaksanaan APBN ini juga diatur sekaligus mengenai hal-hal sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pemasukan penerimaan-penerimaan negara; 2. Pelaksanaan penyaluran pengeluaran-pengeluaran negara; dan 3. Pelaksanaan pembukuan penerimaan dan pengeluaran negara tersebut.

Pelaksanaan pemasukan penerimaan Depertemen/Lembaga, baik dalam maupun luar negeri, adalah penerimaan anggaran dan karena itu tidak dapat dipergunakan langsung untuk pengeluaran, tetapi harus disetor sepenuhnya dan pada waktunya kepada Kantor Kas Negara, kecuali penerimaan unit swadana dan badan/instansi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.2.2 Kegunaan Anggaran A. Kegunaan anggaran secara umum menurut Kusnadi (2003;48): 1. Memberikan arah atas kegiatan atau aktivitas yang akan dikerjakan sehingga kegiatan yang dilakukan akan menjadi terarah kepada tujuan yang dikehendaki. 2. Akan menjadi alat koordinasi antar bagian yang melaksanakan kegiatan. 3. Anggaran akan dapat membatasi kegiatan atau aktivitas hanya kepada yang penting dan perlu, hal-hal yang dipandang kurang penting akan dapat dihindarkan atau ditangguhkan sebab setiap aktivitas pasti memerlukan dana (uang) sedangkan anggaran telah membatasi besaran dana untuk setiap aktivitas yang diperlukan. 4. Anggaran akan dapat mengharmoniskan atau mensinkronkan kegiatan. 5. Anggaran dapat dijadikan alat pengawasan organisasi, dengan adanya anggaran maka setiap penyimpangan yang ada akan lebih mudah diukur sehingga sebagai tindakan perbaikan dapat diambil. 6. Pengguna metode, alat, tenaga kerja akan semakin efektif dan efisien sehingga kinerja organisasi akan semakin baik dan terarah sesuai dengan prinsip efektivitas dan efisiensi. 7. Memaksa semua pihak yang ada didalam organisasi, baik dari pimpinan puncak sampai kepada tenaga pelaksanaan untuk sesuai dengan apa yang telah ditetapkan anggaran.

B. Kegunaan Anggaran bagi Lembaga Negara 1. Pengendalian Legislatif, jika anggaran telah menjadi undang-undang oleh legislatif maka estimasi pengeluaran yang ada didalam anggaran akan menjadi patokan tertinggi yang tidak boleh dilanggar oleh Presiden. 2. Pengendalian Eksekutif (Presiden) terhadap bawahannya (Menteri, Gubernur), anggaran yang telah dialokasikan tersebut tidak boleh dilanggar melampaui batas tertinggi. Setiap waktu yang diperlukan Presiden akan memantau kinerja lembaga dan departemen yang ada dibawahnya, maka dengan demikian bagi Presiden anggaran juga sebagai alat pengendali. 2.2.3 Waktu Anggaran Pelaksanaan anggaran dibatasi oleh jangka waktu, adapun batas-batas waktu/ jangka waktu pelaksanaan anggaran dapat dinyatakan dibawah ini : 1. Sistem Tahun Anggaran Keuangan (Financial Budget Tahun Sistem) Dalam sistem ini anggaran hanya berlaku untuk waktu satu tahun dan berlaku dari 1 Januari s/d 31 Desember. 2. Sistem Tahun Anggaran yang ditetapkan (Limited Budget Tahun Sistem) Sistem ini anggaran berlaku selama satu tahun akan tetapi masih dapat diperpanjang 6 bulan lagi. Pelaksanaan waktu yang dipergunakan di Indonesia sekarang ini adalah menggunakan Sistem Tahun Anggaran Keuangan yang mana waktu yang berlaku adalah mulai dari 1 Januari s/d 31 Desember. 2.3 Kas Kas merupakan harta atau aktiva yang paling lancar dalam kelompok aktiva lancar. Dalam kenyataannya pos ini termasuk aktiva yang paling sering mengalami perubahan atau mutasi, hal ini terjadi karena hampir sebagian besar transaksi yang dilakukan perusahaan akan mempengaruhi jumlah kas.

2.3.1 Pengertian Kas Pengertian kas menurut Soemarsono (2004;296) adalah sebagai berikut: Kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya. Sedangkan menurut Manulang (2005;24) pengertian kas adalah sebagai berikut: Kas dapat diartikan sebagai uang beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sehingga dipakai sebagai alat untuk membayar kebutuhan finansialnya. Dari pendapat para ahli ekonomi diatas dapat disimpulkan bahwa kas adalah suatu bentuk kekayaan perusahaan yang paling likuid. Perusahaan yang tidak mempunyai persediaan kas yang cukup akan menemui kesulitan didalam menjalankan usahanya. Kas sangat berguna dalam memenangkan kesempatan usaha yang terkadang dijumpai oleh perusahaan. Perusahaan juga memerlukan kas untuk menghadapi keadaan darurat, jadi kas sangat diperlukan dan bersifat multifungsi bagi perusahaan. 2.3.2 Alasan Memiliki Kas Menurut Sundjaja dan Barlian (2002;204) terdapat tiga motif utama mengapa suatu perusahaan harus memiliki kas. Ketiga motif itu adalah sebagai berikut: 1. Motif Transaksi (Transaction Motive) Motif memegang kas atau setara kas untuk merencanakan pembayaran barang (bahan baku) dan gaji. Motif transaksi memungkinkan perusahaan menjalankan operasi sehari-hari seperti melakukan pembelian dan penjualan yang berhubungan dengan likuiditas karena itu disebut juga motif likuiditas.

2. Motif Spekulasi (Speculative motive) Motif memegang kas atau setara kas untuk memanfaatkan dana yang tidak digunakan atau untuk mencari keuntungan secara cepat dengan memanfaatkan peluang yang tidak diduga. 3. Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive atau Safety Motive) Motif memegang kas atau setara kas untuk melindungi perusahaan dari ketidakmampuan memenuhi kebutuhan akan kas. Motif ini berhubungan dengan ramalan atau proyeksi dari aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Bila ramalan cukup baik maka lebih sedikit kas yang dibutuhkan untuk menjaga keadaan darurat. Kas dibutuhkan lebih banyak jika perusahaan tidak dapat mencari pinjaman dari waktu singkat untuk menutupi kebutuhan kas dengan segera. Motif ini dapat dipenuhi dengan memiliki aktiva yang mudah diuangkan. 2.3.3 Sifat dan Komposisi Kas Kas, harta yang paling likuid adalah media pertukaran baku dan dasar bagi pengukuran dan Akuntansi untuk semua pos lainnya. Agar dapat dilaporkan sebagai kas pos bersangkutan harus siap bersedia untuk pembayaran kewajiban lancar bebas dari setiap ikatan kontraktual yang membatasi penggunaannya dalam pemenuhan utang. Yang termasuk dalam kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke Bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam Bank atau tempat-tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu. Dengan demikian, yang tergolong dalam pengertian kas, antara lain : a. Uang kertas atau logam yang dikeluarkan oleh pemerintah b. Cek yang belum disetorkan c. Simpanan di Bank dalam bentuk Giro d. Surat perintah membayar (money Order) yang setiap waktu dapat ditukarkan dengan uang kepada yang disebutkan dalam surat tersebut.

e. Cashier s check yaitu cek yang dibuat oleh suatu Bank sehingga merupakan surat perintah dari Bank kepada Bank itu sendiri. Bentuk ini telah dikembangkan, dikarenakan cek yang ini lebih terjamin pembayarannya. f. Traveler s check yaitu cek yang dikeluarkan oleh suatu Bank untuk kepentingan orang-orang berpergian atau turis (Traveler) guna membayar hotel dan lain-lain. 2.4 Anggaran Kas Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan baik untuk opersional perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Oleh karena iti diperlukan suatu perencanaan yang matang dan dituangkan dalam bentuk anggaran kas guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Besar kecilnya persediaan kas yang harus dimiliki oleh perusahaan tidak terdapat pada patokan yang tepat tetapi tergantung pada jenis, bentuk atau luas kegiatan perusahaan tersebut. Untuk mengatasi hal itu maka setiap perusahaan perlu membuat anggaran kas. Anggaran kas ditinjau dari segi perputarannya meliputi anggaran kas keluar (cash outflows). Perubahan kas baik yang disebabkan oleh kenaikan maupun penurunan pemasukan dan pengeluaran akan mempengaruhi posisi kas. Penimbangan antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar akan menentukan saldo kas padsa suatu saat. Dengan menyusun anggaran kas akan dapat diketahui kapan perusahaan dalam keadaan surplus kas atau defisit kas. Dengan mengetahui adanya defisit kas maka dapatlah direncanakan sebelumnya penentuan sumber dana yang akan digunakan untuk menutup defisit kas tersebut. Sebaliknya dengan mengetahui adanya surplus kas yang besar, maka dapat direncanakan bagaimana menggunakan kelebihan dana tersebut secara efisien.

2.4.1 Pengertian Anggaran Kas Kas adalah uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan atau disimpan dalam bentuk giro. Kas digunakan untuk membiayai operasional sehari-hari menghadapi hal-hal yang tidak terduga dan memaksimalkan pendapatan bunga dari rekening giro. Berikut ini terdapat beberapa pengertian tentang anggaran kas yang dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi, diantaranya menurut Agus Kana (2003;225) yang mengemukakan: Anggaran kas adalah perencanaan posisi kas untuk jangka waktu tertentu yang terdiri dari dua bagian, yaitu perencanaan penerimaan kas (aliran kas masuk) dan perencanaan pengeluaran kas (aliran kas keluar). Menurut Munandar (1996;331) menyatakan bahwa: Anggaran kas adalah anggaran yang merencanakan secara terperinci tentang jumlah kas beserta perubahannya dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang, baik perubahan kas maupun pengeluaran kas. Berdasarkan dari definisi-definisi di atas ditarik kesimpulan bahwa anggaran kas merupakan rencana terperinci mengenai perputaran kas yang ada dalam perusahaan, yaitu perkiraan serta jumlah uang diterima oleh perusahaan akibat adanya suatu aktivitas pada masa yang akan datang atau estimasi yang berhubungan dengan rencana keuangan perusahaan. Adapun estimasi penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi akan memungkinkan manajemen untuk dapat memperkirakan posisi kas dalam suatu periode anggaran sehingga dapat menentukan: 1. Kebutuhan perencanaan untuk penempatan kelebihan kas yang mungkin terjadi. 2. Kebutuhan pembelanjaan untuk menutupi kekurangan. Sedangkan sumber penerimaan dan pengeluaran kas itu sendiri terdiri dari :

1) Sektor penerimaan kas, yang terdiri dari: - Penjualan tunai - Penagihan Piutang - Penerimaan lainnya seperti penghasilan bunga, sewa, deviden dan sebagainya. 2) Sektor pengeluaran kas, yang terdiri dari: - Pembelian barang - Pembayaran upah tenaga kerja - Pembayaran hutang - Pembayaran administrasi - Pembayaran lain-lain seperti pembayaran biaya penjualan, bunga sewa dan sebagainya. 2.4.2 Kegunaan Penyusunan Anggaran Kas Menurut Munandar (2001;312) kegunaan dari penyusunan anggaran kas adalah sebagai berikut: 1. Secara umum mempunyai tiga kegunaan, yaitu: a. Sebagai pedoman kerja b. Sebagai alat pengkoordinasian kerja c. Sebagai alat pengawasan kerja 2. Secara khusus anggaran kas berguna sebagai dasar untuk penyusunan Master Balance Sheet Budget (Anggaran Induk Neraca) 2.4.3 Tujuan Penyusunan Anggaran Kas Menurut Herawati dan Sunarto (2004;85) tujuan dari penyusunan anggaran kas adalah sebagai berikut: 1. Menentukan posisi kas pada berbagai waktu dengan membandingkan uang kas masuk dengan uang kas keluar. 2. Memperkirakan kemungkinan terjadinya defisit atau surflus.

3. Mempersiapkan keputusan pembelanjaan jangka pendek dan jangka panjang, dimana bila terjadi defisit, perusahaan perlu mencari dana tambahan baru dan sebaliknya bila perusahaan mengalami surplus maka perusahaan harus memilih alternatif penggunaan yang paling menguntungkan. 4. Sebagai dasar kebijakan pemberian kredit. 5. Sebagai dasar otorisasi dana anggaran yang disediakan. 6. Sebagai dasar penilaian terhadap realisasi pengeluaran kas sebenarnya. Dapat disimpulkan bahwa tujuan penyusunan anggaran kas adalah untuk memberikan umpan maju agar dapat memberikan petunjuk kepada setiap manajer untuk mengambil keputusan, serta dapat menilai kemungkinan keadaan kas masuk dan kas keluar perusahaan. 2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Kas Suatu anggaran kas perusahaan yang disusun akan dapat berfungsi dengan baik, syaratnya adalah transaksi-transaksi yang termuat di dalamnya harus akurat. Tujuannya tidak lain agar tidak terlalu jauh berbeda dengan realisasinya nanti. Karena itu untuk dapat melakukan suatu penafsiran secara akurat, maka diperlukan suatu data, informasi, pengalaman dan faktor lainnya. Adapun faktor lain yang harus dipertimbangkan oleh pihak manajemen perusahaan dalam penyusunan anggaran kas adalah: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan kas, terdiri dari: - Anggaran penjualan. - Keadaan persaingan pasar. - Posisi perusahaan dalam persaingan. - Syarat pembayaran dari perusahaan. - Kebijakan pemerintah dalam penagihan utang.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan kas, terdiri dari: - Anggaran pembelian. - Keadaan persaingan supplier bahan mentah di pasar. - Syarat pembayaran dari supplier bahan mentah. - Anggaran upah tenaga kerja langsung. - Anggaran biaya pabrik tidak langsung. - Rencana pengeluaran lainnya. 2.4.5 Metode Penyusunan Anggaran Kas Anggaran yang berlaku pada setiap perusahaan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan kondisi dari tiap-tiap perusahaan tersebut. Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam penyusunan anggaran kas ini adalah dapat memberikan gambaran yang secara mudah dapat dimengerti pola penerimaan kas masuk dan pengeluaran kas yang terjadi. Metode penyusunan anggaran kas antara lain: 1. Metode Langsung Merupakan penyusunan anggaran kas secara langsung dengan memperkirakan elemen masing-masing, baik dalam penerimaan kas maupun dalam hal pengeluaran kas. Dimana, selisih antara penerimaan kas dijumlahkan dengan saldo kas awal periode yang sedang berjalan merupakan saldo akhir yang diperkirakan. Metode ini dipergunakan untuk menyusun anggaran jangka pendek di perusahaan yang arus kasnya berfluktuasi karena aktivitas kerjanya bervariasi dan anggarannya dalam jangka pendek, sehingga pengendaliannya dengan cara membandingkan arus kas dengan pelaksanaannya. 2. Metode Tidak Langsung Metode tidak langsung atau metode laba bersih yang disesuaikan merupakan metode penyusunan anggaran kas dengan melalui pendekatan laba bersih yang dianggarkan sebagai titik tolaknya. Pendekatan bersih yang ditaksir kemudian

dikoreksi dari seluruh transaksi yang tidak berhubungan dengan arus kas, yang nantinya akan menghasilkan suatu surplus atau defisit. Metode ini biasanya dipergunakan untuk perusahaan yang memiliki tingkat atau volume penjualan yang relatif stabil dengan pengeluaran biaya yang relatif tetap dalam hubungannya dengan penjualan. 2.4.6 Prosedur Penyusunan Anggaran Kas Menurut Christina (2001;189) prosedur penyusunan anggaran kas adalah sebagai berikut: 1. Menyusun anggaran penagihan piutang. 2. Menyusun anggaran penerimaan kas, yang biasanya terdiri dari pos penerimaan tunai, penagihan piutang, dan penerimaan lain-lain. 3. Menyusun anggaran pengeluaran kas, umumnya mencakup pos-pos pembelian gedung, pembelian lain-lain, anggaran untuk biaya-biaya dan pengeluaran lain-lain. 4. Menyusun anggaran kas yang sifatnya sementara, artinya bila terdapat saldo kas akhir yang minus atau negatif, maka perusahaan memerlukan pinjaman dari pihak luar dan sebagai konsekuensinya diperlukan pembayaran berupa bunga dan angsuran pokoknya. 5. Memperkirakan pembayaran bunga. 6. Menyusun anggaran kas terakhir. Kemudian menurut Nafarin (2007;313) penyusunan anggaran kas dengan menggunakan pendekatan kas masuk dan kas keluar, adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan anggaran kas masuk a. Kas masuk dari kegiatan operasi bersumber dari penjualan rutin, berupa hasil menjual produk atau jasa tunai dan hasil tagihan dari menjual produk atau jasa secara kredit. Anggaran masuk bersumber dari bunga jasa giro atas pinjaman yang diberikan, dan deviden atas investasi saham

yang diterima, kas masuk dari hasil menjual surat berharga yang diperdagangkan dan pendapatan bunga. b. Kas masuk dari kegiatan investasi seperti, kas diterima dari hasil menjual asset tak lancar, seperti asset tetap berwujud dan asset tetap tidak berwujud, dan surat berharga jangka panjang. c. Kas masuk dari kegiatan pendanaan meliputi, kegiatan untuk memperoleh kas dari kreditor seperti saham disetor. 2. Penyusunan anggaran kas keluar a. Kas keluar untuk kegiatan operasi seperti membayar kepada pemasok untuk produksi atau jasa yang diberikan secara rutin. Kas keluar dari kegiatan operasi adalah : - untuk membayar kepada pemasok, adalah harga pokok produk terjual - untuk membayar beban usaha - untuk membayar beban gaji - untuk membayar beban bunga - untuk membayar beban pajak b. Kas keluar untuk kegiatan investasi, contohnya membayar pinjaman yang diberikan, membeli asset tak lancar. c. Kas keluar untuk kegiatan pendanaan seperti, beli saham, bayar pokok hutang jangka panjang pada kreditor atau bayar deviden. 3. Pengurangan arus kas masuk dengan arus kas keluar Bila arus kas masuk lebih besar dari kas keluar, berarti terjadi surplus. Sebaliknya, bila jumlah kas masuk lebih kecil dari kas keluar berarti terjadi defisit. 4. Penyusunan anggaran kas Untuk menghitung saldo kas akhir yaitu dengan cara :

a. Saldo kas awal + kelebihan kas, atau b. Saldo kas awal kekurangan kas + tambahan pinjaman (angsuran pinjaman + bunga) Jadi penyusunan anggaran kas merupakan suatu proses yang menunjukan dari tahap persiapan yang diperlukan dalam penyusunan anggaran kas yaitu dari penyusunan anggaran penagihan piutang, anggaran penerimaan tunai sampai dengan menyusun anggaran pengeluaran kas seperti pembayaran bunga sehingga dapat disusun anggaran kas akhir yang sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan perusahaan sehingga dapat membantu manajemen dalam mengarahkan seluruh sumber daya yang ada diperusahaan dalam menentukan arah atau aktivitas yang menguntungkan. 2.4.7 Prosedur Pelaksanaan Anggaran Kas Setiap perusahaan memerlukan perencanaan yang tepat dalam menyusun anggaran kas, karena dengan perencanaan yang tepat akan sangat menentukan realisasi/pelaksanaan dari anggaran kas tersebut. Pelaksanaan anggaran kas harus melibatkan semua bagian yang ada, agar setiap bagian dapat melaksanakan kegiatan secara terkoordinasi dan dapat menyelesaikan semua rencana, prosedur, dan program yang tepat pada waktunya. Menurut Sabeni dan Ghozali (1988;74), tahap pelaksanaan anggaran dibagi menjadi dua pokok bahasan, yaitu: a. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Negara 1. Departemen/Lembaga Negara dalam mengelola pendapatan Negara harus memperhatikan pedoman pokok sebagai berikut : 1) Penerimaan anggaran tidak boleh digunakan langsung untuk pengeluaran, tetapi harus disetor dahulu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Departemen/Lembaga Negara, tidak diperkenankan untuk mengadakan pungutan atau tambahan pungutan yang tidak tercakup dalam Anggaran Pendapatan Negara. 3) Departemen/Lembaga Negara menetapkan kebijakan untuk mengadakan pungutan dan atau menentukan besarnya pungutan setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri Negara. 2. Anggaran Pendapatan Negara, melibatkan instansi-instansi pemerintah yaitu: 1) Penerimaan pajak dikelola oleh Departemen Keuangan. 2) Penerimaan nonpajak dikelola oleh semua Departemen/Lembaga Negara yang mempunyai sumber pendapatan. 3. Departemen/Lembaga Negara menunjuk Bendaharawan Penerimaan untuk melaksanakan tugas menagih, menerima, dan menyetor penerimaan. 4. Setelah melaksanakan penagihan, penerimaan uang, dan membukukannya Bendaharawan Penerimaan diwajibkan menyetorkan penerimaan anggaran sepenuhnya kepada Kantor Kas Negara (KKN) atau Bank yang ditunjuk oleh pemerintah b. Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara Pelaksanaan anggaran belanja negara didasarkan pada prinsip hemat, tidak mewah, efisien, dan terarah sesuai dengan rencana program/kegiatan serta fungsi masing-masing Departemen/Lembaga Negara. Tahap-tahap pelaksanaan Anggaran Belanja Negara, yaitu: 1. Departemen/Lembaga Negara dalam mengelola Anggaran Belanja Negara harus memperhatikan pedoman pokok sebagai berikut : 1) Tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan yang mempunyai akibat bagi negara apabila : a. Tidak tersedia dana atau tidak cukup dana dalam Anggaran Belanja Negara.

b. Tidak sesuai dengan tujuan pengeluaran negara. 2) Pengeluaran Anggaran Belanja Negara harus : a. Berdasarkan tanda bukti untuk memperoleh hak pembayaran yang sah. b. Surat Keputusan Otorisasi (SKO). 2. Menteri Keuangan wajib menyediakan dana untuk membiayai Anggaran Belanja Negara dengan rincian sebagai berikut : a. Anggaran Belanja Rutin akan dibiayai dari penerimaan ABR, baik yang dihimpun dalam negeri maupun yang ada diluar negeri. b. Anggaran Belanja Pembangunan akan dibiayai dari tabungan pemerintah (dana pembangunan dalam negeri), dan dana pembangunan yang berasal dari bantuan luar negeri yang disebut Penerimaan Pembangunan. 3. Penyediaan dana untuk masing-masing Departemen/Lembaga diatur dengan melalui DIK, DIP, dan SKO yang penggunaannya sebagai berikut : a. Untuk kegiatan rutin digunakan DIK (Daftar Isian Kegiatan). b. Untuk kegiatan proyek-proyek, digunakan DIP (Daftar Isian Proyek). c. Untuk kegiatan rutin non-dik dan proyek-proyek non-dip dimuat dalam SKO (Surat Keputusan Otorisasi). 4. Untuk menggunakan dana tersebut, semua Departemen/Lembaga Negara harus mengajukan permintaan terlebih dahulu kepada KPN (Kantor Perbendaharaan Negara) dengan cara mengajukan SPP (Surat Permintaan Pembayaran) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan anggaran belanja negara dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Pelaksanaan Anggaran Belanja Rutin Prosedur pelaksanaan Anggaran Belanja Rutin dapat dilakukan setelah tersedia DIK yang telah disyahkan dan pejabat yang ditunjuk sebagai pengelola. Setelah kedua hal tersebut tersedia, barulah diikuti kegiatan rutin yang berupa :

1. Pengeluaran barang/jasa. 2. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran Rutin (SPPR). 3. Penerbitan Surat Perintah Membayar Rutin (SPMR). 4. Pengelolaan Uang Untuk Dipertanggungjawabkan (UUDP) 5. Pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Belanja Rutin (Surat Pertanggungjawaban Rutin). b. Pelaksanaan Anggaran Belanja Pembangunan Pelaksanaan Anggaran Belanja Pembangunan dapat dilakukan setelah tersedia DIP (Daftar Isian Proyek) yang telah disahkan. DIP yang telah disahkan berlaku sebagai Surat Keputusan Otorisasi (SKO). Setelah DIP disahkan, barulah diikuti kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Pengajuan SPP (Surat Permintaan Pembayaran Pembangunan). 2. Penerbitan SPMP (Surat Perintah Membayar Pembangunan). 3. Pelaksanaan Proyek Pembangunan. 4. Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Belanja Pembangunan melalui SPJP (Surat Pertanggungjawaban Pembangunan). 2.4.8. Realisasi Anggaran Kas Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) No. 02 mengatur persyaratan-persyaratan untuk penyajian Laporan Realisasi Anggaran dan pengungkapan informasi yang terkait. Informasi Mengenai Laporan Realisasi Anggaran dapat dilihat lebih lanjut di Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah dibawah ini : PSAP No. 2. Laporan Realisasi Anggaran Pengertian Laporan Realisasi Anggaran :

Adalah laporan yang memberi informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan yang masing-masing di perbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyajikan informasi tentang anggaran SKPD, yang terdiri dari pendapatan dan belanja, dan realisasi atas anggaran tersebut. Informasi ini dapat dianalisis dengan melihat : 1. selisih antara anggaran dan realisasinya; 2. rasio-rasio antar-rekening, misalnya rasio total belanja terhadap total pendapatan, belanja langsung terhadap belanja tidak langsung, belanja langsung terhadap total pendapatan, belanja langsung terhadap PAD, dsb. Selisih antara anggaran dan realisasi disebut variansi (variance). Secara teoritis, untuk pendapatan dan belanja, selisih tersebut bisa nol, positif atau negatif. Pada praktiknya, jarang terjadi selisih nol atau sama antara anggaran dan realisasinya. Untuk pendapatan, biasanya realisasi lebih besar daripada anggarannya (selisih positif), sedangkan untuk belanja biasanya negatif. Selisih positif untuk rekening Pendapatan, khususnya PAD, menunjukkan bahwa realisasi pendapatan melampaui target yang ditetapkan. Biasanya selisih ini diartikan sebagai sebuah prestasi atau kinerja yang baik. Namun, harus dipahami bahwa kemungkinan pencapaian (yang terlalu besar) tersebut diakibatkan karena penetapan target pendapatan terlalu rendah. Jika selisih atau variansi belanja negatif, berarti realisasi atau pengeluaran kas masih berada di bawah anggaran (tidak melampaui anggaran). Selisih negatif ini bisa bermakna banyak, yakni: Efisiensi: Hal ini terjadi jika capaian kinerja atau target output-outcome telah tercapai, sementara dana yang disediakan tidak dihabiskan seluruhnya. Namun, interpretasi seperti ini juga harus dikritisi lebih jauh karena mungkin saja target dinyatakan terlalu rendah dan anggaran dialokasikan terlalu tinggi. Ada kegiatan yang belum selesai dilaksanakan atau dibayarkan. Karena

pekerjaan belum selesai atau belum dilakukan serah terima barang, maka pembayaran belum dilakukan. Hal ini menyebabkan anggaran belanja belum direalisasikan, sehingga di LRA tercantum nilai realisasi belanja yang lebih kecil daripada anggarannya. Ada kegiatan yang tidak jadi dilaksanakan. Beberapa alasan yang menyebabkan suatu kegiatan tidak jadi dilaksanakan adalah: 1. Kesalahan dalam perencanaan; 2. Ketiadaan sumber pendanaan; 3. Keadaan luar biasa/tidak terduga; dan 4. Perubahan kebijakan pemerintah daerah dan pusat. Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan, dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah. LaporanRealisasi Anggaran Berbasis Kas : Pendapatan diakui pada saat diterima pada kas umum negara/daerah, meliputi: a. Pendapatan Perpajakan b. Pendapatan Negara Bukan pajak c. Pendapatan hibah Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum negara, meliputi: a. Belanja Operasi b. Belanja Modal c. Belanja Transfer

Contoh format Laporan Realisasi Anggaran : LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TAHUN XXXX (dalam ribuan) Uraian Anggaran Realisasi % PENDAPATAN Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penerimaan Sumber Daya Alam Penerimaan SSB POLRI Bagian Pemerintah atau Laba BUMN Penerimaan PNBP Lainnya : o Pendapatan Sewa & Jasa o Pendapatan Lain-lain Total Pendapatan BELANJA Belanja Rutin : o Belanja Pegawai o Belanja Barang Non Investasi o Belanja Pemeliharaan o Belanja Perjalanan Dinas o Belanja Operasi Lainnya Belanja Modal : o Belanja Aset Tetap o Belanja Aset Lainnya Total Belanja Sumber : Standar Akuntansi Pemerintah