HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

DEMA YULIANTO, TITIS AWALIA

2014/2015. Disusun oleh : A

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

ARTIKEL PENELITIAN. Disusun Oleh : INA SALAMAH NPM :

PENINGKATAN KREATIVITAS SENI RUPA KOLASE DENGAN MEDIA DAUN PADA ANAK KELOMPOK B TK KEMALA BHAYANGKARI 03 BANYUMANIK SEMARANG

HUBUNGAN KEGIATAN MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) DENGAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK A TK MELATI TONDO KECAMATAN MANTIKULORE

PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN KREATIVITAS SENI MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) PADA ANAK TK AL-KHAIRAAT BOBO KECAMATAN DOLO BARAT

Ni Made Susanti 1 ABSTRAK

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B TK PEMBINA PALU

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

PENGARUH KEGIATANMEWARNAI GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B2 TK BUSTANUL ATHFAL AISYIYAH III PALU

PENGARUH KEGIATAN KOLASE TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TATURA KECAMATAN PALU SELATAN

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS MELALUI TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B DI TK MUTIARA ILMU KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENIRU GARIS PADA ANAK KELAS A TK ABA MERBUNG KLATEN SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014

Mengenalkan Konsep Huruf Dengan Metode Permainan Kartu Huruf Pada Anak

Peningkatan Motorik Halus Melalui Kegiatan Paper Quilling Pada Anak Kelompok B3 Di TK. Darul Falah Cukir Diwek Jombang

Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini di TK Khasanah Islamic Entrepreneur Preschool

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

PENGARUH KEGIATAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK PERMATAKU DESA LENJU KECAMATAN SOJOL UTARA KABUPATEN DONGGALA.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

NASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK DAWUNGAN I MASARAN SRAGEN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI BERMAIN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK A TK DHARMA WANITA KECAMATAN NGASEM KABUPATEN KEDIRI

KATMINI AR. KOESDYANTHO NIM:

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS DAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN ORIGAMI PADA ANAK KELOMPOK B BA AISYIYAH NGALAS II

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MERONCE DENGAN MEDIA MANIK-MANIK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL BROMO MEDAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI SINGING GAME DI KELOMPOK B TK NEGERI PEMBINA DONGGALA

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENARIK GARIS DALAM POLA DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA

KARYA ILMIAH OLEH JUWITA OVITA SARI NPM A1I111014

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik Halus

PENGARUH METODE BERCERITA MENGGUNAKAN BUKU CERITA BERGAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN ANAK BERBICARA DI TK BETHEL KECAMATAN LORE SELATAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TALI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B RA AL-MUHAJIRIN PALU ABSTRAK

PENINGKATAN KREATIVITAS MEWARNAI GAMBAR MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B1 TK NEGERI PEMBINA PALU UTARA

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERCOBAAN SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B2 TK GAMALIEL PALU

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah yang ada di jalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

KARYA ILMIAH. Disusun oleh : NURJULI INDRIANI NPM : A1I111030

BAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menganyam Pada Anak Kelompok A di TK Dharma Bhakti Kepuhrejo Kudu Jombang

MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK KASAR ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK AL-HIDAYAH TALISE PALU UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

PENGARUH METODE KARYAWISATA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO KECAMATAN MANTIKULORE ARTINA 1 ABSTRAK

JURNAL. Oleh: MUIN DWI ASTUTI NPM P. Dibimbing oleh : 1. DEMA YULIANTO, M.Psi. 2. ANIK LESTARININGRUM, M.Pd.

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK ALKHAIRAAT MAKU KEC. DOLO

PENGARUH TEKNIK KOLASE DENGAN BAHAN MANIK-MANIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

Ni Luh Gede Sudewiyani 1 ABSTRAK

METODE PROYEK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DI KELOMPOK B TK DHARMAWANITA LABUAN PANIMBA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

NAMA : ELNI NIM : :

BAB III METODE PENELITIAN

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI TK PKK OTI KECAMATAN SINDUE TOBATA KABUPATEN DONGGALA

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MEDIA BERMAIN FINGER PAINTING DI KELOMPOK A TK AL HIDAYAH TULISKRIYO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK PERTIWI 1

Artikel Publikasi Ilmiah, Diajukan Sebagai salah satu persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PKK KARTINI PADOKAN KIDUL TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL

KARYA ILMIAH. Oleh : SUSIWATI A1/111186

Pengaruh Kegiatan Mozaik Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 4-6 Tahun. Intan Nursayyidah Wahyudi 1, Iman Nurjaman 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

ARTIKEL PENELITIHAN OLEH: PENI REJEKI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

ARTIKEL PENELITIAN. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG-PAUD.

ETIK KURNIAWATI NIM : A53H111070

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DI KELOMPOK A TK PERTIWI DONGGALA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE DENGAN BERBAGAI MEDIA

HUBUNGAN METODE BERCERITA DENGAN KEMAMPUAN ANAK BERBICARA DI KELOMPOK B PAUD MADAMBA PALU

BAB I1 LANDASAN TEORI

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

Transkripsi:

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU RAODATUL MUNAWARA 1 ABSTRAK Masalah dalam tulisan ini adalah apakah ada hubungan kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus. Sehubugan dengan masalah tersebut penelitian bertujuan untuk mengetahui penerapan kegiatan Montase, untuk mengetahui pengembangan motorik halus pada anak, dan untuk mengetahui hubungan kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus anak. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggambarkan keadaan sesungguhnya. Subyek penelitian ini adalah anak didik di Kelompok B1 di TK Alkhairaat Tondo Palu. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kegiatan montase dengan kemampan motorik halus anak, telihat dari peningkatan jumlah anak pada setiap aspek yang diamati dari seiap minggunya. Kekuatan jari jemari dalam menggunting terdapat 3 anak (15%) kategori BSB, ada 6 anak (30%) kategori BSH, ada 7 anak (35%) kategori MB, dan 4 anak (20%) kategori BB. Selanjutnya, ketepatan menempel, terdapat 3 anak (14%) kategori BSB, ada 7 anak (37%) kategori BSB, ada 7 anak (34%) kategori MB, dan ada 3 anak kategori BB, dan pada aspek kesesuaian hasil karya, terdapat 3 anak (13%) kategori BSB, ada 6 anak (32%) kategori BSH, ada 7 anak (34%) kategori MB, dan 4 anak (19%) kategori BB. Kemudian, hasil rekapitulasi hasil penelitian terdapat 15% kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 33% kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 34% kategori Mulai Berkembang, dan ada 18% kategori Belum Berkembang (BB). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan montase ada hubungan antara kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus anak. Kata kunci : Kegiatan Montase, Kemampuan Motorik Halus PENDAHULUAN Berdasarkan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka salah satu bentuk satuan pendidikan dalam kerangka sistem Pendidikan Nasional adalah Taman Kanak-kanak. Menurut Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1990, tentang Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah pada jalur pendidikan formal. 1 Mahasiswa Program Studi PG-PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako. No. Stambuk A 411 11 034 1

Berdasarkan observasi awal di Kelompok B1 Taman Kanak-kanak Alkhairaat Tondo Palu terdapat anak yang mengalami masalah perkembangan motorik halus anak belum berkembang sesui harapan. Sehingga Peneliti memilih kegiatan montase sebagai kegiatan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Bagi anak usia Taman Kanak-kanak kegiatan ini cukup menarik dan menyenangkan karena melalui montase mereka dapat mengungkapkan kegembiraannya dalam suasana bermain kreatif. Menurut Sumanto, (2005:91), menyatakan pendapatnya bahwa: montase adalah suatu kreasi seni aplikasi yang dibuat dari tempelan guntingan gambar atau guntingan foto diatas bidang dasaran gambar. Montase berasal dari bahasa Inggris (montage) artinya menempel. Pada awal kehadirannya dikenal dalam seni fotografi yang kemudian berpengaruh pada cara karya seni dengan menghasilkan kreasi tema-tema baru yang unik. Perkembangan kemampuan anak akan terlihat jika anak dapat menyelesaikan tugas motorik tertentu. Menurut Winda Gunarti, (2010:33), menjelaskan bahwa Kemampuan motorik halus merupakan kemampuan anak untuk melakukan kegiatan yang melibatkan koordinasi antara mata, tangan, dan otot-otot kecil pada jari-jari, pergelangan tangan, lengan yang digunakan untuk aktivitas seni, seperti menggunting, melukis, dan mewarnai. Salah satu kegiatan yang mengembangkan motorik halus adalah kegiatan montase yang di dalamnya terdapat kegiatan menggunting dan menempel. dalam kegiatan menggunting anak menggerak-gerakkan gunting mengikuti alur guntingan kertas merupakan kegiatan efektif untuk mengasah kemampuan motorik halus. Menempel membuat jari jemari anak menjadi lebih terlatih, di TK tersebut pembelajaran untuk mengembangkan motorik halus belum optimal sehingga peneliti ingin memberikan pembelajaran baru yang lebih menyenangkan untuk anak didik yaitu dengan kegiatan montase. Menurut Sunaryo, (2010:59), bahwa: Montase merupakan karya lukisan rekatan yang dibuat dengan cara menyusun guntingan-guntingan gambar sehingga menciptakan kesatuan bentuk yang baru. Dengan demikian untuk membuat montase dibutuhkan sejumlah gambar dari media cetak yang dapat digunting dan ditempel. Adapun media cetak yang dapat digunakan untuk membuat montase antara lain: koran, majalah, buku, tabloid, kalender, dan lain sebagainya. Selanjutnya, menurut Ahmad Susanto (2011:164), mengungkapkan bahwa: Perkembangan kemampuan gerak halus disebut gerakan halus, bila hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dilakukan otot-otot kecil, karena itu tidak begitu memerlukan tenaga. Namun begitu, gerakan halus ini memerlukan koordnasi yang cermat. Contoh gerakan halus, yaitu: 1. Gerakan mengambil sesuatu benda dengan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan. 2

2. Gerakan memasukkan benda kecil ke dalam lubang. 3. Membuat prakarya (menggunting, menempel). 4. Menggambar, mewarnai, menulis, menghapus. 5. Merobek kertas kecil-kecil, meremas-remas busa, dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus anak. Kemampuan motorik halus anak dapat distimulus melalui kegiatan montase yang di dalamnya terdapat beberapa aspek pada perkembambangan motorik halus seperti kekuatan jari jemari dalam menggunting, ketepatan dalam menempel, serta kesesuaian hasil karya. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini dalah penelitian deskriptif, dengan melakukan pengamatan terhadap hubungan kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus anak. Aspek-aspek yang diamati dalam penelitian ini yaitu, kekuatan jari jemari dalam menggunting, ketepatan dalam menempel, dan kesesuaian hasil karya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu kegiatan montase dan kemampuan motorik halus anak. Variabel Y (Motorik Halus) ada berhubungan dengan variable X (Kegiatan Montase) sehingga variabel ini dikatakan terikat, sedangkan pada X (Kegiatan Montase) tidak dipengaruhi oleh variable Y (Motorik Halus), dikatakan variabel bebas. Rumus desain penelitian dari Sujiono, (2009:66) dan dapat digambarkan di bawah ini, sebagai berikut: X Keterangan: X : Kegiatan Montase Y : Motorik Halus : Hubungan Penelitian ini memilih lokasi pada kelompok B1 TK Alkhairaat Tondo Palu. Subyek penelitian yang diambil oleh peneliti berjumlah 20 orang terdiri dari 11 laki-laki dan 9 perempuan. Terdaftar pada Tahun Ajaran 2015-2016. Adapun instrumen yang digunakan yaitu: lembar observasi, pedoman wawancara, rubrik penilaian/pengamatan, dan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan montase. teknik pengumpulan data penelitian ini yaitu, observasi, dokumentasi, dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah secara deskriptif kualitatif dengan rumus persentase, Anas Sudjiono, (1997:40), sebagai berikut: x 100% Y 3

Keterangan : P = Persentase HASIL PENELITIAN f = Jumlah jawaban dari masing-masing alternatif N = Jumlah responden Tabel 1. Rekapitulasi Kekuatan Jari Jemari dalam Menggunting KATEGORI Berkembang Sangat Baik (BSB) Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Mulai Berkembang (MB) Belum Berkembang (BB) PENGAMATAN MINGGU KE- 1 2 3 4 5 6 F % F % F % F % F % F % Rata-Rata (%) 1 5 2 10 2 10 3 15 5 25 5 25 15 3 15 4 20 5 25 7 35 8 40 9 45 30 9 45 8 40 9 45 7 35 5 25 4 20 35 7 35 6 30 4 20 3 15 2 10 2 10 20 Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 100 Sesuai tabel 1 hasil rekapitulasi dari kemampuan motorik halus dalam aspek kekuatan jari jemari dalam menggunting selama enam minggu, terdapat 3 anak (15%) dalam kategori BSB, ada 6 anak (30%) dalam kategori BSH, ada 7 anak (35%) dalam kategori MB, dan 4 anak (20%) dalam kategori BB. Tabel 2. Rekapitulasi Ketepatan dalam Menempel KATEGORI Berkembang Sangat Baik (BSB) Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Mulai Berkembang (MB) Belum Berkembang (BB) PENGAMATAN MINGGU KE- 1 2 3 4 5 6 F % F % F % F % F % F % Rata-Rata (%) 1 5 2 10 3 15 3 15 4 20 4 20 14 5 25 6 30 7 35 7 35 9 45 10 50 37 8 40 7 35 7 35 8 40 6 30 5 25 34 6 30 5 25 3 15 2 10 1 5 1 5 15 Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 100 Sesuai tabel 2 rekapiltulasi dari kemampuan motorik halus dalam aspek ketepatan dalam menempel selama enam minggu, terdapat 3 anak (14%) dalam kategori SBS, ada 7 anak (37%) dalam kategori BSH, ada 7 anak (34%) dalam kategori MB, dan 3 anak (15%) dalam kategori BB. 4

Tabel 3. Rekapitulasi Kesesuaian Hasil Karya KATEGORI PENGAMATAN MINGGU KE- Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 (%) F % F % F % F % F % F % Berkembang Sangat Baik (BSB) 1 5 2 10 3 15 3 15 4 20 4 20 14 Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 4 20 5 25 6 30 8 40 9 45 10 50 35 Mulai Berkembang (MB) 9 45 8 40 7 35 6 30 5 25 4 20 33 Belum Berkembang (BB) 6 30 5 25 4 20 3 15 2 10 2 10 18 Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 100 Sesuai tabel 3 rekapitulasi dari kemampuan motorik halus dalam aspek kesesuaian hasil karya selama enam minggu, terdapat 3 anak (14%) dalam kategori SBS, ada 7 anak (35%) dalam kategori BSH, ada 6 anak (33%) dalam kategori MB, dan 4 anak (18%) dalam kategori BB. Tabel 4. Rekpitulasi Hasil Penelitian Kategori Kegiatan Montase dan Kemampuan Motorik Halus Kekuatan Jari Jemari dalam Menggunting 5 Ketepatan dalam Menempel Kesesuaian Hasil Karya Rata-Rata (%) F % F % F % Berkembang Sangat Baik (BSB) 3 15 3 14 3 14 14 Berkemban Sesuai Harapan (BSH) 6 30 7 37 7 35 34 Mulai Berkembang (MB) 7 35 7 34 6 33 34 Belum Berkembang (BB) 4 20 3 15 4 18 18 Jumlah 20 100 20 100 20 100 100 Berdasarkan dari tabel 4 rekapitulasi hasil penelitian dapat diketahui dari 20 anak didik yang menjadi subjek penelitian pada aspek yang diamati dalam kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus anak, dalam aspek kekuatan jari jemari dalam menggunting, terdapat 3 anak (15%) dalam kategori BSB, ada 6 anak (30%) dalam kategori BSH, ada 7 anak (35%) dalam kategori MB, ada 4 anak (20%) dalam kategori BB. Selanjutnya, dari aspek ketepatan dalam menempel, terdapat 3 anak (14%) dalam kategori BSB, ada 7 anak (37%) dalam kategori BSH, ada 7 anak (34%) dalam kategori MB, ada 3 anak (15%) dalam kategori BB. Sedangkan dari aspek kesesuaian hasil karya montase,

terdapat 3 anak (14%) dalam kategori BSB, ada 7 anak (35%) dalam kategori BSH, ada 6 anak (33%) dalam kategori MB, dan 4 anak (18%) dalam kategori BB. Kemudian, secara keseluruhan rekapitulasi hasil penelitian terdapat 14% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 34% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 34% dalam kategori Mulai Berkembang, dan ada 18% dalam kategori Belum Berkembang (BB). PEMBAHASAN Untuk bagian ini akan membahas tentang penelitian kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus anak, dan hubungan kegiatan motase dengan kemampuan motorik halus anak, serta hasil penelitian yang dilakukan pada anak, untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, dikaitkan dengan tiga aspek yang diamati, yang pertama aspek kekuatan jari jemari dalam menggunting, yang kedua aspek ketepatan dalam menempel, dan yang ketiga aspek kesesuaian hasil karya montase berikut ini penjelasan: 1. Penerapan Kegiatan Montase Kegiatan montase sangat menarik dan menyenangkan bagi anak karena anak menyukai gambar yang bervariasi dan kegiatan menggunting serta menempel. Melalui kegiatan montase anak melatih dalam menggunakan gunting dan menempel gambar dengan rapi pada kertas yang telah disediakan, serta anak dapat berkreasi dengan cara menempelkan gambar sesuai keinginan. Dalam kegiatan menggunting anak akan menggerak-gerakkan gunting. Sehingga ada hubungan antara kegiatan montase terhadap kemampuan motorik halus karena dengan kegiatan montase anak dapat melatih kemampuan motorik halus. Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus anak, yang ditandai dengan bertambahnya jumlah anak dalam setiap kategori penilaian pada setiap minggunya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian berhasil dengan baik. Diperkuat juga oleh Susanto dalam Syakir dan Vera, (2012:264), sebagai berikut: Montase merupakan sebuah karya yang dibuat dengan cara memotong objek-obejk gambar dari berbagai sumber kemudian ditempelkan pada satu bidang sehingga menjadi satu kesatuan karya dan tema. Karya montase sangat identik dengan guntingan gambar atau biasa juga disebut sebagai karya gunting tempel (cut and paste). Karya montase dihasilkan dari mengkombinasikan beberapa gambar yang sudah jadi dengan gambar yang lainnya menjadi satu-kesatuan yang utuh. 6

Penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa adanya hubungan kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus anak, yang ditandai dengan bertambahnya jumlah anak dalam setiap kategori penilaian pada setiap minggunya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian berhasil dengan baik. 2. Kemampuan Motorik Halus Pada bagian ini akan menjelaskan tentang perubahan perilaku anak dari kemampuan motorik halus dengan tiga aspek serta masing-masing kategori yang telah diamati peneliti selama penelitian. Dalam kemampuan motorik halus anak terkait dengan kegiatan montase, dapat dilihat dari pencapaian hasil yang berbeda-beda pada setiap anak. Kemampuan motorik halus dapat meningkat dan semakin baik jika dilatih dengan kegiatan-kegitan yang dapat menstimulus kemampuan motorik anak. Penjelasan di atas diperkuat oleh pendapat Bambang Sujiono dkk, (2011:1.14), yaitu: Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti kemampuan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak, membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menggambar, mewarnai, serta menganyam. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama. Selanjutnya, Sumantri (2005:143), bahwa Motorik Halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. Penelitian yang dilakukan peneliti untuk mengetahui hubungan antara kemampuan motorik halus anak dengan kegiatan montase, dikatakan berhasil karena ditandai dengan adanya perubahan dan bertambahnya jumlah anak dalam setiap kategori penilaian dari setiap minggunya. Oleh karena itu, ada hubungan yang erat antara kemampuan motorik halus anak dengan kegiatan montase. a. Kekuatan Jari Jemari dalam Menggunting Aspek pertama yang diamati peneliti dalam penelitian ini adalah aspek kekuatan jari jemari dalam menggunting pada kegiatan montase. Dari hasil pengamatan selama enam minggu penelitian berlangsung serta rekapitulasi hasil pengamatan, menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus anak dalam aspek kemampuan jari jemari. 7

Kegiatan menggunting membantu perkembangan motorik, latihan keterampilan, sikap, dan apresiatif bagi anak. Keterampilan yang akan didapat oleh anak antara lain; keterampilan mengoperasikan alat gunting untuk memotong kertas, keterampilan memotong di tempat yang benar, kecermatan mana yang harus dipotong dan mana yang tidak boleh dipotong, dan ketahanan mengerjakan memotong dengan waktu yang relatif lama bagi anak. Gambar yang akan digunting oleh anak sudah mempunyai batas yang telah dirancang oleh penggambar. Yaitu garis yang membatasi gambar atau kontur bidang. Kegiatan menggunting dapat dilakukan dengan cara menggunting di luar objek gambar, agar tidak merusak gambar. Penjelasan di atas diperkuat juga oleh, Sumantri, (2005:152), sebagai berikut: Menggunting adalah memotong berbagai aneka kertas atau bahan-bahan lain dengan mengikuti alur, garis atau bentuk-bentuk tertentu merupakan salah satu kegiatan yang mengembangkan motorik halus anak. Koordinasi mata dan tangan dapat berkembang melalui kegiatan menggunting. Saat menggunting jari jemari anak akan bergerak mengikuti pola bentuk yang digunting. Kemudian, diperkuat juga oleh Suratno, (2005:126), menyatakan bahwa, Kegiatan menggunting membutuhkan keterampilan menggerakkan otot-otot tangan dan jari-jari untuk berkoordinasi dalam menggunting sehingga bisa memotong kertas, kain atau yang lain sesuai yang diinginkan; seperti menggunting yang berpola, menggunting dan melipat untuk membentuk gambar, membentuk pola ataupun yang lain. Selanjutnya, anak dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) adalah jika anak dapat mengunting lebih dari 8 gambar montase. Selanjutnya, anak dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) adalah anak yang dapat menggunting 5-8 gambar montase. Sedangkan, anak dengan kategori Mulai Berkembang (MB) adalah jika anak dapat menggunting 1-4 gambar montase, dan anak dengan kategori Belum Berkembang (BB) adalah anak yang belum dapat menggunting gambar montase. Berdasarkan rekapitulasi hasil pengamatan dari 20 anak, pada aspek kemampuan jari jemari mulai dari minggu pertama hingga minggu keenam, terdapat 3 anak (15%) dalam kategori BSB, ada 6 anak (30%) dalam kategori BSH, ada 7 anak (35%) dalam kategori MB, dan 4 anak (20%) dalam kategori BB. Selanjutnya, gambaran perilaku anak dengan kategori BSB, menunjukkan keaktifan dalam mengerjakan tugas dalam membuat karya montasenya, dan lebih cepat dan rapi saat menggunting sesuai bentuk pola gambar. Untuk gambaran perilaku anak dengan kategori BSH, cenderung anak mampu menggunting dengan rapi sesuai bentuk pola gambar montase meskipun belum cepat, tetapi bisa membuat karya montase. 8

Selanjutnya, gambaran perilaku yang ditunjukkan anak dengan kategori MB, anak cenderung lambat dan berhati-hati saat menggunting gambar montasenya, dan masih perlu bimbingan serta arahan guru saat menggunting gambar. Untuk gambaran perilaku anak dengan kategori BB, adalah anak yang belum mampu menggunting, terlihat kaku dan belum tepat saat memegang gunting. Dan bahkan anak yang belum mau menggunting dan menyentuh gambar serta gunting untuk melakukan karya montase. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus anak dari aspek kekuatan jari jemari dalam menggunting memiliki hubungan dengan kemampuan motorik halus anak. b. Ketepatan dalam Menempel Selanjutnya, aspek kedua yang akan diamati pada penelitian ini adalah aspek kelenturan jari jemari. Dalam hal ini, ketika anak dapat menunjukkan ketepatan dalam menempel gambar montase, cenderung tidak kaku saat melakukan aktivitas mengambil suatu benda memegang, maupun aktivitas motorik halus lainnya. Menempel yang berasal dari kata Tempel yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tempel adalah meletakkan sesuatu pada dinding dan sebagainya. Menempel merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak. Kegiatan menempel adalah salah satu kegiatan yang menarik minat anak-anak karena berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan sesuatu seuai keinginan anak. Penjelasan di atas diperkuat juga oleh, Andang Ismail, (2005:232 ), Menempel adalah aktivitas menyusun benda-benda dan potongan-potongan kertas dan sebagainya, yang ditempelkan pada bidang datar dan merupakan kesatuan karya seni. Hal ini dapat dilihat dari rekapitulasi hasil pengamatan dari 20 anak, pada aspek ketepatan dalam menempel dimulai dari minggu pertama hingga minggu keenam, terdapat 3 anak (14%) dalam kategori BSB, ada 7 anak (37%) dalam kategori BSB, ada 7 anak (34%) dalam kategori MB, dan ada 3 (15%) anak dalam kategori BB. Untuk ketepatan dalam menempel dapat dilihat dari beberapa kategori, yaitu anak dengan BSB, jika anak sudah dapat menempel lebih dari 8 gambar montase dengan tepat dan tidak kaku. Selanjutnya, anak dengan kategori BSH, jika anak sudah dapat menempel 5-8 gambar montase dengan tepat dan tidak kaku. Kemudian, anak dengan kategori MB, jika anak sudah dapat menempel 1-4 gambar montase dengan tepat dan tidak kaku. Sedangkan, anak dengan kategori BB, jika anak belum dapat menempel gambar montase. Selanjutnya, gambaran perilaku anak dengan kategori BSB, menunjukkan keakftifan saat menempel gambar montasenya, lebih cepat dan rapi saat menempel. Untuk gambaran 9

perilaku anak dengan kategori BSH, anak cenderung teliti saat menempel gambar montase, dan posisi gambar yang ditempel tepat, tidak miring, serta penggunaan lem tidak berlebihan. Selanjutnya, gambaran perilaku yang ditunjukkan anak dengan kategori MB, anak cenderung menempel gambar masih lambat, dan posisi gambar yang ditempel belum tepat dan miring. Sedangkan, gambaran perilaku dengan kategori BB, anak belum mampu menempel, terlihat kotor akibat penggunaan lem yang berlebihan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus anak dari aspek ketepatan dalam menempel memiliki hubungan dengan kemampuan motorik halus anak. c. Kesesuaian Hasil Karya Pada bagian ini akan dijelaskan aspek yang terakhir yang diamati peneliti dalam penelitian ini adalah aspek Kesesuaian Hasil Karya. Melalui hasil karya dapat dilihat peningkatan kemampuan anak dari setiap minggunya. Dalam hal ini diharapkan anak dapat menghasilkan hasil karya sesuai dengan tema yang ditentukan. Dalam kamus besar Indonesia (2007:754), Montase adalah komposisi gambar dihasilkan dari mengomposisikan beberapa gambar yang sudah jadi dengan gambar yang sudah jadi lainnya. Penjelasan di atas diperkuat ole pendapat Sunaryo, (2010:59), yang menyatakant bahwa: montase merupakan karya lukisan rekatan yang dibuat dengan cara menyusun guntingan-guntingan gambar sehingga menciptakan kesatuan bentuk yang baru. Dengan demikian untuk membuat montase dibutuhkan sejumlah gambar dari media cetak yang dapat digunting dan ditempel. Adapun media cetak yang dapat digunakan untuk membuat montase antara lain: koran, majalah, buku, tabloid, kalender, dan lain sebagainya. Selanjutnya, penilaian pada aspek kesesuaian hasil karya montase. kesesuaian hasil karya dengan kategori BSB adalah jika hasil karya yang dibuat anak rapi dan bersih, letak komposisi gambar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sehingga menjadi sebuah tema, serta menyelesaikan tepat waktu. Untuk anak dengan kategori BSH adalah jika hasil karya anak rapi dan bersih, letak komposisi gambar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sehingga menjadi sebuah tema, namun tidak tepat waktu. Selanjutnya, anak dengan kategori MB, jika hasil karya yang dibuat anak tidak rapi, serta letak komposisi gambar tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, namun menyesaikan tepat waktu. Sedangkan, anak dengan kategori BB, jika anak belum membuat karya montase. Selanjutnya, gambaran perilaku anak dengan kategori BSB, menunjukkan keseriusan saat membuat karya montase gambar, serta menempelkan komposisi gambar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sehingga menghasilkan gambar montase yang rapi dan bersih. 10

Sedangkan, gambaran perilaku anak dengan kategori BSH, anak menunjukkan sikap hati-hati saat membuat karya montase, sehingga anak tidak dapat menyesaikan tepat waktu. Untuk gambaran perilaku anak dengan kategori MB, anak cenderung masih bertanya pada guru dan masih butuh bimbingan guru, dan melihat karya dari teman disampingnya. Sedangkan, gambaran perilaku anak dengan kategori BB, anak belum bisa terfokus, serta belum dapat membuat karya montase. Berdasarkan rekapitulasi hasil pengamatan dari 20 anak, pada aspek kesesuaian hasil karya mulai dari minggu pertama hingga minggu keenam, terdapat 3 anak (13%) dalam kategori BSB, ada 7 anak (35%) dalam kategori BSH, ada 6 anak (33%) dalam kategori MB, dan 4 anak (18%) dalam kategori BB. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus anak dari aspek kesesuaian hasil karya memiliki hubugan yang erat dengan kegiatan montase, karena pada kegiatan montase ini anak melakukan kegiatan menggunting dan menempel. 3. Hubungan Kegiatan Montase dengan Kemampuan Motorik Halus Salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak adalah kegiatan montase. Melalui kegiatan montase anak menikmati suasana menggunting dan menempel gambar, serta dapat berkreasi dan berkarya. Saat berkarya montase memerlukan kemampuan jari jemari serta koordinasi mata dan tangan saat menggunting dan menempel gambar. Kelenturan jari jemari dan gerakan-gerakan otot-otot kecil dapat dikembangkan juga dengan kegiatan montase ini. Melalui berkarya anak juga dapat mengeksplorasi kemampuannya, serta dapat mengembangkan daya imajinasi, daya khayal, sikap cekatan, telaten dan kreatif. Bagi anak kegiatan ini cukup menarik karena melalui berkarya mereka dapat mengungkapkan kegembiraannya dalam suasana bermain kreatif. Dalam kegiatan montase terdapat dua jenis kegiatan yaitu kegiatan menggunting dan menempel. Berdasarkan pengamatan yang diamati peneliti dalam penelitian ini kemampuan motorik halus anak ada peningkatan jumlah anak dilihat dari penyelesaian tugas pada tiap minggunya dalam setiap kategori penilaian. Selanjutnya, dari hasil pengamatan peneliti dalam penelitian ini berdasarkan tabel 4.22, diketahui bahwa dari 20 anak didik yang menjadi subjek penelitian pada semua kategori aspek yang diamati dalam kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus anak, terdapat 14% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 34% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 34% dalam kategori Mulai Berkembang (MB), dan ada 18% dalam kategori Belum Berkembang (BB). 11

Berdasarkan hasil dan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang erat antara kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus anak di Kelompok B1 TK Alkhairaat Tondo Palu. KESIMPULAN DAN SARAN Secara umum, hubungan antara kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus anak di Kelompok B1 TK Alkhairaat Tondo Palu, dapat disimpulkan, sebagai berikut: 1. Kegiatan montase yang dilaksanakan dalam penelitian ini menggunakan gambar yang sudah ada. Saat melakukan kegiatan montase, pada minggu pertama terlihat masih banyak anak yang masih kaku dalam menggunakan gunting, saat menempel, lambat dalam menggunting dan menempel gambar, serta belum mampu membuat karya montase. Kemudian pada minggu kedua hingga minggu keenam terlihat kemajuan anak dalam membuat karya montase. 2. Kemampuan motorik halus anak semakin berkembang dari minggu pertama hingga minggu keenam. Selain itu, ada tiga aspek yang diamati dalam kemampuan motorik halus anak, yaitu aspek kekuatan jari jemari dalam menggunting, aspek ketepatan dalam menempel, serta aspek kesesuaian hasil karya dalam menggunting dan menempel dari minggu kedua hingga minggu keenam. 3. Terbukti ada hubungan antara kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus anak di Kelompok B1 TK Alkhairaat Tondo Palu, terlihat dari ada peningkatan jumlah anak pada setiap aspek yang diamati. Adapun beberapa saran dalam penelitian ini, sebagai berikut untuk: 1. Anak, hendaknya memotivasi anak untuk lebih mengasah bakat atau kemampuan motorik halusnya. Khususnya dengan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kemampuan motorik halusnya, terutama pada kegiatan montase. 2. Guru Kelompok B1 TK Alkhairaat Tondo Palu, disarankan agar berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan bimbingan serta motivasi pada anak didik agar mampu mengekspresikan diri, berkreasi dan berkarya, dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni, menciptakan suasana yang menyenangkan pada kegiatan montase agar anak tidak bosan. 3. Kepala TK, dapat memberikan dukungan kepada pendidik sebagai pihak yang berpengaruh untuk mengembangkan dan mengevaluasi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran agar menciptakan strategi pembelajaran sehingga anak tidak bosan dalam proses pembelajaran. 12

4. Peneliti Lain, untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam merancang penelitian yang sama atau berbeda. 5. Peneliti, dapat mengembangkan pengetahuan untuk menjadi semakin baik lagi, dan mengembangkan kemampuan dalam meneliti serta mendapat pengalaman. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjiono, Anas. (2003). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sujiono, Bambang dkk. (2011). Metode Pengembangan Fisik (eleven ted.). Jakarta: Universitas Terbuka. Sumanto. (2005). Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Tk. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Susanto, A. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Cet. 1 Jakarta: Kencana. Gunarti, W., dkk. (2010). Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Sumantri, (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini, Jakarta: MENDIKNAS. Sunaryo, A. (2010). Bahan Ajar Seni Rupa Handout. Jurusan Seni Rupa UNNES. Suratno. (2005). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Muharrar, Syakir dan Verayanti, Sri, (2012), Kreasi Kolase, Montase, Mozaik Sederhana, Semarang: Erlangga Group. 13