Keywords: Worship, Ida Bhatara Ratu Gede

dokumen-dokumen yang mirip
RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG

DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

(Perspektif Teologi Hindu)

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 62

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19

SEMIOTIKA KOMUNIKASI DALAM TAPAKAN NAWA SANGGA DI PURA LUHUR PUCAK KEMBAR DESAPAKRAMAN PACUNG KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 123

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 73

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BANTEN PIODALAN ALIT PURA AGUNG GIRI KERTHA BHUWANA SANISCARA UMANIS WATUGUNUNG ( SARASWATI )

LANDASAN PENDIDIKAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA NI WAYAN RIA LESTARI NIM :

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN

Implikasi Kondisi Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Oleh:

CARUT MARUT KURIKULUM DI INDONESIA BERSUMBER DARI DISTORSI LANDASAN PENDIDIKAN. Oleh : I Made Bagus Andi Purnomo NIM :

PEMARGI MELASTI LINGGIH IDA BHATARA RING PURA PUSEH

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

Oleh Ni Komang Sri Adnyani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA

EKSISTENSI PELINGGIH GAJAH MINA DI PURA DALEM PENATARAN PED DI DUSUN NUSASAKTI DESA NUSASARI KECAMATAN MELAYA JEMBARANA

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

UNIVERSITAS UDAYANA NI MADE ARIEK ASRI ARYANTI

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu)

EKSISTENSI PURA LUHUR TAMBAWARAS DI DESA SANGKETAN KECAMATAN PENEBEL KABUPATEN TABANAN

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

Oleh Pande Wayan Setiawati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

Pendidikan Anak Usia Dini (Kesenjangan Kurikulum dan Penyelenggaraan) (Kadek Widiastuti/ )

PENATAAN LINGKUNGAN PURA MUNCAK SARI DESA SANGKETAN, PENEBEL, TABANAN ABSTRAK ABSTRACT

UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

TRANSFORMASI NILAI RELIGIUSITAS DAN ESTETIKA DALAM PEMENTASAN BARONG DAN RANGDA DI DESA MOTI. I Nyoman Suparman * ABSTRAK

TRADISI NYAAGANG DI LEBUH PADA HARI RAYA KUNINGAN DI DESA GUNAKSA KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

IMPLEMENTASI AJARAN ATHARVAVEDA

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERPUSTAKAAN SEKOLAH SD NO.2 KUTUH KUTA SELATAN DALAM MENUNJANG KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TUGAS AKHIR

Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

ABSTRAK. Program Destinasi Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. A. Nama : I Komang Agus Sugiarta B. Judul : RESPON MASYARAKAT DAN

WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

Peran Pendidikan Dalam Mengatasi Moralitas

TANGGUNGG JAWAB PERUSAHAAN TERHADAP PEKERJA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA CV. SINAR KAWI DI TAMPAKSIRING GIANYAR

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

PERUBAHAN DAN KONTINYUITAS TRADISI BUDAYA BALI OLEH KOMUNITAS ORANG-ORANG BALI YANG TINGGAL DI SURAKARTA

SKRIPSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PELAKSANAAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDIRI I TABANAN

STRATEGI PENGEMBANGAN SUBAK PACEKAN SEBAGAI DAYA TARIK EKOWISATA DI DESA PAKRAMAN KEDEWATAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR

SKRIPSI MEPAJAR: SEBUAH PERTUNJUKAN TARI SAKRAL DI DESA ADAT KEDONGANAN KABUPATEN BADUNG OLEH: I MADE LAKSAMANA PUTRA NIM:

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010

SASOLAHAN SANGHYANG DELING

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPACARA AQIQAH MASYARAKAT BANJAR

Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan

PENGADAAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS WARMADEWA LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : NI PUTU DEWI GARDINA RAHAYU

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI

PENERAPAN AJARAN TRI KAYA PARISUDHA

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

ARTIKEL KARYA SENI NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI SANGHYANG PENYALIN DI SANGGAR KERTHI BHUANA SARI PANCASARI BULELENG. Oleh : LUH PUTU AYU KARUNI

MUTU PENDIDIKAN DAN UPAYA PENINGKATANNYA

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

Teks Mitos Tapakan Barong Bhatara Sakti Nawa Sanga di Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari: Analisis Struktur dan Fungsi

RITUAL PENGLUKATAN PADA HARI TUMPEK WAYANG DI DESA PAKRAMAN BANJARANGKAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu)

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

Lembar Pengesahan. Tesis Ini Telah Disetujui PadaTanggal...

ARTIKEL JUDUL PURA PANYAGJAGAN DI DESA PAKRAMAN CATUR, KINTAMANI, BANGLI, BALI

Transkripsi:

PEMUJAAN IDA BHATARA RATU GEDE DI PURA JATI DESA PAKRAMAN KERANJANGAN DESA MANUKAYA KECAMATAN TAMPAKSIRING Oleh Ida Ayu Laksmi Umaningrum, I Made Dwitayasa, I Nyoman Piartha Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar e-mail: dayulaksmi21.gs@gmail.com Abstract Pura Jati, located in Pakraman Keranjangan Village, Manukaya Village, Tampaksiring District, Gianyar Regency has a belief in the form of a barong that is maparab Ida Bhatara Ratu Gede which is believed to be a form of manifestation of Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Where Ida Bhatara Ratu Gede is worshiped at Pura Jati Desa Pakraman The extension is in its manifestation has some uniqueness on the part of his body which is slightly different from barong ket ket / ketet other. As well as in worship is believed to have several functions for the welfare of society. This research uses the type of qualitative approach, research approach used is the philosophical approach of the divinity is brahma jnana. Types of data used are qualitative data, data sources are primary data and secondary data. The instrument of this research is the researchers themselves who are supported by the tools in the interviews such as cameras and voice recorders. Determination technique of informant use purposive sampling technique with technique of non random sampling. Data collection techniques in this study was conducted through observation techniques conducted in the field, derived from interviews conducted with the informants, and supported by documentation techniques all presented in the presentation of data analysis. The results of the research that has been done, namely the form and worship of Ida Bhatara Ratu Gede, where the worship is done starting every five days at pliwon kliwon, on piodalan he held every six months that is on saniscara kliwon wuku krulut, On Galungan Day during 45 days until the day of his piodalan on tump krulut. The function of Ida Bhatara Ratu Gede worship here is as a function of treatment where the media used in the form of oil and tirtha. The function of rwa bhineda is where in his worship there is a rangda that accompanies him in each staging candidate. A protection function, which is niskala he is believed to always protect his people from harm. The function of surrender, where everyone who has resigned to the suffering of his illness surrender his fate completely to Ida Bhatara queen Gede.serta in worship has philosophical values, religion, divinity and social values for the life of society. Keywords: Worship, Ida Bhatara Ratu Gede I. PENDAHULUAN Pura jati yang terletak di Desa Pakraman Keranjangan, Desa Manukaya kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar sebelumnya merupakan Pura yang hanya berfungsi sebagai Pura penyungsungan jagatdesa Pakraman Keranjangan di Pura Jati terdapat pemujaan kepada salah satu manifestasi daripada Ida Sang Hyang Widhi wasa dalam wujud Barong dan Rangda yang sangat di sakralkan oleh masyarakat setempat. Barong yang dipuja di Pura Jati maparab Ida Bhatara Ratu Gede. Ida Bhatara Ratu Gede sangat diyakini oleh masyarakat JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 57

sekitar bahwa ada sesuatu kekuatan atau kekuasaan yang berstana di dalam wujud tersebut dan merupakan tempat Berstananya Ida Bhatara Ring Pura Jati, Pura Alas Sari, Pura Semut, Pura Pengejaran, Pura Belaan, Keberadaan Ida Bhatara Ratu Gede di Pura Jati diyakini mampu melindungi masyarakat dari kekuatan negatif dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Perbedaan Ida Bhatara Ratu Gede di Pura Jati dengan barong-barong yang lainnya yaitu adanya tongkat yang dibawa ketika Beliau Lunga/melancaran. (2) mata serta ekor Beliau tidak seperti barong lainnya, (3) pergantian busana daripada Ida Bhatara Ratu Gede selalu harus seserodan daripada Ida Bhatara Ratu Mas yang terdapat di Pura Tirta Empul desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring. Selain itu dalam pemujaan kepada Ida Bhatara Ratu Gede diyakini memiliki beberapa fungsi yaitu: 1)berfungsi sebagai media pengobatan, 2)fungsi Rwa Bhineda, 3)fungsi perlindungan, dan 4)fungsi penyerahan diri. II. PEMBAHASAN 2.1. Bentuk Pemujaan Ida Bhatara Ratu Gede 1. Bentuk Ida Bhatara Ratu Gede Bentuk pemujaan Ida Bhatara ratu Gede di Pura Jati Desa Pakraman Keranjangan, Desa Manukaya, Kecamatan tampaksiring, Kabupaten Gianyar yakni Ida Bhatara Ratu Gede disini ialah berupa barong ket pada umumnya dengan keunikan-keunikan yang dimilikinya seperti bentuk mata serta ekor beliau terlihat berbeda dari beberapa barong sesuhunan yang ada. Dan barong ket tersebut pada akhirnya difungsikan sebagai media dalam pemujaan kepada ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya dan diberikan nama ida Bhatara Ratu Gede, serta diyakini ada tujuh manifestasi daripada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang bersthana pada perwujudan tersebut. 2. Sarana Pemujaan Ida Bhatara Ratu Gede Sarana ritual dalam pemujaan Ida Bhatara Ratu Gede disini dilakukan setiap lima hari sekali, serta setiap piodalan daripada Ida Bhatara Ratu Gede, dimana setiap nemu pancawara kliwon selalu melakukan persembahan kepada Ida Bhatara Ratu Gede berupa rayunan ajuman putih kuning yang berjumlah enam tanding dan ditambah dengan satu tanding rayunan palagantung yang berisi lima macam buah-buahan yang terdiri dari pisang mas Bali, jambu biji, jeruk, salak, dan mangga. Jadi jumlah rayunan tersebut adalah tujuh tanding, dimana penguntab daripada ke-enam tanding rayunan ajuman putih kuning tersebut yaitu untuk Ida Bhatara di Pura Tirta Empul, Pura Pengejaran, Pura Semut, Pura Alas Sari, Pura Gunung Agung serta Ida Bhatara di Pura Jati Batur, sedangkan satu tanding rayunan palagantung tersebut nguntab Ida bhatara di Pura Belahan. Selain itu ditambah dengan segehan manca warna yang berjumlah 66. 3. Pemimpin Upacara Pemujaan Pemimpin atau pemuput upacara pada setiap piodalan maupun pada setiap ritual pemujaan kepada Ida Bhatara Ratu Gede selalu dilakukan oleh pemangku yaitu Jero Mangku Miasa yang tak lain adalah pemangku di Pura Jati. Namun, Jika upacaranya bersifat utama dan sangat besar serta menggunakan banten catur maka biasanya upacara piodalan Ida Bhatara ratu Gede dipuput oleh seorang sulinggih/pedanda. 2.2. Fungsi Keberadaan dan Pemujaan Ida Bhatara Ratu Gede 1. Fungsi Pengobatan Dalam hal ini, Ida Bhatara Ratu Gede yang dipuja atau disungsung di Pura Jati diyakini oleh masyarakat bahwa beliau mampu memberikan obat/tamba bagi seseorang yang menderita sakit secara non medis. Dimana Ida Bhatara Ratu Gede dalam fungsinya JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 58

memberikan pengobatan, menggunakan media pengobatan berupa air atau tirtha serta minyak yang memang berasal dari beliau, dimana minyak tersebut didapatkan Pada saat piodalan di Pura Jati pada hari tumpek landep sekitar tahun 2001 ketika akan melaksanakan upacara mesineb pada anggara pon ukir, terdapat kelapa yang akan digunakan untuk pranian tajen yang akan digunakan untuk ngemargiang upacara pesineban diletakan di bale penganteb, dan ketika Jero Mangku Mulai ngaturan piuning akan ngeluur tiba-tiba kelapa yang akan digunakan untuk pranian tajen tersebut meledak dan terbelah menjadi dua bagian, yang satu jatuh ke tanah dan yang satunya lagi terpental ke atas bale penganteb. ketika belahan kelapa yang terpental ke atas tadi jatuh, didalamnya terdapat minyak dengan tiga warna yaitu hitam, putih dan merah. Ketika minyak ditunas dan dipindahkan kedalam satu gelas, minyak tersebut tidak tercampur, namun yang merah berada paling bawah, yang hitam ditengah serta yang putih berada paling atas. dimana minyak yang terdiri dari tiga warna tersebut dibagi menjadi tiga fungsi, yang pertama adalah yang berwarna merah (kewit) merupakan minyak yang digunakan atau kembali digunakan menjadi pratima, yang berwarna hitam merupakan paica pengenteg, dan yang merah merupakan paica yang akan digunakan sebagai jatu dalam metetamban, dimana karena pica minyak tersebut tidak banyak, maka harus dibuatkan minyak kelapa dari sembilan jenis kelapa atau siya warna, lalu setelah itu barulah dicampurkan dengan sedikit minyak pica tadi. 2. Fungsi Perlindungan Fungsi daripada pelungan Ida Bhatara Ratu Gede mesuaran/melancaran yaitu diyakini kalau beliau ingin sesekali mesuaran nyuryanin panjak-panjak Ida, serta melindungi panjank-panjak juga jagat Ida secara niskala dan dijauhkan dari sengkala/mala, melindungi semua masyarakat dan segala duen Ida. Maka tidak jarang jika pada saat beliau lunga ketika ada rambut bagu Ratu Gede yang jatuh lalu diambil atau ditunas oleh panjak Ida dan digunakan sebagai gelang atau menyematkannya pada telinganya, hal tersebut diyakini dapat menangkal segala marabahaya. Disini dapat dikatakan bagaimana fungsi daripada Ida Bhatara Ratu Gede sebagai media perlindungan bagi masyarakat. 3. Fungsi Penyerahan Diri pemujaan atau keberadaan Ida Bhatara Ratu Gede yaitu sebagai media penyerahan diri, dimana dalam hal ini maksudnya adalah merupakan jalan untuk menentukan keputusan terakhir. Jika seseorang mengalami sakit yang begitu parah, misalnya sudah tua dan sakitnya terlalu parah sehingga keluarga disekitarnya merasa tidak tega jika melihat orang yang sakit tersebut sangat menderita karena sakitnya itu, dengan demikian jalan terakhir yang ditempuh ialah dengan cara memohon penyerahan diri kepada Ida Bhatara Ratu Gede, jika memang seseorang atau panjak Ida yang menderita sakit yang sangat parah tersebut bisa sembuh kembali, maka dimohonkan agar segera sembuh dari penderitaan akann sakitnya tersebut. namun begitu juga sebaliknya, jima memang seseorang yang sakit tersebut memang akan atau ditakdirkan akan segera meninggal/tidak bisa sembuh kembali, maka agar segera jalannya dimudahkan dalam menuju kematian atau istilahnya agar segera diambil oleh beliau dan memang atas kehendak Tuhan. Jika memang dikehendaki meninggal, waktunya tidaklah lama dari pada saat nunas tamba tersebut, begitu juga sebaliknya jika memang bisa sembuh maka tidaklah memerlukan waktu yang lama. 2.3. Nilai Pemujaan Ida Bhatara ratu Gede 1. Nilai Filosofis Berdasarkan keyakinan, barong dalam cerita dianggap sebagai wakil kebenaran/dharma. Kekuatan dharma ini terdapat pada punggelnya. (muka) yang dipusatkan JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 59

pada mata dan jenggot yang bahannya dari rambut manusia. Apabila ada salah satu desa diserang penyakit sampar atau wabah maka pemangku akan cepat-cepat merendam jenggot barong tersebut pada segelas air bersih, kemudian dijadikan air suci. Air itu diyakini mempunyai kekuatan magis. (Segara. 2000 : 39). 2. Nilai Religi nilai-nilai religi atau ketuhanan yang terkandung dalam pemujaan kepada Ida Bhatara Ratu Gede yaitu dimana dalam praraga atau wujud badan daripada Ida Bhatara Ratu Gede diyakini ada sesuatau kekuatan magis yang bersthana didalamnya. dalam praragan daripada Ida Bhatara ratu Gede dikatakan ada beberapa Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang bersthana didalamnya, seperti Ida Bhatara di Pura Jati Batur, Ida Bhatara di Pura Gunung Agung, Ida Bhatara di Pura Belaan, Ida Bhatara di Pura Alas Sari, Ida Bhatara di Pura Semut, Ida Bhatara di Pura Tirta Empul serta Ida Bhatara di Pura Pengejaran. Dengan demikian karena hal tersebut maka ketika Ida Bhatara ratu Gede dipundut terasa sangat berat, seringan apapun beliau dibuatkan pengangge busana tetap saja preraga Ida sangat berat, akan tetapi sebelum Jero Mangku nguntab ketujuh Ida Bhatara yang bersthana didalam Ida Bhatara ratu Gede, ketika dipundut tubuh beliau terasa ringan, namun setelah nguntab ketujuh Ida Bhatara tersebut tubuh beliau terasa sangat berat. Jadi Dari uraian di atas maka dapat dibuktikan jika Ida Bhatara ratu Gede memang memiliki nilai-nilai religi atau ketuhanan. Selain itu Ida Bhatara Ratu Gede juga diyakini memiliki kekuatan yang sangat sacral. 3. Nilai Sosial nilai atau hubungan sosial yang terdapat disini salah satunya adalah ketika masyarakat pengempon Pura Jati malakukan kegiatan ngayah. Ngayah merupakan suatu tradisi yang masih berlanjut atau sering kita temui di masyarakat hingga saat ini. Ngayah merupakan kewajiban sosial masyarakat Hindu di Bali dalam penerapan daripada ajaran karma yoga yang dilaksanakan atau dilakukan dengan cara gotong royong dengan hati yang tulus ikhlas baik di banjar maupun di Pura. di Pura Jati, setiap kali Piodalan di Pura Jati maupun piodalan Ida Bhatara Ratu Gede di Pura Jati, dalam persiapan sebelum menyambut piodalannya masyarakat pengempon di Pura Jati selalu melakukan kegiatan ngayah. 4. Nilai Keharmonisan konsep rwa bhineda yang secara harfiah bermakna dua perbedaan yang berjalan harmonis. Secara lebih mendalam, konsep ini menjelaskan alam semesta ini diciptakan oleh Sang Maha Kuasa dalam kondisi berpasang-pasangan tetapi memiliki sifat saling bertolak belakang. Seperti kebaikan berpasangan dengan keburukan, pria dengan wanita, hitam dengan putih, dan lain sebagainya. Lazimnya sebuah dunia, sifat Rwa Bhineda yaitu baik-buruk, teranggelap dll III. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data sebagaimana terdapat dalam Bab IV dapat disimpulkan yaitu, Adapun bentuk daripada Ida Bhatara Ratu Gede disini ialah berupa barong ket pada umumnya dengan keunikan-keunikan yang dimilikinya, yang dalam pemujaannya terdapat beberapa tingkatan serta pemangkulah yang bertanggung jawab penuh atas segala upacara ritual pemujaan-nya. Fungsi pemujaan Ida Bhatara Ratu Gede yaitu 1) fungsi pengobatan dimana sarana yang dipergunakan berupa air serta minyak. 2) Fungsi perlindungan yang terdapat pada prosesi mesuaran 3) Fungsi penyerahan diri bagi seseorang yang sudah berada pada titik antara hidup dan mati. Nilai-nilai dalam pemujaan Ida Bhatara JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 60

Ratu Gede yaitu, Nilai Filosofis yang terdapat pada jenggot beliau, nilai social yaitu pada saat masyarakat pengempon melakukan kegiatan ngayah, nilai religi serta nilai keharmonisan yang berkaitan dengan konsep rwa bhineda. DAFTAR PUSTAKA Artawan, I Putu Agus Dwi. 2011. Pemujaan Barong Ketet Bulu Siap Biing di Desa Pakraman Penglumbaran, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli (Kajian Sosio Religius). Denpasar : IHDN Denpasar. Dipayana, I Gede. 2013. Konsep Pemujaan Barong Nawa Sanga Di Pura Luhur Pucak Padang Dawa Desa Bangli Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan (Kajian Teologi Hindu). Denpasar : IHDN Denpasar. Donder, I Ketut. 2004. Panca Dhatu Atom, Atma dan Animisme (Sebuah Evolusi Konsep Tentang Pemahaman Terhadap Substansi Yang Amat Kecil Sebagai Gejala Hidup dan Asas Kehidupan). Surabaya: Paramita. Budihartini, Pan Putu 2000. Rangda Dan Barong: Unsur Dua Listik Mengungkap Asal Usul Umat Manusia. Lampung: TP Segara, Nyoman Yoga. 2000. Mengenal Barong Dan Rangda. Surabaya: Paramita. Sudarsana, I. K. (2014). PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN UPAKARA BERBASIS NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN: Studi pada Remaja Putus Sekolah di Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar. Sudarsana, I. K. (2015). PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA. Jurnal Penjaminan Mutu, (Volume 1 Nomor 1 Pebruari 2015), 1-14. Sudarsana, I. K. (2016). DEVELOPMENT MODEL OF PASRAMAN KILAT LEARNING TO IMPROVE THE SPIRITUAL VALUES OF HINDU YOUTH. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 217-230. Sudarsana, I. K. (2016). PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN DALAM BUKU LIFELONG LEARNING: POLICIES, PRACTICES, AND PROGRAMS (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal Penjaminan Mutu, (2016), 44-53. Trisnayani, Ni Nyoman. 2013. Eksistensi Barong Ketet Bulu Siap Selem Di Pura Dalem Agung Desa Pakraman Kayubihi Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli (Kajian Teologi Hindu). Denpasar : IHD Denpasar. JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 61