BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. :Bangunan untuk tempat tinggal. (

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ACTION FIGURE CENTRE

BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ACTION FIGURE CENTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau art berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu ars, yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I LATAR BELAKANG. Universitas Kristen Maranatha 1

I. 1 Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Fotografi merupakan bagian dari seni sebagai salah satu hasil karya cipta

DI PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN TENTANG HOBI REPLIKA

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu yang paling populer ialah seni minum teh.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I. : 1. Masa muda, 2. Kaum muda, 3. Remaja. : Tempat yang dianggap penting/pumpunan dari berbagai kedudukan/kegiatan sesuai dengan golongannya 2

1.4 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN PUSAT PENDIDIKAN MUSIK DI YOGYAKARTA PUSAT PENDIDIKAN MUSIK DI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kopi di Indonesia memiliki sejarah panjang dan memiliki peranan

mereka dalam masyarakat. Anak-anak juga dapat mendorong orang tua dan orang dewasa lainnya untuk memanfaatkannya.nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

PUSAT KOMIK DAN ILUSTRASI INDONESIA DI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sepuluh tahun belakangan ini, perkembangan otomotif di tanah air sangat

MILIK UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

Griya Pecinta Anjing Di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Fotografi Semarang. Ilham Abi Pradiptha Andreas Feininger, Photographer,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior?

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan permainan berbasis online atau sering di sebut dengan Game Net. Game

GALLERY PHOTOGRAPHY IN YOGYAKARTA

Gedung Pameran Seni Rupa di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN FOOTBALL ACADEMY GERAK. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Latar Belakang Eksistensi Proyek. rumah tangga, industri, dan sebagainya.

GALERI SENI RUPA KONTEMPORER CEMETI DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah masyarakat manusia umumnya, membaca merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di jaman yang mengangkat emansipasi wanita kini, banyak wanita atau ibuibu

FASILITAS KOMUNITAS KOMIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

Koleksi. Sampul Poster Perangko Tipografi Ilustrasi Iklan Logo

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

SINEPLEX DAN SINEMATEX DI YOGYAKARTA Dengan pendekatan desain arsitektur post modern

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang

BAB I PENDAHULUAN. Elka Desty Ariandy TGA PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan di beberapa negara maju typography dipelajari secara khusus,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Olahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

produktifitas,efisiensi kebutuhan fisik bagi pengguna.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pusat Rekreasi dan Pengenalan Profesi bagi Anak di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Nur Muladica Gedung Fotografi di kota Semarang

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Sport Hall

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

BAB I PENDAHULUAN. Senin, 2 Maret 2015, WIB)

BAB I PENDAHULUAN. modifikasi sepeda motor untuk medan non-aspal atau off road. Pamor motor trail

BAB I PENDAHULUAN. signifikan. Terlihat dari bermunculan wirausaha / enterprenuer yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses tanggal 25 Juni 2009.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PUSAT SENI RUPA KONTEMPORER NYOMAN GUNARSA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki teknologi yang bagus. Jenis mainan di bedakan menjadi 2 yaitu

diakui keberadaannya didunia. bahkan ditahun 1984 Indonesia pernah mencapai swasembada tanaman hias yang cukup tinggi. Namun akibat kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Akhir-akhir ini dunia hobi sangat berkembang pesat di kota-kota besar Indonesia, termasuk di kota Jogjakarta. Salah satu hobi yang berkembang saat ini adalah hobi mengoleksi action figure beserta dengan kegiatan pendukungnya. Memang hobi ini mungkin masih tergolong baru di Indonesia, tetapi hobi ini sangat mendapat perhatian yang besar di kalangan masyarakat, terutama masyarakat menengah ke atas, yang rela mengeluarkan uangnya dalam jumlah yang besar untuk memenuhi hobinya. Action figure adalah sculpture/miniature dari sebuah karakter, baik yang menggunakan persendian pada bagian gerak maupun tidak mempunyai persendian pada bagian gerak, dan dibuat dengan tingkat kedetailan yang sangat tinggi. Menurut data dari forum diskusi www.kafegaul.com hampir 40% penghobi adalah para pelajar dan mahasiswa, 20% penghobi eksekutif muda, 20% adalah penghobi di atas umur 35 tahun dan sisanya 20% adalah anakanak. Jadi hobi ini tidak mempunyai batasan usia. Pekembangannya pun cukup pesat, yang ditandai dengan beberapa forum hobi online di Indonesia, di mana pada forum-forum tersebut, jumlah anggotanya semakin bertambah sekitar dua kali lipat tiap tahunnya. Beberapa majalah di Indonesia menjadikan hobi ini sebagai artikel utama dalam beberapa edisinya, misalnya pada Ultime Next Generation Magazine, Animemonster, dan Gamestation yang memuat hobi ini sebagai salah satu artikelnya. Bahkan telah terbit Toymagz, majalah yang membahas tentang seluk-beluk dunia action figure yang sangat berkembang di Indonesia. Action Figure Center - BAB I 1

Pada pameran action figure di Jakarta Juni lalu, tercatat sekitar seratus ribu pengunjung dari berbagai kalangan, profesi, dan umur yang berasal dari seluruh Indonesia hadir dan memadati pada pameran yang diadakan hanya satu hari ini. Jumlah ini juga tidak diduga sebelumnya, hal ini menguatkan pernyataan bahwa sebenarnya banyak penggemar action figure di Indonesia, hanya saja belum ada tempat khusus yang mewadahi hobi ini. Untuk menciptakan sesuatu dibutuhkan keterampilan dan imajinasi/khayalan. Imajinasi/khayalan ini melalui beberapa proses untuk menghasilkan sebuah ciptaan, dan tak jarang dari imajinasi terciptalah sebuah produk yang sangat bermanfaat. Sebagai contoh, dari hasil imaginasi Leonardo da Vinci yang disempurnakan, maka terciptalah pesawat terbang. Tentunya imaginasi tidak muncul dengan mudahnya, dan ini membutuhkan latihan. Dengan melatihnya, maka imajinasi seseorang dapat berkembang dengan baik. Contoh lain dalam dunia arsitektur, imajinasi menjadi peranan yang sangat penting, bagi terciptanya sebuah desain rumah yang baik. Dari paragraf di atas, tentunya hobi action figure ini secara tidak langsung akan mengasah kreatifitas dan imajinasi, misalnya saja dengan cara memodifikasi action figure yang sudah ada, menjadi bentuk yang baru dengan menambahkan bagian-bagian tertentu. Dengan memposekan action figure yang baik atau merangkai dan mengecat sesuai selera, tentu saja akan menjadikannya sebagai wadah imajinasi dari pembuatnya, yang tentunya menghasilkan produk sesuai dengan imajinasinya. Gambar 1.1. Action Figure Elvis Prasley dengan detail yang baik Sumber : www.mcfarlane.com/musics Action Figure Center - BAB I 2

Menurut pengamatan beberapa ahli di Jepang, orang Jepang juga memanfaatkan action figure ini sebagai sarana melatih keuletan dan kreatifitas anak-anak. Action figure ini biasanya berupa rakitan (model kit) dimana si pembelinya harus merakit terlebih dahulu model kit tersebut, bahkan mengecatnya untuk mendapatkan sebuah action figure yang bagus. Belum lagi cara memposekannya sehingga menjadikannya sebuah action figure yang hidup. Tentunya ini juga membutuhkan keuletan dan kreatifitas seni, yang secara tidak langsung juga semakin terasah. Hal tersebut juga secara tidak langsung mengurangi kegiatan negatif di kalangan remaja di Jepang. Bahkan sekolah modeling/sculpting sangat banyak dan berkembang pesat. Action figure saat ini sudah dianggap sebagai sebuah seni modern, sehingga sedikit banyak dapat memacu perkembangan seni modern di Indonesia, dengan tetap menjunjung tinggi seni tradisional. Diharapkan dengan dibangunnya pusat action figure di Jogja ini dapat memberi pilihan terhadap para generasi muda di Jogja untuk mengembangkan kegiatan hobi yang positif. Dipilihnya lokasi bangunan ini di Jogjakarta dikarenakan Jogjakarta adalah kota pelajar dan budaya, dimana 50% penduduknya adalah remaja. Prosentase ini (www.kafegaul.com/) menunjukkan justru Jogjakarta saat ini merupakan kota yang paling sering digunakan bagi para penghobi sebagai tempat mengadakan gathering. Gathering adalah sebuah wadah di mana para penghobi dapat berkumpul sambil bertukar informasi tentang action figure dan mengadakan berbagai kegiatan pendukungnya. Dari beberapa gathering yang telah diadakan, para penghobi mengadakan pameran action figure, workshop modelling/sculpting, hingga jualbeli action figure. Kegiatan tersebut tentunya membutuhkan sebuah tempat tersendiri yang dapat mewadahinya. Untuk pameran dibutuhkan sebuah galeri action figure sebagai ruang pameran action figure dari masa ke masa, beserta dengan pen-display-an yang baik, bukan sekedar pajangan belaka. Action figure yang telah didisplay tersebut disebut diorama. Action Figure Center - BAB I 3

Gambar 1.2. Diorama Action Figure Pirates Of Carribean Sumber : www.neca.net/product/piratesofcarribean Masih sulitnya mendapatkan beberapa merk action figure di Indonesia, membuat para penghobi terkadang harus berburu koleksi hingga ke luar negeri. Pembelian melalui situs-situs internet sering kali bermasalah dalam pengiriman, sehingga membuat beberapa penghobi juga kesulitan untuk mendapatkan action figure. Para penghobi juga merasa membutuhkan sebuah hobby shop (toko action figure) yang menjual beberapa merk action figure yang masih sangat sulit untuk didapatkan di Indonesia. Selain menjual action figure, hobby shop juga menjual perlengkapan maupun segala pernak-pernik yang berhubungan dengan action figure. 1.3. Action Figure Motley Crue Sumber : www.mcfarlane.com/musics Action Figure Center - BAB I 4

1.4. Hasil sculpting awal yang disebut prototype Sumber : www.bandai.co.jp/prototype Tidak jarang para penghobi juga membuat sendiri action figure dari tokoh yang mereka suka. Kurangnya pengetahuan tentang pembuatan dan pengecatan action figure menjadi hambatan para penghobi. Tempat belajar membuat dan mengecat action figure oleh para penghobi disebut workshop. Keberadaan workshop sangat dibutuhkan bagi para penghobi untuk mengembangkan kreatifitas. Tidak adanya workshop action figure di Indonesia membuat beberapa penghobi bahkan harus mengikuti workshop pembuatan dan pengecatan action figure di luar negeri dengan biaya yang sangat mahal. 1.2. Latar Belakang Permasalahan Action Figure Center memiliki batasan pengertian sebagai wadah atau tempat yang dapat menampung semua kegiatan yang berhubungan dengan action figure beserta semua kegiatan pendukungnya. Keberadaan Action Figure Center ini didasarkan semakin meningkatnya jumlah penghobi action figure dari tahun ke tahun, yang diimbangi dengan meningkatnya kebutuhan akan sarana prasana dan fasilitas pengembangan hobi action figure. Action Figure Center - BAB I 5

Action Figure Center merupakan suatu alternatif bangunan yang diharapkan mampu mewadahi komunikasi multi arah bagi penghobi, produsen, action figure itu sendiri, serta masyarakat luas. Secara umum action figure dikelompokkan menjadi dua yaitu action figure Amerika dan Jepang. Pengelompokan ini didasarkan pada asal tokoh/karakter dari action figure tersebut. Dari kedua pengelompokan Amerika dan Jepang didapat pengelompokan secara khusus yaitu pengelompokan Real/Non Fiction Action Figure dan Imaginative/Fiction Action Figure yang didasari asal masing-masing karakter. Real/Non Fiction Action Figure adalah action figure yang dibuat berdasarkan tokoh/karakter yang nyata/benar-benar ada misalnya action figure orang terkenal, hingga peralatan perang. Sedangkan Imaginative/Fiction Action Figure yang dibuat berdasarkan tokoh/karakter rekaan, dari mulai tokoh dongeng klasik, superhero, hingga robot masa depan seperti pada serial Gundam. Imajinasi secara umum berarti proses menghasilkan gambaran/citra mental dan ide. Action Figure Center dibuat dengan tujuan untuk dapat menarik pengunjung untuk lebih mengenal tentang action figure beserta kegiatan pendukung hobi ini. Adanya Action Figure Center ini, dilihat darinya merupakan bangunan dengan berbagai macam fungsi. Dalam bangunan ini terjadi berbagai macam aktifitas yaitu pameran action figure, workshop action figure, penjualan action figure, dan forum diskusi pengunjung dan para penghobi action figure. Untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut Action Figure Center menawarkan suasana yang imajinatif-informatif bagi pengunjung dalam memperkenalkan hobi action figure kepada masyarakat luas, dan suasana Action Figure Center - BAB I 6

imajinatif-kreatif pengunjung workshop maupun penghobi action figure dengan pengolahan ruang dalam dan pengolahan fasad secara arsitektural. Imajinatif-informatif untuk kegiatan yang berkaitan dengan menikmati action figure agar pengunjung dapat mengetahui tentang action figure dan perkembangannya. Dan Imajinatif-kreatif untuk kegiatan yang berkaitan dengan proses pembuatan action figure, dimana pengunjung dapat menyalurkan imajinasinya untuk berkreasi membuat action figure maupun memodifikasi action figure yang sudah ada. Untuk menciptakan suasana dengan interaksi yang imaginatif bagi para pengunjung Action Figure Center melalui pengolahan fasade dan bentuk bangunan, digunakan metode transformasi bentuk yang diambil dari analogi/bagian-bagian tertentu pada imaginative action figure. 1.3. Rumusan Permasalahan Bagaimana wujud bangunan Action Figure Center yang mewadahi fungsinya, dengan menghadirkan suasana imajinatif-informatif serta suasana imajinatif-kreatif, melalui pengolahan ruang dalam dan fasad bangunan dengan pendekatan transformasi bentuk geometris yang digunakan pada action figure. 1.5. Model Kit Gundam Sumber : www.tamashii.jp/fixfiguration Action Figure Center - BAB I 7

1.4. Tujuan Mewujudkan konsep perancangan Action Figure Center yang mewadahi fungsinya yang dapat membantu pengunjung merasakan suasana imajinatif melalui pengolahan ruang dalam dan fasad bangunan dengan pendekatan transformasi bentuk geometris yang digunakan pada action figure.. 1.5 Sasaran Menemukan bentuk-bentuk geometris pada action figure yang berkaitan dengan karakter imajinatif-informatif dan imajinatif-kreatif. Mentransformasikan bentuk-bentuk geometris dari action figure tersebut menjadi karakter ruang dalam dan fasad bangunan Action Figure Center. Menghadirkan suasana imajinatif-informatif dalam menikmati action figure pada galeri, hobby shop dan auditorium, serta suasana imajinatifkreatif dalam pembuatan action figure pada ruang workshop. 1.6 Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan ditekankan pada pemecahan permasalahan yang ada. Sesuai dengan rumusan permasalahan yang bertujuan untuk menghadirkan suasana imajinatif berdasarkan bentuk-bentuk geometris pada action figure yang akan ditransformasikan pada pola tata ruang dan elemen pembatas ruang serta bentuk geometri fasad dan massa. Action Figure Center - BAB I 8

1.7. Metode Pembahasan Metode pembahasan yang akan diambil dalam tahap perencanaan dan perancangan adalah : 1. Metode Pendekatan Deskriptif Dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan informasi secara menyeluruh tentang kondisi, potensi dan permasalahan terhadap hobi action figure. 2. Analisis Deduktif Mengolah gambaran dan informasi yang terkumpul berkaitan dengan latar belakang permasalahan, tujuan dan sasaran pembahasan sebagai bekal untuk melakukan sintesa. 3. Tahap Sintesa Hasil dan tahap analisis disusun dalam kerangka yang terarah dan terpadu berupa deskripsi konsep perencanaan dan perancangan sebuah bangunan Action Figure Center. 1.8. Sistematika Pembahasan BAB I. PENDAHULUAN Berisi latar belakang pengadaan proyek, latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan, sasaran, lingkup pembahasan, dan metoda pembahasan yang dimaksudkan sebagai penghantar untuk memahami keseluruhan proyek yang diusulkan. BAB II. TINJAUAN UMUM ACTION FIGURE Menguraikan tentang pengertian action figure secara umum, mancakup pembahasan mengenai perkembangan dunia action figure, pengelompokan action figure, serta tinjauan teoritis yang mengkaji action figure. Action Figure Center - BAB I 9

BAB III. TINJAUAN KHUSUS ACTION FIGURE CENTER Berisi mengenai Action Figure Center yang meliputi batasan pengertian, tujuan dan fungsi, pola kegiatan dan kebutuhan ruang. Dibahas juga beberapa contoh untuk studi kasus sebagai bahan perbandingan dan bentuk-bentuk arsitektural sebagai tinjauan dalam desain Action Figure Center. BAB IV. LANDASAN TEORI PERANCANGAN ACTION FIGURE CENTER Berisi tentang teori-teori sebagai landasan dalam pemecahan masalah perencanaan dan perancangan Action Figure Center. BAB V. ANALISIS KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ACTION FIGURE CENTER Berisi tentang analisa konsep-konsep wadah berkaitan dengan pola peningkatan imajinasi, analisa konsep representatif bangunan Action Figure Center. BAB VI. KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ACTION FIGURE CENTER Berisi konsep perencanaan dan perancangan yang dipakai sebagai landasan konseptual perancangan Action Figure Center. Action Figure Center - BAB I 10

Bagan 1.1. Pola Pikir Perancangan Action Figure Jogjakarta - Hobi yang sedang berkembang sangat pesat - Dapat mengembangkan kreatifitas sekaligus sarana rekreatif - Merupakan salah satu seni modern - Kurangnya pengetahuan tentang action figure - Tidak adanya wadah pengembangan hobi action figure - Sulitnya mendapatkan action figure Action Figure Center Fungsi utama : Sebagai wadah pengembangan hobi action figure, dan wadah berkumpulnya komunitas action figure, scluptor maupun masyarakat umum yang didukung dengan adanya sarana untuk berdiskusi dan bertukar informasi tentang hobi action figure. Rumusan Masalah : Bagaimana wujud bangunan Action Figure Center yang mewadahi fungsinya, dengan menghadirkan suasana imajinatif-informatif serta suasana imajinatif-kreatif, melalui pengolahan ruang dalam dan fasad bangunan dengan pendekatan transformasi bentuk geometris yang digunakan pada action figure. Observasi dan studi kasus (Mengamati dan mempelajari teori tentang action figure, workshop, suasana imajinatif-informatif dan suasana imajinatifkreatif Penekanan Desain : Bagaimana mewujudkan konsep perancangan Action Figure Center yang mewadahi fungsinya yang dapat membantu pengunjung merasakan suasana imajinatif melalui pengolahan ruang dalam dan fasad bangunan dengan pendekatan transformasi bentuk geometris yang digunakan pada action figure. Transformasi (tata ruang dalam dan massa bangunan) Konsep Perencanaan dan Perancangan Action Figure Center - BAB I 11