kedelai, kacang hijau, dan gabah. Cara pemberian pakan 3 (tiga) kali per hari yakni pagi, siang dan sore menjelang malam. Ternak : Ternak yang digunak

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

MATERI. Lokasi dan Waktu

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

Butir-butiran dan limbahnya

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

beban maupun angkutan, seperti yang dilakukan oleh masyarakat dahulu. Bahkan di kota-kota tertentu sampai saat ini masih mengandalkan ternak kuda seba

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

khusus dalam bab X. Di Negara Eropa, Amerika maupun Negara-negara luar lainnyapun aturan tentang tugas tanggung jawab dari trainer, bahkan kesalahan y

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

Pakan konsentrat Bagian 5 : Ayam ras pedaging (broiler concentrate)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

MATERI DAN METODE. Metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

MATERI DAN METODE. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. Nangka memiliki nama latin artocarpus heteropyllus sedangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM

Makanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive)

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

RESPON KAMBING KACANG JANTAN TERHADAP WAKTU PEMBERIAN PAKAN ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

Transkripsi:

4 ANALISIS KEBUTUHAN NURIEN KUDA PACU BERDASARKAN METODE KAFETARIA ABSTRAK Adapun tujuan untuk menguji hipotesis bahwa ternak kuda pacu bila diberi kesempatan untuk memilih akan mampu menyusun ransum sendiri, maka dilakukan percobaan kafetaria dengan menggunakan 7 (tujuh) jenis bahan pakan kuda pacu lokal yang selanjutnya akan diramu menjadi suatu ransum untuk dijadikan formulasi ransum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik nutrisi pakan lokal yang meliputi, komposisi dan palatabilitasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kuda pacu yang memiliki tingkah laku hidup secara individual dapat mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa dipengaruhi oleh persaingan seperti ternak lain yang biasa dipelihara secara berkelompok, dimana jumlah konsumsi masing-masing jenis pakan bervariasi, tergantung kandungan zat-zat makanan yang terkandung dalam pakan. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa jagung merupakan pakan yang paling disukai, walaupun ternak kuda adalah ternak herbivora yang mengkonsumsi pakan utama adalah hijauan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode kafetaria dapat dijadikan patokan untuk penentuan kebutuhan pakan dan nutrien kuda pacu, sehingga dapat dijadikan landasan untuk formulasi pakan kuda pacu Indonesia. Kata kunci : metode kafetaria, konsumsi pakan, palatabilitas PENDAHULUAN Dalam rangka untuk mengetahui tentang kebutuhan pakan dan nutrien pada ternak kuda, maka metode kafetaria merupakan suatu metode pengukuran konsumsi serta palatabilitas pakan. Metode kafetaria ini dilakukan untuk melihat kebutuhan melalui tingkat kesukaan terhadap pakan yang diberikan, dimana ternak kuda diberi kesempatan untuk memilih sendiri jenis pakan sesuai dengan keinginan untuk memenuhi kebutuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan pakan dan nutrien melalui karakteristik dan palatabilitas pakan dengan memberikan kesempatan kepada ternak kuda pacu untuk memilih pakan tersebut sesuai dengan tingkat kesukaan, berdasarkan kebutuhannya. BAHAN DAN METODE Bahan : Bahan pakan yang digunakan pada percobaan ini adalah 7 (tujuh) jenis pakan lokal yakni : hijauan (rumput), jagung, dedak padi, bungkil kelapa, kacang

kedelai, kacang hijau, dan gabah. Cara pemberian pakan 3 (tiga) kali per hari yakni pagi, siang dan sore menjelang malam. Ternak : Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor kuda pacu Indonesia yang sedang mengikuti program latihan ringan. Cara pengukuran : Peubah : Kafetaria Palatabilitas pakan Konsumsi bhn kering, energi, protein, serat kasar, lemak, Ca dan P. Analisis data: 1. Palatabilitas Anova : Single Faktor 2. Pola konsumsi Model analisis : Y= a + bx Y = Persentase konsumsi pakan X= kandungan energi (DE) Data yang diperoleh dianalisis statistik menurut Steel dan Torrie (1991) yaitu membandingkan palatabilitas pakan serta menghitung jumlah bahan kering, energi, protein, serat kasar, kalsium dan fosfor yang dikonsumsi secara sukarela oleh kuda. HASIL Konsumsi bahan kering dan zat makanan yang berasal dari setiap bahan pakan yang dikonsumsi diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3 Rataan konsumsi bahan kering, energi dan zat-zat makanan secara kafetaria. Konsumsi BK Jenis Pakan dan Zat Makanan Jagung Hijauan Gabah Dedak Bungkil Kedelai K.Hijau Total Bhn Kering, kg 4,649 3,721 1,746 1,36 0,514 0,128 0,109 12,23 Energi, Mkal/kg 1,585 1,325 0,466 0,221 0,08 0,044 0,026 3,75 Protein, kg 0,480 0,308 0,147 0,197 0,113 0,048 0,024 1,32 Lemak kg, 0,189 0,061 0,040 0,177 0,009 0,023 0,001 0,50 Serat Kasar, kg 0,541 1,275 0,171 0,163 0,077 0,010 0,004 2,24 Kalsium, kg 0,001 0,024 0,001 0,002 0,001 0,001 0,001 0,03 Fospor, kg 0,014 0,016 0,004 0,020 0,003 0,001 0,006 0,06

Jenis Pakan Hasil ini menunjukkan bahwa rataan konsumsi bahan kering adalah 12,22 kg, dengan konsumsi energi 3,75 Mkal/kg, protein 1,32 kg, lemak 0,50 kg, serat kasar 2,24 kg, kalsium 0,03 kg serta fosfor 0,06 kg. Tabel 4 menyajikan komposisi pilihan kuda pacu percobaan dan kandungan energi(de) serta nutrien pakan berdasarkan persentase konsumsi pakan. Tabel 4 Pola konsumsi pakan berdasarkan metode kafetaria Bahan K Energi (DE) PK SK L Ca P kg % Mkal/kg % kg % kg % kg % kg % kg % Jagung 4,649 38,045 17,062 3,670 0,483 10,400 0,116 2,500 0,191 4,100 0,005 0,108 0,119 2,560 Dedak 1,359 11,117 5,461 4,020 0,196 14,400 0,175 12,900 0,204 15,000 0,004 0,320 0,272 20,000 B. Kel. 0,512 4,193 1,983 3,870 0,112 21,900 0,077 15,000 0,010 2,000 0,007 1,370 0,022 4,330 K. Hij. 0,107 0,876 0,096 0,900 0,024 22,200 0,005 4,500 0,001 1,200 0,001 1,250 0,003 3,200 Kedelai 0,126 1,035 0,559 4,420 0,045 35,900 0,006 5,000 0,023 18,100 0,003 2,270 0,005 3,850 Gabah 1,746 14,292 6,147 3,520 0,147 8,400 0,169 9,700 0,031 1,800 0,002 0,120 0,051 2,900 Rumput 3,720 30,442 1,320 0,355 0,080 2,151 1,640 44,086 1,270 34,140 0,640 17,204 0,420 11,290 Total 12,220 100,00 32,629 26,701 1,087 8,897 2,189 17,912 1,730 14,159 0,663 0,542 0,892 0,729 Ternyata bahwa konsumsi hijauan adalah 30,42% dan konsumsi konsentrat (jagung, dedak padi, bungkil kelapa, kacang hijau, kacang kedelai dan gabah) adalah 69,56%. Gambar 19 berikut ini adalah analisis korelasi antara persentase konsumsi bahan kering pakan dengan kandungan energi (DE) pakan. Konsumsi BK pakan(kg) 45.000 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0.000 Kandungan DE (Mkal) Y Predicted Y Gambar 19 Hubungan antara Konsumsi Pakan (%) dan Kandungan DE(Mkal) Jika X = kandungan DE pakan (Mkal/kg) dan Y = konsumsi pakan kuda dengan beban kerja ringan, maka dapat dinyatakan dengan persamaan berikut, Y= 3,84 +

2,24x, (p<0.01) dengan nilai korelasi r = 0,90 dan R 2 = 0,82. Berdasarkan Gambar 19 tersebut, ternyata kuda akan cenderung mengkonsumsi lebih banyak bahanbahan yang mempunyai kandungan energi yang lebih tinggi. Densitas energi pakan besar kemungkinannya mempengaruhi palatabilitasnya. Pada Tabel 5 berikut adalah perbandingan antara konsumsi nutrien hasil penelitian dengan kandungan nutrien kuda pacu menurut NRC (2007). Tabel 5 Kadar Energi (DE) dan Nutrien Pakan Terkonsumsi Nutrien Beban Kerja Intensif Bobot 278-384 kg (Hasil penelitian ini) Beban Kerja Intensif Bobot 200 600 kg NRC (2007) DE, Mkal/kg 26,70 26,80 Protein kasar % 8,89 11,12 Serat kasar % 17,91 - Lemak % 14,16 - Kalsium % 0,32 0,26 Fosfor % 0,23 0,19 Tabel 5 memperlihatkan bahwa adanya perbedaan konsumsi energi (DE), dan fosfor kuda pacu percobaan dengan dengan yang direkomendasikan NRC(2007), dimana hasil penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan NRC. Sedangkan protein hampir serupa namun sebaliknya terlihat pada konsumsi kalsium. Dari hasil yang diperoleh pada metode kafetaria di atas (Tabel 3), maka dilakukan uji palatabilitas dari ke tujuh jenis pakan yang diberikan untuk melihat jenis pakan yang paling disukai oleh ternak kuda pacu tersebut. Ternyata bahwa konsumsi pakan tertinggi berturut-turut adalah jagung, hijauan, gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai, kacang hijau. Tabel 6 Rataan konsumsi bahan kering pakan, energi dan zat-zat makanan berdasarkan tingkat palatabilitas. Konsumsi Zat Makanan Jenis Pakan Jagung Hijauan Gabah Dedak Bungkil Kedelai K.Hijau Bahan Kering(kg) 4,649 A 3,721 B 1,746 C 1,36 D 0,514 E 0,128 FG 0,109 G Energi(kkal) 1,585 A 1,325 B 0,466 C 0,221 D 0,08 EF 0,044 FG 0,026 G Protein(kg) 0,48 A 0,308 B 0,147 D 0,197 C 0,113 E 0,048 F 0,024 G Lemak(kg) 0,189 A 0,061 C 0,040 D 0,1767 B 0,0093 F 0,0228 E 0,0012 G Serat Kasar(kg) 0,541 B 1,275 A 0,171 C 0,163 D 0,077 E 0,01 FG 0,004 G Calsium(kg) 0,0009 D 0,021 A 0,001 DE 0,002 B 0,001 CD 0,001 EF 0,001 F Phospor(kg) 0,0139 C 0,016 B 0,005 D 0,0204 A 0,003 E 0,001 FG 0,006 G Ket.: Pada baris yang sama Superscrip yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar jenis pakan perlakuan.

Selanjutnya untuk melihat tingkat kesukaan terhadap ketujuh jenis pakan maka dilakukan uji palatabilitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan yang sangat nyata (p<0,01) antara konsumsi bahan kering, energi dan zat-zat makanan dari ketujuh jenis pakan lokal penyusun konsentrat. Untuk melihat perbedaan konsumsi bahan kering antar perlakuan, maka dilakukan pengujian dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) (Lampiran 11), ternyata jagung memiliki tingkat kesukaan yang tertinggi dan berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan hijauan, gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Konsumsi hijauan berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Konsumsi gabah berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dibandingkan dengan dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Konsumsi dedak berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dibandingkan dengan bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Konsumsi bungkil kelapa berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dibandingkan dengan kedelai dan kacang hijau. Konsumsi kedelai dan kacang hijau tidak ada perbedaan yang nyata (p>0,05). Hasil uji BNJ untuk konsumsi energi (Lampiran 12), ternyata konsumsi energi jagung berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan hijauan, gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Hijauan berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Gabah berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Dedak berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Sedangkan untuk konsumsi energy bungkil kelapa tidak berbeda nyata p>0,05 dengan kedelai, tetapi berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan kacang hijau, dan kedelai tidak berbeda nyata p>0,05 dengan kacang hijau. Uji BNJ untuk konsumsi protein (Lampiran 13), ternyata konsumsi protein yang tertinggi adalah jagung dan berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan hijauan, gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Hijauan berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Gabah berbeda sangat nyata lebih tinggi

(p<0,01) dengan dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Dedak berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Bungkil kelapa berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan kedelai dan kacang hijau. kedelai berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dari kacang hijau. Konsumsi lemak (Lampiran 14), ternyata konsumsi lemak yang tertinggi adalah jagung dan berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan hijauan, gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Hijauan berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Gabah berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Dedak berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Bungkil kelapa berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan kedelai dan kacang hijau. kedelai berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dari kacang hijau. Konsumsi serat kasar (Lampiran 15) yang tertinggi adalah hijauan dan berbeda sangat nyata dengan (p<0,01) dengan jagung, gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Jagung berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan gabah, dedak, kedelai dan kacang hijau. Gabah berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Dedak berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Bungkil kelapa berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan kedelai dan kacang hijau. Sedangkan kedelai dan kacang hijau tidak berbeda nyata (p>0,05). Kalsium (Lampiran 16) yang tertinggi adalah hijauan dan berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) berturut-turut dengan dedak, bungkil kelapa, jagung, kedelai dan kacang hijau. Dedak berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan bungkil kelapa, jagung, gabah, kedelai dan kacang hijau. Bungkil kelapa berbeda sangat nyata (p<0,01) dengan kedelai dan kacang hijau, tetapi tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan jagung dan gabah. Jagung berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dengan kedelai dan kacang hijau. Gabah berbeda sangat nyata lebih tinggi (p<0,01) dangan kacang hijau tetapi tidak berbeda (p>0,01)

dengan kedelai. Sedangkan kedelai tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan kacang hijau. Konsumsi fosfor (Lampiran 17) yang tertinggi adalah dedak dan berbeda sangat nyata lebih tinggi p<0,01 dengan hijauan, jagung, gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Hijauan dan berbeda sangat nyata lebih tinggi p<0,01 dengan jagung, gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Jagung dan berbeda sangat nyata lebih tinggi p<0,01 dengan gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Gabah dan berbeda sangat nyata lebih tinggi p<0,01 dengan dedak, bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Dedak dan berbeda sangat nyata lebih tinggi p<0,01 dengan bungkil kelapa, kedelai dan kacang hijau. Bungkil kelapa dan berbeda sangat nyata lebih tinggi p<0,01 dengan kedelai dan kacang hijau. Sedangkan kedelai tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan kacang hijau. PEMBAHASAN Dari hasil tersebut tampak bahwa konsumsi tertinggi adalah jagung, hal ini sangat dimungkinkan karena jagung merupakan sumber energi terbesar yang dibutuhkan oleh kuda. Baihaqi (1988) mengemukakan bahwa jagung merupakan sumber energi utama untuk ternak, akan tetapi kadar metionin, lisin dan triptofan rendah sehingga perlu penambahan asam amino tersebut. Lebih lanjut Cullison (1978), mengemukakan, selain sebagai sumber energi utama, jagung merupakan bahan makanan yang disukai oleh ternak karena rasanya enak (palatable), mudah dicerna dan mengandung serat kasar yag rendah dibandingkan dengan bahan pakan lain. Beberapa tahun terakhir ini jagung merupakan sumber energi pakan utama pada kuda karena harganya yang relatif murah juga sebagai sumber energi yang sangat baik untuk kuda, sehingga dapat menggantikan peran gandum dalam pakan kuda. Akan tetapi pemberiannya dibatasi karena dapat mengakibatkan kegemukan pada kuda. Selanjutnya Ejigui et al (2007), mengemukakan bahwa jagung mengandung sekitar 10 persen protein dan apabila dibandingkan dengan pakan lain maka kadar proteinnya rendah. Akan tetapi jagung mengandung energi lebih dari volume yang sama dari gandum. Lebih lanjut dikemukakan, jagung sekitar 15 persen lebih rendah dengan kandungan nilai energi gandum. Dikemukakan pula, bahwa jagung mengandung persentase karbohidarat kompleks

yang tinggi maka sebaiknya diberikan dalam bentuk digiling/pecah, sehingga dapat meningkatkan kecernaan pada kuda dan hasil percobaan tersebut meningkatkan nilai TDN dengan skor nilai 80. Selain kandungan energi, protein, lemak dan mineral yang baik untuk kuda, maka jagung juga kaya akan vitamin B (thiamin dan niacin). Jagung juga merupakan sumber asam pantotenat, vitamin untuk metabolism karbohidrat, protein dan lemak dalam tubuh dan yang paling penting juga jagung kaya akan vitamin E yang merupakan antioksidan alami untuk pertumbuhan. Dedak halus, merupakan bahan pakan yang cukup baik untuk ternak kuda karena sistem pencernaan di kolon dan usus besar terjadi proses fermentasi oleh mikroba maka kandungan serat kasarnya tidak merupakan satu masalah pada kuda. Baihaqi (1988) mengemukakan bahwa serat kasar mengandung vitamin B1 yang tinggi sehingga sangat baik untuk pakan. Peterson (2010), mengemukakan thiamin sangat penting untuk fungsi kognitif dan mempertahankan kesehatan saraf kuda. Dikemukakan pula bahwa hasil sisa pertanian, seperti dedak, pemberiannya pada kuda harus dibatasi karena mengganggu sistem pencernaan kuda sehingga keseimbangan mineral kalisum dan fosfor, karena dedak halus dapat merangsang terjadinya diare pada kuda yang mengakibatkan kedua mineral tersebut keluar bersama feses. Bungkil kelapa adalah hasil ikutan yang didapat dari ekstraksi daging kelapa segar ataupun kering. Bungkil kelapa termasuk bahan pakan yang berkadar serat kasar tinggi, sehingga penggunaan dalam pakan dibatasi, Walaupun kadar proteinnya mencapai 20 persen akan tetapi kualitasnya lebih rendah dari kedelai juga kadar energinya rendah namun kadar lemaknya cukup tinggi sehingga pada suhu yang cukup tinggi cepat mengalami ketengikan dan menurunkan kualitas protein dan energinya. Pada ternak unggas penggunaan bungkil kelapa dapat mencapai 15 persen dalam ransum akan tetapi pemberiannya dilakukan pada saat ransum akan diberikan pada ternak, sebab bila ransum disimpan beberapa minggu dapat menyebabkan ketengikan. Karena rentannya bungkil kelapa terhadap ketengikan bahkan risiko mengandung aflatoksin maka SNI (1997) mengeluarkan standardisasi komposisi nutrisi bungkil kelapa yakni kadar air 12%, protein kasar 18%, serat kasar 14%, abu 7%, lemak 12%, Ca 0.05-0.3% dan P 0,4-0,75% serta

maksimum 100 (ppb) aflatoxin. Penelitian akhir-akhir ini tentang manfaat lemak untuk kuda pacu cukup baik, maka peluang untuk penggunaan bungkil kelapa cukup potensial akan masih perlu dilakukan penelitian-penelitian tentang persentasenya dalam komposisi konsentrat untuk kuda pacu. Kacang hijau merupakan pakan sumber protein nabati yang baik, juga memiliki kualitas yang baik. Walaupun kandungan proteinnya 23-24 persen, kandungan nutrisi lainnya lengkap, bila dibandingkan dengan kedelai, tetapi nilai biologisnya lebih baik dari kedelai, sehingga kacang hijau bukan saja disukai oleh ternak tapi bersaing dengan kebutuhan manusia. Biasanya penggunaan kacang hijau dalam ransum dibatasi karena harganya yang relatif mahal. Kacang kedelai, Kacang kedelai adalah salah satu bahan pakan yang mengandung nilai nutrisi yang yang baik terutama sebagai sumber protein nabati untuk ternak, akan tetapi karena mengandung antinutrisi, maka harus melalui proses pemanasan yang cukup untuk menurunkan kadar antinutrisi tersebut. Bradley dan Pfander (2000), mengemukakan, tepung kedelai mengandung protein 42-50 persen, dan tepung kedelai adalah suplemen yang disukai oleh kuda. Hal ini disebabkan karena tinggi kandungan protein, juga memiliki keseimbangan yang lebih baik dari asam amino dan lebih murah daripada suplemen lainnya. Kedelai juga mengandung mineral yang baik untuk kuda pacu. Lebih lanjut Bailey (2002) mengemukakan kedelai yang tinggi kadar protein, dua sampai empat kali dari kacang-kacangan dan jagung masing-masing, membuat kedelai merupakan pakan ternak yang menarik. Gabah, merupakan salah satu jenis pakan yang digunakan oleh peternak kuda pacu di Sulut, karena berdasarkan pengalaman mereka bahwa gabah memiliki bentuk yang hampir sama dengan oats. Perbedaannya adalah gabah bentuk kulitnya lebih kasar dan tajam, sehingga penggunaanya sebagai pakan kuda harus melalui proses untuk menghilangkan bentuknya yang kasar. Banyak pemilik kuda memberikan pakan dalam bentuk butiran untuk kuda mereka, dan ini adalah praktik yang baik-baik saja jika tidak berlebihan. Biji-bijian yang tinggi kalori dan rendah serat,dapat mengalami permasalahan overload pada sistem pencernaannya. Gandum adalah biji-bijian paling banyak digunakan sebagai sumber pakan, karena memiliki kandungan serat yang lebih tinggi dan lebih cocok untuk kuda, demikian

juga dengan jagung, barley dan dedak gandum dapat diterima oleh sistem pencernaan kuda, (Chatterton et al.2006). SIMPULAN Dari hasil pengamatan metode kafetaria ini, maka dapat disimpulkan bahwa kuda pacu dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan cara memilih dan mengatur tingkat konsumsi setiap bahan yang tersedia. Rasio hijauan dan konsentrat berkisar 30:70%. Dari komponen konsentrat bahan yang paling banyak dikonsumsi adalah, jagung, gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai, kacang hijau. Terdapat kecenderungan bahwa palatabilitas pakan ditentukan oleh kandungan/densitas energi dari pakan yang bersangkutan. Bahan pakan dengan densitas energi yang tinggi akan dikonsumsi lebih banyak. Namun demikian kuada juga membatasi konsumsi bahan pakan yang berenergi tinggi karena akan mengatur konsumsi untuk pemenuhan kebutuhan serat. Dari penelitian ini diketahui, bahwa kadar serat kasar ransum keseluruhan berkisar 17,91%. Sedangkan kandungan energi(de) dan kadar protein ransum kuda adalah masingmasing 26,70 Mkal/kg dan 8,89%. rataan konsumsi bahan kering (bobot kuda 278-384kg) adalah 12,22 kg, dengan konsumsi energi(de) 32,63 Mkal/kg, protein 1,08 kg, lemak 1,73 kg, serat kasar 2,18 kg, kalsium 0,66 kg serta fosfor 0,89 kg. DAFTAR PUSTAKA Baihaqi A. 1988. Pendugaan kebutuhan energi metabolis dan protein ayam broiler berdasarkan hasil pemberian makanan cara kafetaria. Disertasi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bailey SR, Rycroft A, Elliott J. 2002. Production of amines in equine cecal contents in an in vitro model of carbohydrate overload. Journal of animal science 2002;80(10):2656-62. Bradley M, Pfander WH. 2000, Feeds for Light Horses. Department of Animal Sciences, University of Missouri-Columbia. Chatterton J, Watts KA, Jensen KB, Harrison PA, Horton WH. 2006. Nonstructural Carbohydrates In Oat Forage. Journal of Nutrition, 136: 2111-2113. Cullison AE. 1978. Feeds and Feeding Animal Nutrition. Prentice Hall of India Private. Limited. New Delhi. p. 41.

Ejigui J, Savoie L, Marin J. 2007. Improvement of the nutritional quality of a traditional complementary porridge made of fermented yellow maize (Zea mays): effect of maize-legume combinations and traditional processing methods. Food Nutr Bull. 2007 Mar;28(1):23-34. Petterson JC, Wilson AM, Firth EC, Parry DAD, Goosship AE. 2010.,Comparison of collagen fibril populations in the superficial digital flexor tendons of exercised and nonexercised Thoroughbreds. SNI.1997. Bungkil kelapa-bahan baku pakan. Panduan Untuk Penerapan Pedoman BSN 301-1997 : Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu. Badan Standardisasi Nasional Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV lantai 3-4. Jl. Gatot Subroto. Senayan - Jakarta 10270 - Indonesia.