BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ( orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena melahirkan bayinya (Nolan, 2010, hal. 135).

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Seorang ibu yang sedang mengalami kehamilan pertama akan merasa berbeda

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB I PENDAHULUAN. seluruh jumlah penduduk. Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

SRI REJEKI J

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan dan di derita oleh manusia, baik yang bersifat patologis ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan telah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 220 juta jiwa dan jumlah dari tahun ke tahun terus

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam

Eni Yulianingsih F

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat alamiah dan normal terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. diramalkan. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi fisiologis yang. berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada 3 periode menopause,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya dilihat secara obyektif, tapi kebahagiaan juga bisa di lihat secara

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan dalam bidang pendidikan dan teknologi yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

Seorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak, secara otomatis. memegang tanggung j awab membantu anak dalam mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Indonesia mencapai usia 66,2 tahun, tahun 2008 UHH penduduk

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UMS YANG TINGGAL DI PONDOKAN DENGAN MAHASISWA YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin besar proporsi populasi orang-orang lanjut usia (lansia) beserta heterogenitas, pengalaman hidup yang kompleks, dan perubahan demografis dalam populasi, penting bagi professional kesehatan mental untuk bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari kecenderungan untuk memandang lansia sebagai populasi yang homogen dilihat dari nilai-nilai, motif, status social psikologis serta perilakunya, penelitian menunjukkan bahwa lansia adalah populasi yang sangat beragam dan heterogen. Mereka memiliki karakteristik-karakteristik yang sama dan yang berbeda dengan kelompok-kelompok usia lainnya. Seringkali tolak ukur kemajuan suatu bangsa dilihat dari angka harapan hidup penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai salah satu negara berkembang. Angka harapan hidup di Indonesia juga semakin meningkat. Tingginya usia harapan hidup yang juga menyebabkan meningkatnya jumlah lansia ini akan menyebabkan semakin meningkatnya masalah-masalah yang timbul oleh proses penuaan. Baik itu masalah kesehatan dari segi fisik, sosial ekonomi, maupun masalah psikologis. Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) diperingati setiap tanggal 29 Mei. Penduduk lanjut usia adalah penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih menurut Hurlock (2002). Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah 1

lanjut usia terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk). Pada tahun 2014 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan mancapai 36 juta jiwa. Pertumbuhan yang pesat ini merupakan implikasi dari semakin baiknya kualitas hidup karena fasilitas kesehatan yang semakin lengkap merata ke seluruh pelosok desa, digunakannya obat-obat canggih, yang menyebabkan usia harapan hidup meningkat. Penanganan kesehatan umum lansia sudah dilakukan pemerintah lewat program Posyandu Lanjut usia dan Pusat kesehatan masyarakat. Dengan peningkatan usia harapan hidup penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah. Kalau pada tahun 70-an angka harapan hidup bagi wanita rata-rata 54 tahun, pada tahun 2016 ini angka harapan hidup bagi wanita rata-rata 70 tahun dan bagi pria 68 tahun. Dengan demikian semakin meningkatnya jumlah lansia maka perhatian terhadap lansia perlu ditingkatkan agar terwujud kualitas keluarga yang sejahterah lahir dan batin. Karena penduduk lanjut usia menghadapi berbagai perubahan dalam hidupnya baik fisik, psikis, sosial, dan ekonomi dengan demikian diperlukan kesiapan keluarga, khususnya keluarga lansia itu sendiri atau keluarga yang mempunyai lansia untuk membinanya melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL). BKL merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara berkelompok dengan tujuan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan bagi keluarga yang mempunyai orang tua atau lanjut usia. Pengetahuan ini meliputi pola perawatan, 2

pengasuhan, dan pemberdayaan kaum lansia agar kesejahteraannya bisa meningkat. BKL mempunyai dua sasaran, yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsungnya adalah keluarga yang mempunyai lansia atau keluarga yang semua anggotanya merupakan kaum lansia. Sedangkan sasaran tidak langsungnya, yang pertama adalah perorangan seperti guru, ulama atau pemuka agama, tokoh adat, pemuda, pemimpin organisasi dan para ahli yang memiliki ketrampilan dibidang psikolog, perawatan, kebidanan, dan dokter. Kemudian, yang kedua adalah lembaga pemerintah maupun swasta, seperti sekolah, organisasi perempuan, dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Pembinaan fisik untuk lansia adalah pembinaan bagi kaum lansia sesuai dengan kondisi fisik dan usia mereka, misalnya melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki, senam, atau sekadar menikmati makan bersama.selain fisik, kaum lansia juga sering mengalami masalah psikis, misalnya cemas dan takut menghadapi kemunduran fisik di tubuhnya, takut sakit, takut kehilangan pergaulan atau takut tersingkir secara sosial dari lingkungannya. Melalui progam Bina Keluarga Lansia, diharapkan ketakutan tersebut bisa dihilangkan. Kaum lansia pada umumnya juga memiliki perasaan yang sangat peka dan mudah tersinggung. Bahkan, jika muncul perbedaan sedikit saja langsung memunculkan rasa curiga pada orang lain. Selain itu, kaum lansia juga biasanya mudah tegang, gelisah, dan memiliki banyak tuntutan yang kadangkala sulit untuk dipenuhi. Masalah lain yang juga sering menghinggapi kaum lansia adalah rasa sepi. Terutama yang sudah ditinggal oleh suami atau istrinya apalagi ketika semua 3

anaknya sudah menikah serta memiliki kehidupan sendiri. Rasa sepi ini akan memunculkan suatu perasaan jika dirinya sudah tidak punya manfaat lagi bagi orang lain atau masyarakat. Kondisi tersebut akan berdampak pada tekanan jiwa dan stres. Agar masalah tersebut bisa dihindari, Bina Keluarga Lansia atau BKL punya program-program untuk memberdayakan mereka. Sehingga, kaum lansia tetap bisa berkarya dan memberi manfaat baik untuk dirinya sendiri atau orang lain. Pada akhirnya, mereka tidak akan merasa tersingkirkan lagi dari keluarga atau pergaulannya di masyarakat. Disinilah pentingnya adanya Panti sebagai tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di samping sebagai long stay rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan kehidupan dalam lingkungan sosial Panti adalah lebih baik dari pada hidup sendirian dalam masyarakat sebagai seorang lansia. Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi, kesehatan dan kesejahteraan merupakan masalah yang mendominasi dalam kehidupan mereka. Pola penyakit lansia menempuh siklus hidup yang panjang sebelum menimbulkan komplikasi dan manifestasi klinik. Awalnya seseorang sehat, dengan bertambahnya usia dan tergantung gaya hidup yang dijalaninya dari ingkungan serta pelayanan kesehatan yang diterimanya. Berbagai masalah yang dikemukakan pada akhir-akhir ini sudah terjadi dan berkembang. 4

Fenomena tersebut juga terjadi di Kelurahan Kayuombun Kecamatan Padangsdimpuan, menunjukkan banyak sekali persoalan-persoalan yang timbul akibat kurang pedulinya keluarga, masyarakat terhadap kesehatan maupun kesejahteraan orang tua maupun usia lanjut. Pelaksanaan Pelayanan kesehatan bagi lansia tidak terwujud, kebutuhan dan pemberian perlindungan bagi lansia belum terpenuhi, tidak terlaksananya pemberdayaan lansia, kurangnya bantuan sosial bagi lansia, tidak mau tau tentang kesehatan dan apa saja masalah yang dimiliki kaum lanjut usia, masyarakat kurang memberikan perhatian dan dukungan terhadap apa yang dilakukan usia lanjut sehingga mereka hanya berdiam tanpa melakukan aktifitas, sarana dan prasarana yang kurang memadai sehingga lansia merasa kesejahteraan mereka tidak terjamin. Masalah di atas diakibatkan rendahnya pengetahuan dan pola pikir yang primitif dari masyarakat yang ada di kelurahan terkhusus nya para pendamping maupun kader, keluarga yang punya orang tua (usia lanjut) dan instansi kesehatan yang ada di kelurahan. Hal ini yang membuat masyarakat kurang memperhatikan dan tidak peduli dengan keberadaan kaum lansia. Sehingga mereka merasa kurang diperhatikan, hak dan kewajiban lanjut usia meliputi kemandirian, partisipasi, pelayanan, pemenuhan diri dan martabat tidak terpenuhi. Sehingga tidak heran di lapangan masih dijumpai kader maupun masyarakat kelurahan yang hanya berdiam diri tanpa ada nya kepedulian dan partisipasi terhadap pelaksanaan program bina keluarga lansia tersebut. 5

Berdasarkan pola pikir yang diuraikan di atas, dapat diketahui bahwa masyarakat memiliki partisipasi dalam program bina keluarga lansia, seberapa baik partisipasi masyarakat tersebut perlu dikaji secara ilmiah. Hal ini yang mendorong perlu dilakukan penelitian dengan judul Partisipasi Masyarakat Dalam Meningkatkan Program Bina Keluarga Lansia Di Kelurahan Kayuombun Kecamatan Padangsdimpuan. A. Identifikasi Masalah Sesuai dengan uraian dalam latar belakang, maka faktor penghambat masyarakat dalam meningkatkan program bina keluarga lansia sebagai berikut: 1. Masyarakat tidak memahami tentang tugas dan segala sesuatu terkait dengan program yang ada. 2. Kurangnya dukungan masyarakat dan keluarga kader terhadap keaktifan masyarakat, tidak ada insentif buat kader dan tidak adanya pendidikan masyarakat terhadap keaktifan kader. 3. Masyarakat tidak mengikuti perkembangan informasi di kelurahan. 4. Partisipasi masyarakat tidak ditingkatkan dengan mutu sebagai kader BKL. C. Pembatasan Masalah.Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam meningkatkan program bina keluarga lansia dan juga banyak faktor yang dapat berhubungan dengan program bina keluarga lansia, namun dalam penelitian ini masalah dibatasi hanya pada 6

partisipasi masyarakat dalam meningkatkan program bina keluarga lansia di Kelurahan Kayuombun Kecamatan Padangsdimpuan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Seberapa Besar Partisipasi Masyarakat Dalam Meningkatkan Program Bina Keluarga Lansia di Kelurahan Kayuombun Kecamatan Padangsdimpuan? E. Tujuan Penelitian Bertolak dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Meningkatkan Program Bina Keluarga Lansia Di Kelurahan Kayuombun Kecamatan Padangsdimpuan. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini sebagai berikut; 1. Manfaat Teoritis Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya terhadap ilmu-ilmu pendidikan yang terkait dengan menumbuhkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat. 2. Manfaat Praktis 7

a. Bagi lansia, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, pemahaman dan penyadaran akan tugas, kewajiban dan wewenangnya dalam program bina keluarga lansia. b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang partisipasi masyarkat dalam meningkatkan program bina keluarga lansia. c. Bagi Instansi Dinas Kesehatan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau masukan terhadap strategi pembinaan masyarakat dalam meningkatkan kegiatan lanjut usia. 8