Integrasi SIG dan citra ASTER BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
ENDAPAN MAGMATIK Kromit, Nikel sulfida, dan PGM

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

DAFTAR ISI SARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INVENTARISASI ENDAPAN NIKEL DI KABUPATEN KONAWE, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Tabel 1.1

BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

EKSPLORASI ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GEOLOGI DAN STUDI PENGARUH BATUAN DASAR TERHADAP DEPOSIT NIKEL LATERIT DAERAH TARINGGO KECAMATAN POMALAA, KABUPATEN KOLAKA PROPINSI SULAWESI TENGGARA

BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA ( ) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab IV Pengolahan dan Analisis Data

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III. KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian mineral logam. Secara umum daerah Pegunungan Selatan ini

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel V.1 Batasan Kadar Zona Endapan Nikel Laterit. % berat Ni % berat Fe % berat Mg. Max Min Max Min Max Min

senyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya bauksit di Indonesia mencapai 3,47 miliar ton, yang terdapat di dua

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI STATISTIK KOMPONEN UTAMA LOGAM BERAT PADA KOLAM PENGENDAPAN TAMBANG NIKEL LATERIT KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PERTAMBANGAN RAKYAT DI NAD

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III TEORI DASAR 3.1 Genesa Endapan serta Hubungannya dengan Pelapukan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN I.1.

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. resolusi tinggi, metode geokimia yang dapat menganalisa unsur unsur dalam

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI Pembentukan Zona Pada Endapan Nikel Laterit

BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN

PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER DAYA NIKEL LATERIT DI KAWASAN TIMUR INDONESIA. Ediar Usman

PEMETAAN POTENSI NIKEL LATERIT BERDASARKAN ANALISIS SPASIAL STUDI KASUS: KEC. ASERA KAB.KONAWE UTARA, SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 1

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

PEMETAAN GEOLOGI NIKEL LATERIT DAERAH SP UNIT 25 DAN SEKITARNYA KECAMATAN TOILI BARAT, KABUPATEN BANGGAI, PROPINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

Oleh: Uyu Saismana 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan Terbukti, Batugamping, Blok Model, Olistolit, Formasi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik tersingkap di permukaan bumi. Pelapukan pada peridotit menyebabkan unsurunsur dengan mobilitas rendah sampai immobile seperti Ni (nikel), Fe (besi) dan Co (kobal) mengalami pengkayaan secara residual dan sekunder (Burger, 1996). Secara ekonomi, endapan laterit mempunyai daya tarik yang tinggi (Batemen dan Jansen, 1981). Endapan nikel laterit diperkirakan akan menjadi sumber utama dari produk nikel di masa mendatang. Keunggulan atau daya tarik endapan nikel laterit karena terdapat banyaknya kandungan Ni (nikel), Fe (besi) dan Co (kobal) dalam jumlah yang ekonomis untuk diestraksi. Saat ini tidak satu negara pun mempunyai cadangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan industrinya. Dengan demikian dari tahun ke tahun banyak pihak yang mencari (eksplorasi) sumber endapan yang mengandung bijih yang sifatnya ekonomis untuk mengimbangi kebutuhan industrinya. Salah satu endapan bijih yang mempunyai target eksplorasi adalah endapan nikel laterit. Kabupaten Seram Bagian Barat dengan ibukotanya di Piru merupakan salah satu daerah pemekaran di wilayah Provinsi Maluku (berdasarkan UU No.40 Tahun 2003) secara astronomis, Kabupaten Seram Bagian Barat terletak di 2 0 55 3 0 30 LS dan 127 0 55 0 BT. Sedangkan secara geografis, Kabupaten Seram Bagian Barat memiliki 4 kecamatan yang berbatasan langsung dengan Laut Seram di sebelah utara, Kabupaten Maluku Tengah dan Kota Ambon di sebelah selatan, Selat Manipa di sebelah barat dan Kabupaten Maluku Tengah di sebelah timur. Luas wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat yang mencapai 4.046,35 km 2 memiliki potensi sumber daya alam yang belum dieksplorasi. Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan salah satu wilayah Maluku yang kaya akan kandungan nikel laterit dalam jumlah besar. Hal ini didukung oleh Erfin Elly 1

bentukan geologi yang terdiri atas volcano plutonic arc, methamorphic belt, ophiolite belt, serta pemekaran dasar laut saat pembentukan pulau Seram dan pulau Ambon. Selain itu, kondisi ini juga tidak terlepas oleh iklim, reaksi kimia, struktur, dan topografi Kab. Seram Bagian Barat yang cocok terhadap pembentukan nikel laterit. Endapan nikel laterit di Kab. Seram Bagian Barat terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang terbentang dalam suatu singkapan yang cukup besar. Selama ini eksplorasi terhadap nikel laterit dilakukan dengan mencari singkapan ultramafik, pemetaan lapangan, pengeboran, dan analisa laboratorium untuk mengetahui kandungan mineral dan kimiawi nikel. Namun salah satu hambatan besar dari kegiatan tersebut adalah pada tahap pemetaan lapangan, yang membutuhkan waktu yang lama dan berbiaya besar, terutama untuk daerah baru, sehingga seringkali sulit untuk dilakukan pada wilayah luas. Namun seiring berkembangnya teknologi dalam bidang pemetaan, keterbatasan tersebut kini dapat diatasi dengan menggunakan aplikasi dari teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan penginderaan jauh (Rajesh, 2004). Perkembangan aplikasi SIG dan penginderaan jauh dalam pemetaan wilayah potensi dilakukan dengan mengintegrasikan berbagai jenis data spasial, kemudian menentukan model yang tepat untuk mengetahui wilayah potensi mineral tersebut, sensor yang digunakan untuk mengidentifikasi deposit mineral adalah Advanced Spacebome Thermal Emission Radiometer (ASTER). Salah satu kelebihan citra ASTER dalam memetakan sebaran mineral permukaan adalah ketersediaan saluran (band) yang lebih banyak (VNIR saluran 1-3, SWIR saluran 4-9 dan TIR saluran 10-14) dengan resolusi spasial yang lebih baik dibandingkan citra sejenis, seperti Landsat. Oleh karena itu, ASTER cocok dalam memetakan berbagai jenis batuan dan mineral. Kelebihan lainnya yaitu harga citra ASTER yang jauh lebih murah dibandingkan menggunakan satelit hyperspectral ataupun pemetaan udara. Kelebihan-kelebihan ini menjadikan ASTER menarik untuk digunakan lebih jauh. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan kemampuan ASTER yang baik dalam pemetaan geologi. Erfin Elly 2

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas tentang kemampuan Pengideraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dalam mendeteksi kandungan deposit nikel laterit, serta keterkaitan antara karakteristik wilayah berupa variabel fisik seperti batuan induk geologi dan lereng menggunakan sensor TERRA/ASTER, maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk mengetahui sebaran potensi deposit nikel laterit di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku? 2. Bagaimana asosiasi antara variabel fisik berupa batuan induk, struktur geologi dan lereng dengan deposit nikel laterit? 3. Di mana daerah deposit nikel laterit potensial di Kab. Seram Bagian Barat? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk mendeteksi sebaran deposit nikel laterit di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. 2. Mengetahui asosiasi antara variabel fisik yang berupa batuan induk, struktur geologi dan lereng terhadap deposit nikel laterit. 3. Mengetahui daerah yang memiliki deposit nikel laterit potensial di Kabupaten Seram Bagian Barat. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan informasi kepada pemerintah daerah Kabupaten Seram Bagian Barat tentang potensi nikel laterit di daerahnya, sehingga diharapkan dapat menarik investor lokal maupun asing untuk melakukan eksplorasi di daerah tersebut serta mengembangkan penggunaan Pengideraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam mengeksplorasi Erfin Elly 3

mineral tambang yang ada di Indonesia, dan juga diperoleh peta sebaran deposit nikel laterit di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. 1.5. Keaslian Penelitian Peneliti terdahulu yang pernah melakukan penelitian pada daerah penelitian adalah : 1. Tim Geologi PT. Aneka Tambang Tim Antam melakukan penelitian tentang penyebaran dan keterdapatan endapan nikel laterit di daerah Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat dan sekitarnya, dalam Tahap Skip (Surat Izin Peninjauan) tahun 2006. 2. Tim Geologi PT. Lasindo Sentosa Dalam penelitiannya disimpulkan terdapat penyebaran nikel tahun 2006 dan unsur-unsur logam serta kadar pada endapan nikel laterit daerah Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat dan sekitarnya. 3. Ronny Rumpuin, 2010 Penelitian ini lebih spesifik pada karakterisasi mineralogi dan endapan nikel laterit di Piru (Gunung Tinggi) Kabupaten Seram Bagian Barat. 4. PT. Inco 2009 PT. Inco melakukan penelitian mengunakan citra ASTER untuk menganalisis deposit nikel laterit di Sorowako, Sulawesi Tenggara. 1.6. Potensi Nikel Laterit Kabupaten Seram Bagian Barat Nikel di Kabupaten Seram Bagian Barat terbentuk dari proses pelapukan kimia yang kuat (dominan) terhadap batuan beku ultrabasa (dunit, peridotit) hasil rombakan dan pelapukan batuan tersebut membentuk mineral-mineral yang stabil, karena kondisi tertentu material-material yang tidak terangkat akan terakumulasi pada tempat asalnya dan membentuk endapan sedimen residu yaitu endapan nikel laterit. Berdasarkan pengamatan baik secara horisontal maupun vertikal menunjukan kenampakan visual megaskopis cukup menarik dan diharapkan akan memberikan cadangan dan luas penyebaran kadar nikel yang menjanjikan. Di Erfin Elly 4

Kabupaten Seram Bagian Barat, dari hasil survei dasar logam dan non logam dari Dinas Pertambangan Provinsi Maluku menyimpulkan potensi penyelidikan nikel yang ada dapat dikelompokan di beberapa lokasi. 1.6.1. Potensi Daerah Gunung Kobar Secara umum terdapat dalam batuan serpentinit dengan warna segar hijau, kekompakan sedang, pelapukan kuat, masif, holokristalin, mengandung serat, terdapat rekahan yang terisi oleh kuarsa, contoh tanah pelapukan warna merah, coklat kuning kemerahan, material lepas, ukuran butir pasir sedang sampai halus, porositas tinggi pelapukan kuat, tebal tanah laterit 50 cm. Berdasarkan analisa kimia terhadap contoh batuan yang mengandung nikel dan tanah lateritnya didapatkan unsur nikel (Ni) di batuan serpentinit 0,014%, sedangkan pada tanah lateritnya didapatkan unsur (Ni) 0,98%. Dari hasil analisis kadar kimia ini unsurunsur nikel yang bisa ditambang hanya pada pelapukan laterit dengan luas sebaran 615 hektar yang terletak di perbatasan Dusun Masika Jaya dan dusun Taman Jaya Huamual Belakang. 1.6.2. Potensi Daerah Kairatu Kenampakan di lapangan nikel pada lokasi daerah Kairatu ditemukan dalam batuan serpentinit serta tanah laterit yang merupakan hasil pelapukan dari batuan ultrabasa tersebut. Tanah laterit berwarna merah tua yang diidentifikasi merupakan zona limonit dengan ketebalan relatif ± 4 meter. Batuan serpentinit yang berwarna hitam kehijauan sebagai bentuk proses serpentinisasi yang merupakan ubahan olivin, piroksen dan ortopiroksen merupakan batuan dasar dengan struktur batuan menunjukan adanya serat-serat dengan kilap kaca. Berdasarkan hasil analisa kimia terhadap contoh batuan mengandung nikel dan tanah lateritnya, didapatkan unsur nikel (Ni) di batuan serpentinit 0,21%. Sedangkan pada tanah lateritnya dijumpai unsur nikel (Ni) 0,94%. Dari hasil analisa kimia kadar unsur nikel yang bisa ditambang hanya pada tanah pelapukan Erfin Elly 5

laterit. Tanah laterit di desa Hualoy menyebar secara luas hingga desa Seriholo dengan luas penyebaran 1.100 hektar. 1.6.3. Potensi Daerah Eti-Kaibobu Potensi laterit pada lokasi Eti-Kaibobu adalah dunit dan peridotit yang tersebar di bagian baratdaya meliputi Tanjung Sisi sampai Teluk Liang, di bagian timur laut menempati perbukitan Lumbu Nawa yang memanjang relatif Utara- Selatan yang dari interpretasi awal dimungkinkan masih meluas ke arah Timur. Secara umum potensi ini dicirikan oleh morfologi perbukitan yang relatif landai, dengan luas penyebaran 4200 hektar. Laterit regolit piroksenit mempunyai penyebaran relatif Barat Laut-Tenggara dan berada di antara laterit regolit dunit dan peridotit, dengan luas penyebaran 3500 hektar. Dari hasil analisa dan pengujian sampel nikel yang dapat digunakan adalah hasil pelapukan tanah laterit, yaitu di gunung Kobar dan di Desa Hualoy Kecamatan Kairatu dengan kadar nikel (Ni) di atas 0,5%. Nikel ini diperkirakan hanya dapat digunakan untuk penggunaan tak langsung yaitu paduan nikel besi sebagai Wrought alloy steel (paduan logam kadar nikel 0,5-10%), digunakan untuk pembuatan peralatan mesin-mesin berat, transportasi dan lain-lain. Dari hasil analisa laboratorium dan kesimpulan pengambilan sampel yang mewakili di beberapa lokasi menunjukan bahwa kadar nikel di Kabupaten Seram Bagian Barat menunjukan kadar nikel rendah atau (low grade) di bawah 1%. Perlu diketahui bahwa, secara garis besar penggunaan logam nikel ada 2 (dua) macam yaitu: penggunaan langsung dan penggunaan tak langsung. - Penggunaan langsung yaitu dalam bentuk nikel murni, untuk pembuatan peralatan laboratorium kimia dan fisika, anoda pada baterai penyimpan listrik, dan lampu radio. - Penggunaan tak langsung yaitu untuk pembuatan paduan logam, paduan besi dan bukan serta berbagai pembuatan senyawa nikel tergantung pada kadar nikelnya. Erfin Elly 6

Tabel 1.1. Hasil Analisa Tanah dan Batuan Nomor Lab 7130/08 7131/08 7132/08 7133/08 METODE Kode Spl NL-KBR NL-HLY NL-HLY NB-KBR Ni% 0,98 0,94 0,21 0,014 AAS (Sumber : Laporan survey dasar logam dan nonlogam Dinas Pertambangan dan Energi Kab. SBB kerjasama dengan Laboratorium PPPTMB Bandung-Indonesia.) Erfin Elly 7