BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB IV. HASIL dan ANALISA Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Tinjauan Pustaka. Agregat

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah.(1998):Pemanfaatan Asbuton untuk Lasbutag dan Latasbusir, Direktorat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA. 1. Bina Marga Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton. Saringan Agregat Halus Dan Kasar, SNI ;SK SNI M-08-

BAB III LANDASAN TEORI

Pemeriksaan BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR. Penanggung Jawab. Iman Basuki

Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar. 1/2" (gram)

METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan selama penelitian di laboratorium adalah sebagai berikut:

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB III LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

PENGARUH PERENDAMAN BERKALA PRODUK MINYAK BUMI TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN BETON ASPAL

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. perihal pengaruh panjang serabut kelapa sebagai bahan modifier pada campuran

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

LAMPIRAN A HASIL PENGUJIAN AGREGAT

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

Zeon PDF Driver Trial

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

METODOLOGI PENELITIAN

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

OPTIMASI KADAR ASPAL BETON AC 60/70 TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA LALU LINTAS BERAT MENGGUNAKAN MATERIAL LOKAL BANTAK PROYEK AKHIR

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERENCANAAN GRADASI AGREGAT CAMPURAN. dari satu fraksi agregat yang penggabungannya menggunakan cara analitis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipresentasikan pada gambar bagan alir, sedangkan kegiatan dari masing - masing

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras yang mempunyai nilai penetrasi 60/70. Pengujian aspal di laboratorium Jalan Raya Universitas Mercu Buana meliputi uji penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. 4.1.1 Pengujian aspal pen 60/70 4.1.1.1 Uji berat Jenis Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70 NO DESCRIPTION Kode KONSENTRASI ASPAL PEN 60/70 SAMPEL 1 SAMPEL 2 1 Berat piknometer kosong (A) 112.10 (gram) 114.00 (gram) 2 Berat piknometer kosong + air (B) 422.10 (gram) 427.00 (gram) 3 Berat piknometer kosong + Aspal Serat Optimum & BNA (C) 174.00 (gram) 153.50 (gram) 4 Berat piknometer kosong + Aspal Serat Optimum & BNA + air (D) 425.00 (gram) 430.40 (gram) Berat Jenis Aspal serat optimum + BNA (BJ) 1.049 1.094 1.072 Dari hasil pengujian berat jenis aspal pen 60/70 diatas didapatkan hasil sebesar 1.072. Hasil ini masih masuk dalam syarat yang ditentukan dalam SNI 06-2411-1991 yaitu min 1. IV-1

4.1.1.2 Uji Penetrasi Tabel 4.2 Hasil uji penetrasi Aspal pen 60/70 NO DESCRIPTION SAMPEL PENETRASI RATA TITIK TITIK TITIK TITIK TITIK RATA 1 2 3 4 5 1 Kosentrasi aspal PEN 60/70 I 55 80 81 71 85 74 II 66 69 61 81 115 78 III TOTAL 76 Dari hasil pengujian penetrasi aspal pen 60/70 diatas didapatkan hasil rata-rata sebesar 76. Hasil ini masih masuk dalam syarat yang ditentukan dalam SNI 06-2456-1991 yaitu 60-79. 4.1.1.3 Uji Titik Nyala Tabel 4.3 Hasil uji Titik Nyala Aspal pen 60/70 Titik Nyala Titik Bakar Keterangan 256 - Standar Pemeriksaan Memenuhi syarat > 225 SNI 06-2433-1991 Dari hasil pengujian titik nyala aspal pen 60/70 diatas didapatkan nilai titik nyala 256. Hasil ini masih masuk dalam syarat yang ditentukan dalam SNI 06-2433-1991 yaitu > 225. IV-2

4.1.1.4 Uji Daktilitas Tabel 4.4 Hasil uji Daktilitas Aspal pen 60/70 NO DESCRIPTION SAMPEL JARAK 1 Aspal Pen 60/70 1 163 cm 2 179 cm 3 190 cm TOTAL 177.33 cm Dari hasil pengujian daktilitas aspal pen 60/70 diatas didapatkan nilai rata-rata 177.33 cm. Hasil ini msih masuk dalam syarat yang ditentukan dalam SNI 06-2432-1991 yaitu min 100 cm. 4.1.1.5 Uji Titik Lembek Tabel 4.5 Hasil uji Titik Lembek Aspal pen 60/70 WAKTU TEMPERATUR (⁰C) ASPAL PEN 60/70 (menit) TITIK-1 TITIK-2 0 6 6 6 15 15 12 27 27 18 37 37 24 45 45 26'00" 49-26'14" - 49 30 - - RATA-RATA 49 Dari hasil pengujian titik lembek aspal pen 60/70 diatas didapatkan nilai rata-rata 49 C. Hasil ini masih masuk dalam syarat yang ditentukan dalam SNI 06-2434-1991 yaitu 48-58 C. IV-3

4.1.1.6 Hasil Pengujian Aspal pen 60/70 Tabel 4.6 Hasil pengujian terhadap Aspal Pen 60/70 NO. JENIS PENGUJIAN METODE SYARAT ASPAL PEN 60/70 Nilai / X KET 1 Penetrasi; 25⁰C, 100 gr, 5 detik, 0,1 mm SNI 06-2456 - 1991 60-79 76 2 Titik Lembek; ⁰C SNI 06-2434 - 1991 48-58 49 3 Titik Nyala, ⁰C SNI 06-2433 - 1991 min. 225 256 = MASUK X = TIDAK MASUK 4 Daktilitas; 25⁰C, cm SNI 06-2432 - 1991 min. 100 177.33 5 Berat Jenis SNI 06-2441 - 1991 min. 1.0 1.072 Dari hasil pengujian diatas didapatkan hasil aspal pen 60/70 yang digunakan sangat baik karena nilai untuk semua jenis pengujian masih memenuhi syarat yang ditentukan. 4.2 Hasil dan Analisa Pengujian Agregat Pemeriksaan yang dilaksanakan pada penelitian ini, meliputi pemeriksaan terhadap agregat kasar, agregat halus, dan filler (semen). Tujuan pemeriksaan bahan ini adalah diharapkan salah satu faktor kestabilan konstruksi perkerasan dapat terpenuhi, disamping hal lainnya yang menyangkut pelaksanaan di lapangan. Pemeriksaan material yang meliputi agregat kasar, agregat halus maupun filler (semen) mengacu pada SNI dan AASHTO. IV-4

4.2.1 Uji berat jenis dan penyerapan Agregat Kasar Tabel 4.7 Hasil uji berat jenis dan penyerapan agregat kasar Uraian Satuan Percobaan Rata- A B Rata Berat benda uji kering (Bk) gram 5000 5000 Berat benda uji kering permukaan (Bj) gram 5130 5146 Berat benda uji dalam air (Ba) gram 3200 3353 Berat jenis bulk (Bk/(Bj-Ba)) 2.59 2.79 2.69 Berat jenis permukaan jenuh (SSD) (Bj/(Bj- Ba)) 2.66 2.87 2.76 Berat jenis semu (Bk/(Bk-Ba)) 2.78 3.04 2.91 Penyerapan ((Bj-Bk)/Bk) x 100% 2.60 2.92 2.76 Dari hasil pengujian berat jenis agregat kasar diatas didapatkan hasil berat jenis bulk 2.62 dan berat jenis permukaan jenuh (SSD) 2.69. Hasil ini masih masuk dalam syarat yang ditentukan dalam SNI 03-1969-1990 yaitu sebesar 2.5. 4.2.2 Uji keausan dengan mesin Los Angeles Tabel 4.8 Hasil uji keausan Uraian Satuan Percobaan Berat benda uji semula (A) gram 5000 Berat benda uji setelah pengujian (B) gram 3346 A - B gram 1654 Keausan = ((A-B)/A) x 100% % 33.08 Dari hasil pengujian keausan agregat kasar diatas didapatkan nilai keausan 33.08%. Hasil ini masih masuk dalam syarat yang ditentukan dalam SNI 03-2417-1991 yaitu maks 40%. IV-5

4.2.3 Uji berat jenis dan penyerapan Agregat Halus Tabel 4.9 Hasil Uji berat jenis dan penyerapan Agregat Halus Uraian Satuan Percobaan A B Rata-Rata Berat permukaan jenuh (SSD) gram 500 500 Berat benda uji kering Oven (Bk) gram 498 497 Berat piknometer berisi air (Bj) gram 724 710 Berat piknometer + benda uji + air (Bt) 1000 994 Berat jenis bulk 2.23 2.30 2.26 Berat jenis permukaan jenuh 2.25 2.35 2.30 Berat jenis semu 2.24 2.33 2.29 Penyerapan ((SSD-Bk)/Bk) x 100% 0.34 0.57 0.46 Dari hasil pengujian berat jenis agregat halus diatas didapatkan hasil berat jenis bulk 2.26 dan berat jenis permukaan jenuh (SSD) 2.30. Hasil ini selanjutnya akan dimasukkan kedalam berat jenis gabungan untuk perhitungan Uji Marshall. 4.2.4 Uji Berat Jenis Filler (Semen) Tabel 4.10 Hasil uji berat jenis filler (semen) Uraian Satuan Percobaan A B Rata-Rata Berat semen (B) gram 64 64 Pembacaan pertama skala botol (V1) gram 0.5 0.5 Pembacaan kedua skala botol (V2) gram 23 22 Berat isi air pada suhu 4 C (d) 1 1 Berat jenis (B*d/(V2-V1)) 2.91 2.98 2.94 Dari hasil pengujian berat jenis filler (semen) diatas didapatkan nilai 2.94. Hasil ini masih masuk dalam syarat yang ditentukan dalam SNI 03-3416-1990 yaitu min 2.5. IV-6

4.3 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal Pen. 60/70 + Serat Sabut Kelapa 4.3.1 Uji berat jenis Pengujian berat jenis aspal + serat sabut kelapa ini merupakan salah satu pengujian yang dilakukan untuk mencari kadar serat optimum yang akan digunakan untuk pencampuran aspal + BNA. Tabel 4.11 Hasil uji berat jenis aspal pen 60/70 + serat sabut kelapa NO DESCRIPTION Kode KOSENTRASI ASPAL & SERAT SABUT KELAPA 0.1% 0.2% 0.3% 0.4% 0.5% 1 Berat piknometer kosong (A) 115.00 115.00 116.00 115.00 117.00 2 Berat piknometer kosong + air (B) 430.00 430.00 430.00 430.00 430.00 3 Berat piknometer kosong + Aspal + Serat Sabut Kelapa (C) 136.00 137.00 138.00 138.00 139.00 4 Berat piknometer kosong + Aspal + Serat Sabut Kelapa+ air (D) 432.50 432.80 432.00 433.30 433.00 5 Berat Jenis Aspal serat optimum + BNA (BJ) 1.135 1.146 1.100 1.168 1.158 Dari hasil pengujian berat jenis aspal pen 60/70 + serat sabut kelapa diatas didapatkan hasil bahwa nilai berat jenis untuk semua kadar serat memenuhi syarat yaitu lebih dari 1. Hasil ini telah sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam SNI 06-2411-1991 yaitu min 1. IV-7

4.3.2 Uji Penetrasi Tabel 4.12 Hasil Uji penetrasi aspal pen 60/70 + serat sabut kelapa NO DESCRIPTION 1 Kosentrasi aspal & serat Sabut kelapa (0.1%) 2 Kosentrasi aspal & serat Sabut kelapa (0.2%) 3 Kosentrasi aspal & serat Sabut kelapa (0.3%) 4 Kosentrasi aspal & serat Sabut kelapa (0.4%) 5 Kosentrasi aspal & serat Sabut kelapa (0.5%) SAMPEL PENETRASI RATA TITIK TITIK TITIK TITIK TITIK RATA 1 2 3 4 5 I 87 60 73 67 81 74 II 62 68 69 72 59 66 III 60 61 76 62 69 66 I 82 83 73 78 73 78 II 68 82 83 72 71 75 III 75 70 80 87 77 78 I 66 58 80 88 56 70 II 60 70 89 72 75 73 III 79 78 75 89 79 80 I 74 71 85 77 81 78 II 78 86 71 84 73 78 III 76 76 69 68 75 73 I 70 77 79 78 59 73 II 50 72 59 67 75 65 III 72 75 75 61 69 70 TOTAL RATA- RATA 68 77 74 76 69 Dari hasil pengujian penetrasi aspal pen 60/70 + serat sabut kelapa diatas didapatkan hasil penetrasi untuk semua kadar serat tidak memenuhi syarat yang ditentukan dalam SNI 06-2456- 1991 yaitu 40-60. 4.3.3 Uji Titik Nyala Tabel 4.13 Hasil uji titik nyala aspal pen 60/70 + serat sabut kelapa Persen Serat Sabut Kelapa Titik Nyala (⁰ C) 0.1% 290 0.2% 280 0.3% 275 0.4% 300 0.5% 305 IV-8

Dari hasil pengujian titik nyala aspal pen 60/70+ sabut kelapa didapatkan nilai untuk semua titik nyala masih masuk dalam syarat yang ditentukan dalam SNI 06-2433-1991 yaitu > 225. 4.3.4 Uji Daktilitas Tabel 4.14 Hail uji Daktilitas aspal 60/70 + serat sabut kelapa SAMPLE SAMPLE SAMPLE RATA- NO DESCRIPTION 1 2 3 RATA 1 Aspal dan Serat Sabut Kelapa (0.1%) 101 102 103 102.00 2 Aspal dan Serat Sabut Kelapa (0.2%) 124 120 118 120.67 3 Aspal dan Serat Sabut Kelapa (0.3%) 115 118 112 115.00 2 Aspal dan Serat Sabut Kelapa (0.4%) 133 129 145 135.67 3 Aspal dan Serat Sabut Kelapa (0.5%) 105 123 103 110.00 Dari hasil pengujian daktilitas aspal pen 60/70 + serat sabut kelapa diatas didapatkan nilai daktilitas untuk semua kadar serat memenuhi syarat yang ditentukan dalam SNI 06-2432-1991 yaitu min 50 cm. 4.3.5 Uji Titik Lembek Tabel 4.15 Hasil uji Titik Lembek aspal 60/70 + serat sabut kelapa Persen Serat Sabut Kelapa Titik Lembek (⁰C) 0.10% 43.5 0.20% 44 0.30% 51 0.40% 44.5 0.50% 47 IV-9

Dari hasil pengujian titik lembek aspal pen 60/70 + serat sabut kelapa diatas didapatkan nilai titik lembek untuk semua kadar seerat tidak ada yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam SNI 06-2434-1991 yaitu min 55 C. 4.3.6 Penentuan Kadar Serat Optimum Aspal Pen.60/70 + Serat Sabut Kelapa Tabel 4.16 Hasil Penentuan Kadar Serat Optimum aspal 60/70 + sabut kelapa NO. JENIS PENGUJIAN METODE SYARAT ASPAL MINYAK + SERAT SABUT KELAPA 0.1% 0.2% 0.3% 0.4% 0.5% 1 Penetrasi; 25⁰C, 100 gr, 5 detik, 0,1 mm SNI 06-2456-1991 40-60 68 77 74 76 69 x x x x x 2 Titik Lembek; ⁰C SNI 06-2434-1991 3 Titik Nyala, ⁰C SNI 06-2433-1991 4 Daktilitas; 25⁰C, cm SNI 06-2432-1991 5 Berat Jenis SNI 06-2456-1991 min. 55 44 44 51 45 47 x x x x x min. 225 290 280 275 300 305 min. 50 102 121 115 136 110 min. 1.0 1.14 1.15 1.10 1.17 1.16 KET : = MASUK, X = TIDAK MASUK Dari hasil pengujian diatas karena semua hasil menunjukkan kesamaan maka diambil kesimpulan, bahwa aspal pen 60/70 dan serat sabut kelapa yang memenuhi standar diambil nilai tengah yaitu kadar serat sabut kelapa 0.3%. Untuk selanjutnya dilanjutkan pada pengujian mencari aspal + BNA Optimum dengan perbandingan 70/30,75/25,80/20. IV-10

4.4 Pencampuran Aspal Pen 60/70 + Sabut Kelapa 0.3% + BNA (70/30,75/25,80/20) 4.4.1 Uji berat Jenis Pengujian berat jenis aspal pen 60/70 + serat sabut kelapa + BNA ini merupakan salah satu pengujian yang dilakukan untuk mencari kadar serat optimum yang akan digunakan untuk pengujian Marshall dan Immersion. Tabel 4.17 Hasil uji berat jenis Aspal Pen 60/70 + Sabut Kelapa 0.3% + BNA NO DESCRIPTION KONSENTRASI ASPAL SERAT OPTIMUM & BNA 70/30 75/25 80/20 1 Berat piknometer kosong (A) 121.00 115.00 117.00 2 Berat piknometer kosong + air (B) 431.00 427.00 429.00 3 Berat piknometer kosong + Aspal Serat Optimum & BNA (C) 142.50 142.00 134.25 4 Berat piknometer kosong + Aspal Serat Optimum & BNA + air (D) 432.50 429.50 430.20 5 Berat Jenis Aspal serat optimum + BNA (BJ) 1.075 1.102 1.075 Dari hasil pengujian berat jenis aspal pen 60/70 + serat sabut kelapa + BNA diatas didapatkan hasil bahwa nilai berat jenis untuk semua kadar campuran aspal + BNA memenuhi persyaratan yaitu lebih dari 1. Hasil ini telah sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam SNI 06-2411-1991 yaitu min 1. IV-11

4.4.2 Uji Penentrasi Tabel 4.18 Hasil uji penetrasi Aspal Pen 60/70 + Sabut Kelapa 0.3% + BNA NO DESCRIPTION 1 Kosentrasi aspal serat optimum & BNA Blend (70/30) 2 Kosentrasi aspal serat optimum & BNA Blend (75/25) 3 Kosentrasi aspal serat optimum & BNA Blend (80/20) PENETRASI RATA SAMPEL 1 2 3 4 5 RATA I 41 36 42 47 51 43 II 44 43 45 40 40 42 III 52 59 60 54 51 55 I 52 40 60 62 54 54 II 53 48 51 41 43 47 III 63 55 60 48 53 56 I 40 39 43 46 44 42 II 38 38 45 50 47 44 III 45 47 42 44 58 47 TOTAL RATA- RATA 47 52 44 Dari hasil pengujian penetrasi aspal pen 60/70 + serat sabut kelapa + BNA diatas didapatkan hasil penetrasi untuk semua kadar campuran telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam SNI 06-2456-1991 yaitu 40-60. 4.4.3 Uji Titik Nyala Tabel 4.19 Hasil uji titik nyala Aspal Pen 60/70 + Sabut Kelapa 0.3% + BNA BNA Persen Serat Titik Nyala 70/30 0.30% 240 75/25 0.30% 250 80/20 0.30% 250 IV-12

Dari hasil pengujian titik nyala aspal pen 60/70 + serat sabut kelapa + BNA didapatkan nilai untuk semua titik nyala masih memenuhi syarat yang ditentukan sesuai SNI 06-2433-1991 yaitu > 225. 4.4.4 Uji Daktilitas Tabel 4.20 Hasil uji Daktilitas Aspal Pen 60/70 + Sabut Kelapa 0.3% + BNA NO DESCRIPTION SAMPLE 1 SAMPLE 2 SAMPLE 3 RATA- RATA (cm) (cm) (cm) (cm) 1 Aspal serat optimum dan BNA (70/30) 30 27 26 27.67 2 Aspal serat optimum dan BNA (75/25) 41 42 58 47.00 3 Aspal serat optimum dan BNA (80/20) 29 22 24 24.83 Dari hasil pengujian daktilitas aspal pen 60/70 + serat sabut kelapa + BNA diatas didapatkan nilai daktilitas untuk semua kadar campuran tidak ada yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam SNI 06-2432-1991 yaitu min 50 cm, hanya kadar campuran 75/25 saja yang paling mendekati syarat. 4.4.5 Uji Titik Lembek Tabel 4.21 Hasil uji Titik Lembel Aspal Pen 60/70 + Sabut Kelapa 0.3% + BNA BNA Persen Serat Titik Lembek 70/30 0.3% 48 75/25 0.3% 54 80/20 0.3% 51.5 IV-13

Dari hasil pengujian titik lembek aspal pen 60/70 + serat sabut kelapa + BNA diatas didapatkan nilai titik lembek tidak ada yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam SNI 06-2434-1991 yaitu min 55 C, hanya kadar campuran 75/25 saja yang paling mendekati syarat. 4.4.6 Penentuan Kadar Optimum Aspal Pen.60/70 + Serat Sabut Kelapa 0.3% + BNA 70/30, 75/25, 80/20 Tabel 4.22 Hasil Penentuan Kadar Campuran Optimum aspal 60/70 + serat sabut kelapa + BNA NO. JENIS PENGUJIAN METODE SYARAT ASPAL SERAT OPTIMUM + BNA 70/30 / x 75/25 / x 80/20 / x 1 Penetrasi; 25⁰C, 100 gr, 5 detik, 0,1 mm SNI 06-2456 - 1991 40-60 47 52 44 2 Titik Lembek; ⁰C 3 Titik Nyala, ⁰C 4 Daktilitas; 25⁰C, cm 5 Berat Jenis SNI 06-2434 - 1991 min. 55 48 X 54 X 51.5 X SNI 06-2433 - 1991 min. 225 240 250 250 SNI 06-2432 - 1991 min. 50 27.67 X 47.00 X 24.83 X SNI 06-2441 - 1991 min. 1.0 1.075 1.102 1.075 Ket : = MASUK X = TIDAK MASUK Dari pengujian campuran aspal 60/70 + serat sabut kelapa 0.3% + Buton Natural Aspal (BNA) 70/30, 75/25, 80/20 diperoleh optimum yang akan digunakan untuk pengujian Marshall dan Immersion yaitu campuran Aspal Pen 60/70 + Serat Sabut Kelapa 0.3% + BNA 75/25. IV-14

4.5 Pengujian Marshall 4.5.1 Karakteristik Campuran Aspal dan Agregat Tabel 4.23 Data Agregat dan Filler Bahan Padat (bulk) Berat Jenis Semu (apparent) Efektif (Bje) Komposisi terhadap total berat agregat A B C=(A+B)/2 (%) agregat kasar 2.62 2.82 2.72 75 agregat halus 2.26 2.29 2.275 15 filler (semen) 2.9 10 TOTAL 100 Berat jenis Bulk Agregat Gabungan 100 %agregat kasar + %agregat halus + %filler Bj bulk ag.kasar Bj bulk ag.halus Bj filler = 2.58 Berat jenis Efektif Agregat Gabungan 100 %agregat kasar + %agregat halus + %filler Bj efektif ag.kasar Bj efektif ag.halus Bj filler = 2.66 Berat Jenis Aspal = 1.13 IV-15

4.5.2 Rancangan Campuran Metode Marshall Tabel 4.24 Penentuan Gradasi Campuran SMA 0/8 Ukuran Saringan Persen Lolos Persen Lolos Ideal Persen Tertahan Komulatif (%) (%) (%) (mm) 1" 25.4 - - - 3/4" 19.1 - - - 1/2" 12.7 100 100-3/8" 9.5 90-100 95 5 No. 4 4.76 30-50 40 55 No. 8 2.38 20-30 25 15 No. 16 1.19 - - - No. 30 0.6 - - - No. 50 0.279 10-22 16 9 No. 200 0.075 8-12 10 6 Filler 0.075 10 TOTAL 100 IV-16

4.5.3 Uji Marshall Tabel 4.25 Data Perhitungan Uji Marshall Berat Jenis Bulk Agregat s 2.58 Berat Jenis Efektif Agregat t 2.66 Berat Jenis Aspal u 1.13 Nomor Tinggi Kadar Aspal Berat Benda Uji isi BJ Campuran thd berat Benda Benda berat thd berat dalam benda padat maks VIM VMA VFB bacaan kering SSD isi air pada Uji Uji agregat campuran uji (bulk) teoritis alat (mm) (%) (%) (gram) (gram) (gram) (cc) (t/m3) % % % mm kg/mm 1a 64.15 5.26 5.00 1084.00 545.00 1087.00 542.00 2.00 2.00 92.00 35.44 0.93 1375.48 4.25 323.64 1b 65.50 5.26 5.00 1110.00 569.00 1113.00 544.00 2.04 2.04 85.00 35.44 0.93 1270.82 4.40 288.82 1c 65.15 5.26 5.00 1099.00 567.00 1103.00 536.00 2.05 2.05 66.00 35.44 0.93 986.75 4.68 210.85 rata2 5.00 1097.67 560.33 1101.00 2.03 2.49 2.030 18.51 25.24 26.68 1211.02 4.44 274.44 2a 64.45 6.38 6.00 1100.00 562.00 1101.00 539.00 2.04 2.04 58.00 35.44 0.93 867.15 3.90 222.35 2b 67.50 6.38 6.00 1093.00 559.00 1094.00 535.00 2.04 2.04 58.00 35.44 0.96 895.12 6.60 135.62 2c 66.15 6.38 6.00 1105.00 566.00 1108.00 542.00 2.04 2.04 58.00 35.44 0.93 867.15 4.50 192.70 rata2 6.00 1099.33 562.33 1101.00 2.04 2.46 2.041 17.04 25.64 33.54 876.47 5.00 183.56 3a 63.80 6.95 6.50 1094.00 564.00 1096.00 532.00 2.06 2.06 55.00 35.44 0.96 848.82 3.55 239.10 3b 64.80 6.95 6.50 1109.00 572.00 1110.00 538.00 2.06 2.06 53.00 35.44 0.93 792.39 6.63 119.52 3c 64.35 6.95 6.50 1088.00 547.00 1089.00 542.00 2.01 2.01 51.00 35.44 0.93 762.49 6.57 116.06 rata2 6.50 1097.00 561.00 1098.33 2.04 2.44 2.042 16.49 26.01 36.60 801.24 5.58 158.23 4a 64.30 7.53 7.00 1112.00 575.00 1114.00 539.00 2.06 2.06 59.00 35.44 0.93 882.10 5.30 166.43 4b 64.90 7.53 7.00 1094.00 553.00 1096.00 543.00 2.01 2.01 51.00 35.44 0.93 762.49 6.78 112.46 4c 65.00 7.53 7.00 1109.00 569.00 1111.00 542.00 2.05 2.05 56.00 35.44 0.93 837.25 5.81 144.10 rata2 7.00 1105.00 565.67 1107.00 2.04 2.43 2.041 15.99 26.42 39.49 827.28 5.96 141.00 kalibrasi Stabilitas koreksi setelah dikoreksi flow MQ IV-17

Stabilitas (kg) 4.5.3.1 Stabilitas Stabilitas 1400.00 1200.00 1000.00 800.00 600.00 400.00 200.00 0.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 Kadar Aspal (%) Gambar 4.1 Grafik hubungan kadar Aspal vs Stabilitas Stabilitas campuran dalam pengujian marshall ditunjukan dengan pembacaan nilai stabilitas yang dikoreksi dengan angka tebal benda uji. Stabilitas merupakan kemampuan lapis perkerasan untuk menahan deformasi akibat beban lalu lintas yang bekerja di atasnya, tanpa mengalami perubahan bentuk seperti gelombang dan alur. Nilai stabilitas dipengaruhi oleh gesekan antar butiran agregat (internal friction), penguncian antar butir agregat (interlooking) dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal (kohesi), disamping itu proses pemadatan, mutu agregat, dan kadar aspal juga berpengaruh. Besarnya stabilitas aspal beton tergantung dari kadar aspal,semakin besar kadar aspal maka semakin besar pula stabilitasnya hingga mencapai nilai optimum. Pada grafik 4.1 Hubungan kadar aspal dengan stabilitas terlihat mencapai optimum pada kadar aspal 5% selanjutnya mulai turun sampai dengan cenderung stabil pada kadar aspal 6%, 6.5%, 7%. IV-18

4.5.3.2 Kelelehan Kelelehan (mm) Kelelehan 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50 Kadar Aspal (%) Gambar 4.2 Grafik hubungan kadar Aspal vs Kelelehan Flow atau kelelehan menunjukkan besarnya penurunan atau deformasi yang terjadi pada lapis keras akibat menahan beban yang diterimanya. Penurunan atau deformasi yang terjadi erat kaitannya dengan nilai karakteristik Marshall lainnya, seperti VFB (Vold Filled Bitumen), VIM (Void In Mix) dan stabilitasnya. Nilai flow dipengaruhi antara lain oleh gradasi agregat, kadar aspal dan proses pemadatan yang meliputi suhu pemadatan dan energi pemadatan.. Pada grafik 4.2 hubungan kadar aspal dengan kelelehan terlihat mengalami peningkatan, semakin besar kadar aspal maka semakin besar pula kelelehannya. Dan nilai kelelehan tertinggi terdapat pada kadar aspal 7%. IV-19

Marshall Quotient (kg/mm) 4.5.3.3 Marshall Quotient (MQ) 300.00 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 Marshall Quotient 0.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50 Kadar Aspal (%) Gambar 4.3 Grafik hubungan kadar Aspal vs Marshall Quotient Nilai Marshall Quotient (MQ) merupakan hasil bagi antara stabilitas dengan kelelahan (flow) dan merupakan pendekatan terhadap tingkat kekakuan dan fleksibilitas campuran. Semakin besar nilai Marshall Quotient (QM) berarti campuran semakin kaku dan sebaliknya semakin kecil Marshall Quotient (QM) maka perkerasanya semakin lentur. Dari gambar 4.3 hubungan kadar aspal dengan Marshall Quotient (MQ) diketahui mengalami penurunan. Dan campuran beton aspal yang memiliki nilai Marshall Quotient (MQ) tertinggi yaitu kadar aspal 5% dengan nilai 274.44 kg/mm. IV-20

VIM (%) 4.5.3.4 Voids In Mix (VIM) 12.00 VIM 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50 Kadar Aspal (%) Gambar 4.4 Grafik hubungan kadar Aspal vs VIM VIM (Void In Mix) adalah banyaknya rongga dalam campuran yang dinyatakan dalam prosentase. Rongga udara yang terdapat dalam campuran diperlukan untuk tersedianya ruang gerak untuk unsur-unsur campuran sesuai dengan sifat elastisnya. Karena itu nilai VIM sangat menentukan karakteristik campuran. Nilai VIM (Void In Mix) dipengaruhi oleh gradasi agregat, kadar aspal dan density. Jika nilai VIM (Void In Mix) yang terlalu tinggi berkurangnya keawetan dari lapis keras karena rongga yang terlalu besar akan memudahkan masuknya air dan udara kedalam lapis perkerasan. Udara akan mengoksidasi aspal sehingga selimut aspal menjadi tipis dan kohesi aspal menjadi berkurang. Dari gambar 4.4 diatas diperoleh nilai VIM yang mengalami penurunan, semakin besar kadar aspal yang digunakan maka semakin menurun nilai VIM nya. IV-21

VMA (%) 4.5.3.5 Void In Mineral Agregate (VMA) VMA 20.80 20.60 20.40 20.20 20.00 19.80 19.60 19.40 19.20 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 Kadar Aspal (%) Gambar 4.5 Grafik hubungan kadar Aspal vs VMA VMA (Void In Mineral Aggregate) adalah rongga udara yang ada diantara mineral agregat di dalam campuran beraspal panas yang sudah didapatkan termasuk ruang yang terisi aspal. VMA dinyatakan dalam prosentase dari campuran beraspal panas. VMA digunakan sebagai ruang untuk menampung aspal dan volume rongga udara yang diperlukan dalam campuran beraspal panas, besarnya nilai VMA dipengaruhi oleh kadar aspal, gradasi bahan susun, jumlah tumbukan dan temperatur pemadatan. Dari gambar 4.5 diatas diketahui bahwa nilai VMA mengalami peningkatan, semakin besar kadar aspal maka semakin besar juga nilai VMA. IV-22

VFB (%) 4.5.3.6 Void Filled Bitumen (VFB) VFB 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50 Kadar Aspal (%) Gambar 4.6 Grafik hubungan kadar Aspal vs VFB VFB (Void Filled Bitumen), menyatakan prosestase rongga udara yang terisi aspal pada campuran yang telah mengalami pemadatan, Nilai VFB ini merupakan sifat kekedapan air dan udara, maupun sifat elastis campuran. Nilai VFB dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: energi, suhu pemadatan, jenis dan kadar aspal, serta gradasi agregatnya. Nilai VFB yang semakin besar berarti semakin banyaknya rongga udara yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap air dan udara akan semakin tinggi. Nilai VFB yang terlalu tinggi akan menyebabkan lapis perkerasan mudah mengalami bleeding atau naiknya aspal kepermukaan. Nilai VFB (Void Filled Bitumen) yang terlalu kecil akan menyebabkan kekedapan campuran terhadap air berkurang karena sedikit rongga yang terisi aspal. Dengan banyaknya rongga yang kosong, air dan udara akan mudah masuk kedalam lapis keras sehingga keawetan dari lapis keras akan berkurang. Dari gambar 4.6 diatas diketahui bahwa nilai VFB mengalami penigkatan, semakin besar kadar aspal maka semakin besar pula nilai VFB nya. IV-23

4.5.3.7 Analisa untuk mencari Kadar Aspal Optimum Tabel 4.26 Hasil Analisa untuk mencari Kadar Aspal Optimum Kadar aspal (%) Uraian Syarat 5 / X 6 / X 6.5 / X 7 / X VIM 3-5 9.63 X 8.22 X 7.71 X 7.25 X VFB >65 50.08 X 58.35 X 61.70 X 64.74 X VMA 75-85 19.30 X 19.73 X 20.13 X 20.57 X Stabilitas >800 1211.02 876.47 801.24 827.28 Flow >2 4.44 5.00 5.58 5.96 MQ 190-300 274.44 183.56 X 158.23 X 141.00 X Ket : =masuk, X=tidak masuk Gambar 4.7 Grafik Mencari Kadar aspal Optimum Dari grafik diatas maka diperoleh nilai kadar aspal optimum sebesar 5.5%, dimana kadar aspal optimum tersebut akan digunakan untuk uji perendaman selama 24 jam. IV-24

4.5.4 Uji Immersion (Perendaman) Tabel 4.27 Hasil Uji Immersion 24 Jam Berat Benda Uji Kadar Sampel Dalam Aspal Kering SSD Air VIM VMA VFB Stabilitas Flow MQ I 1120.50 563.00 1096.20 15.65 22.62 30.82 1062.63 7.90 134.51 5% II 1122.80 569.00 1100.00 15.13 22.14 31.68 1257.20 5.50 228.58 III 1130.40 571.00 1094.80 13.38 20.54 34.86 1200.45 6.60 181.89 rata-rata 1124.57 567.67 1097.00 14.72 21.77 32.45 1173.43 6.67 181.66 Dari tabel 4.27 hasil uji immersion selama 24 jam diketahui bahwa nilai stabilitas dan flow nya masih memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam pengujian ini. 4.5.5 Indeks Kekuatan Sisa (IKS) Dari hasil pengujian Marshall didapatkan indeks kekuatan sisa : Rumus untuk menentukan indeks kekuatan sisa : IKS = 1- Keterangan : IKS = Indeks Kekuatan Sisa (%), harus lebih besar dari 75% S1 = Stabilitas hasil rendaman 30 menit pada suhu 60 C (kg) S2 = Stabilitas hasil rendaman 24 jam pada suhu 60 C (kg) IV-25

Perhitungan : IKS = 1 - IKS = 96.90 Didapatkan hasil IKS sebesar 96.90%. Hasil ini sesuai dengan standar IKS yang disyaratkan yaitu > 75%. IV-26