Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN UMUM MANAJEMEN RISIKO

PT. PYRIDAM FARMA Tbk. MANAJEMEN RISIKO

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

Kebijakan Manajemen Risiko

LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI

2017, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT,

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN

PEDOMAN UMUM MANAJEMEN RISIKO PT PLN (PERSERO)

PEDOMAN UMUM MANAJEMEN RISIKO PT PLN (PERSERO)

Memadukan Balanced Scorecard (BSC) dan Enterprise Risk Management (ERM)

Internal Audit Charter

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,


BAB IV PEMBAHASAN. mananejemen risiko pengadaan proyek teknologi informasi yang ada di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Praktik manajemen risiko di BDI masih belum dilakukan dengan efektif,

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH DAERAH

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

Membangun Budaya Peduli Risiko

Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

COSO ERM (Enterprise Risk Management)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola perusahaannya secara lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

PT Asuransi Chubb Syariah Indonesia. Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Tahun 2016

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 191/PMK.09/2008 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN MENTERI KEUANGAN,

2017, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indo

PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Implementasi Manajemen Risiko dalam kerangka SPIP. Tri Wibowo, Msi, CA, CPMA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN .. /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER NOMOR: 170.K/DIR-HP/2014 TENTANG

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GLOBAL ADVOCACY PLATFORM

Peran Audit Internal : Risk Management Di Perguruan Tinggi. By: Faiz Zamzami, SE, M.Acc, QIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO

Bab II Tinjauan Pustaka

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 900/KEP.964-INSPT/2016

PRAKTEK PENILAIAN RISIKO

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PT Chubb General Insurance Indonesia. Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

KEWIRAUSAHAAN Manajemen Resiko Bisnis

Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

MANAJEMEN RISIKO. 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;

-2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keu

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

Manajemen Risiko Bagi Perusahaan Perasuransian. disampaikan dalam acara WORKSHOP Manajemen Risiko Perusahaan Perasuransian

Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

Manajemen Resiko Enterprise

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/ INSTANSI A. SEJARAH

Menimbang. Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA,

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI

BAB II LANDASAN TEORI. yang akan datang. Risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian,

PELATIHAN. Perancangan Anggaran Berbasis Risiko. Risk Based Budgeting

PIAGAM KOMITE MANAJEMEN RISIKO

I. PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA UMUM. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dari masing-masing pilar tersebut diuraikan sebagai berikut:

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

PEDOMAN DAN TATA KERJA DEWAN KOMISARIS

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No.1/M-MBU/2011 tanggal 1 November 2011, manajemen risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penerapan Good Corporate Governance. Pengelolaan risiko yang dilakukan dengan tepat dan optimal akan meningkatkan kepastian Perusahaan dalam mencapai sasaran, serta memberikan keyakinan bahwa Perusahaan dapat merealisasikan peluang bisnis yang ada dengan meminimalisir potensi risiko dan kerugian yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, manajemen memiliki komitmen untuk menerapkan manajemen risiko secara berkesinambungan di seluruh proses pengelolaan Perusahaan, anak usaha dan/atau afiliasi serta proyek. Manajemen berupaya untuk membangun lingkungan internal yang dapat mendukung terciptanya budaya risiko (risk culture) guna tercapainya tujuan Perusahaan serta peningkatan nilai tambah bagi pemangku kepentingan. Kebijakan Manajemen Risiko Perusahaan merupakan dasar bagi penyusunan pedoman/prosedur serta pengambilan keputusan yang terkait dengan pengelolaan risiko Perusahaan. Pengelolaan risiko Perusahaan didasarkan pada proses bisnis yang terdiri dari proses inti, proses penunjang, serta proses pengukuran, peningkatan dan perbaikan. II. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP KEBIJAKAN II.1.Tujuan Kebijakan Manajemen Risiko Perusahaan adalah : 1. Memberikan suatu kerangka kerja (framework) untuk memenuhi praktik manajemen risiko sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kerangka tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). 2. Mengembangkan dan mengawal implementasi rencana manajemen risiko untuk mencapai tujuan dan sasaran Perusahaan. 3. Mendorong penerapan manajemen risiko secara terus menerus (continuous improvement) serta meningkatkan nilai tambah kepada pemangku kepentingan. II.2. Ruang Lingkup Kebijakan Manajemen Risiko : 1. Kebijakan ini diterapkan pada seluruh proses pengelolaan Perusahaan (holding company), anak usaha dan/atau afiliasi dan proyek, serta seluruh unit kerja yang Hal : 1/17

mempunyai dan bertanggung jawab atas pengelolaan risiko serta pihak-pihak dan individu yang bekerja untuk dan/atau atas nama Perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dan sasaran Perusahaan. 2. Semua pihak dalam Perusahaan serta anak usaha dan/atau afiliasi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa seluruh risiko telah diidentifikasi dan dikelola dengan tepat sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan sehingga manajemen risiko dapat dilaksanakan, dikelola serta membudaya di seluruh tingkatan dalam Perusahaan. III. PENGERTIAN & ISTILAH 1. Anak Perusahaan adalah Anak Perusahaan dan Afiliasi, termasuk namun tidak terbatas pada Anak Perusahaan yang bergerak di bidang persemenan. 2. Budaya Risiko merupakan cara pandang Perusahaan untuk menyadari risiko pada seluruh aktivitas. 3. Black Swan Event adalah efek negatif dari peristiwa yang tidak terduga (yang sangat tidak mungkin terjadi) dengan dampak yang sangat katastropik bagi keberlangsungan perusahaan. 4. Blind Spot adalah potensi kegagalan untuk mengindentifikasi risiko-risiko yang ada dengan pendekatan dan teknik yang dimiliki atau risiko-risiko baru yang mungkin terjadi namun belum pernah dihadapi sebelumnya. 5. Dampak Risiko adalah konsekuensi yang ditimbulkan oleh adanya risiko. 6. Kebijakan Manajemen Risiko merupakan komitmen Perusahaan yang digunakan sebagai dasar penerapan manajemen risiko, mencakup Tujuan dan Ruang Lingkup Kebijakan, Pengertian Istilah, Prinsip Manajemen Risiko, Kerangka Kerja Manajemen Risiko, dan Proses Manajemen Risiko. 7. Kerangka Kerja Manajemen Risiko (Risk Management Framework) adalah kerangka yang mengintegrasikan seluruh proses manajemen risiko dalam tatakelola risiko perusahaan secara keseluruhan, strategi dan perencanaan manajemen risiko, proses pelaporan, prinsip-prinsip, dan budaya risiko. Hal : 2/17

8. Key Control Indicator (KCI) adalah faktor faktor yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengendalian (Internal Control) dalam mendukung pencapaian KPI. 9. Key Performance Indicator (KPI) adalah faktor faktor kunci yang mempengaruhi pencapaian dan kinerja Perusahaan. 10. Key Risk Indicator (KRI) adalah faktor faktor yang dapat digunakan untuk mengestimasi terjadinya peristiwa peristiwa yang dapat mempengaruhi pencapaian KPI, standar standar atau rencana mutu. 11. Manajemen Risiko adalah suatu proses dan aktivitas yang terpadu, terstruktur dan membudaya yang diarahkan untuk merealisasikan peluang potensial dan sekaligus mengelola dampak yang merugikan. 12. Manajemen Risiko Perusahaan adalah proses manajemen risiko yang diterapkan pada seluruh kegiatan, proses, dan prosedur yang digunakan di seluruh Unit Kerja Perusahaan serta pihak-pihak yang bekerja untuk dan atas nama Perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dan sasaran Perusahaan. 13. Panduan Penerapan Proses Manajemen Risiko merupakan penjabaran yang lebih lanjut dari Kebijakan Manajemen Risiko dan memberikan penjelasan yang lebih rinci atas proses pengelolaan risiko Perusahaan yang berisi struktur organisasi manajemen risiko, wewenang dan tanggung jawab serta proses manajemen risiko. 14. Perusahaan adalah 15. Prinsip Manajemen Risiko adalah kaidah atau norma dasar yang dianut Perusahaan dalam mengembangkan, menerapkan, mengelola dan mengevaluasi penerapan manajemen risiko. 16. Proses Manajemen Risiko adalah penerapan sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur dan praktik untuk melakukan komunikasi, penetapan konteks, identifikasi risiko, analisa risiko, evaluasi risiko, penanganan risiko, serta monitoring tinjauan atas penerapan manajemen risiko. 17. Risk Appetite adalah batasan tingkat risiko maksimal yang dapat diterima jika tujuan dan sasaran Perusahaan tidak tercapai. 18. Risk Attitude adalah pendekatan yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai risiko dan selanjutnya memutuskan apakah akan mengambil, mempertahankan, atau dan Hal : 3/17

menghindari risiko. Istilah ini digunakan secara bergantian dengan risk appetite. 19. Risiko adalah dampak/konsekuensi berupa deviasi dari yang diharapkan baik positif maupun negatif terhadap pencapaian sasaran yang diakibatkan oleh adanya ketidakpastian. 20. Risiko Korporat adalah risiko dengan tingkat risiko yang tinggi dan dapat mempengaruhi pencapaian sasaran Perusahaan. 21. Risiko Unit Kerja adalah risiko yang melekat pada setiap proses dan aktivitas yang dilakukan oleh setiap unit kerja termasuk proyek. 22. Risk Maturity Level adalah tingkat penerapan manajemen risiko Perusahaan. 23. Semen Indonesia Grup adalah dan Anak Perusahaan. 24. Sumber Risiko adalah sesuatu yang baik secara sendiri maupun bersama-sama berpotensi menimbulkan risiko. IV. PRINSIP MANAJEMEN RISIKO Kebijakan ini dijiwai oleh prinsip-prinsip manajemen risiko yang merupakan filosofi yang harus dipatuhi dalam penerapan manajemen risiko. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah bahwa manajemen risiko harus: 1. Diarahkan pada penciptaan dan perlindungan nilai: Manajemen Risiko harus memberikan kontribusi terhadap pencapaian sasaran-sasaran perusahaan melalui proses tinjauan dan pengembangan berkelanjutan terhadap proses dan sistem di dalam perusahaan. 2. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses bisnis perusahaan: Seluruh proses baik yang bersifat strategik maupun operasional memiliki elemen-elemen proses manajemen risiko di dalamnya. 3. Dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan: Manajemen Risiko memberikan informasi, opsi/alternatif, prioritas, dan tindakan yang paling tepat dalam proses pengambilan keputusan. 4. Secara eksplisit mengidentifikasi dan menangani berbagai ketidakpastian yang dihadapi perusahaan: Dengan mengidentifikasi berbagai potensi risiko, perusahaan dapat mengembangkan berbagai langkah pengendalian dan penanganan yang tepat Hal : 4/17

untuk mengawal keberhasilan dan mencegah kegagalan perusahaan mencapai sasaran-sasarannya. 5. Sistematis, terstruktur, dan tepat waktu: Proses manajemen risiko harus diterapkan secara konsisten di seluruh perusahaan agar efisiensi, konsistensi, dan keandalan hasilnya dapat diwujudkan. 6. Didasarkan pada informasi andal yang dapat diperoleh: Adalah penting untuk mempertimbangkan semua informasi relevan yang ada dan menyadari adanya kemungkinan keterbatasan informasi dan bagaimana pengaruhnya terhadap hasil dari proses manajemen risiko. 7. Disesuaikan dengan kondisi atau konteks internal dan eksternal perusahaan: Kerangka kerja manajemen risiko harus senantiasa ditinjau dan dimodifikasi kembali sesuai dinamika internal dan eksternal perusahaan. 8. Mempertimbangkan faktor manusia dan budaya: proses manajemen risiko perlu selalu mengkaji kontribusi/pengaruh dari faktor manusia dan budaya terhadap pencapaian sasaran-sasaran perusahaan. 9. Bersifat transparan dan inklusif: Manajemen Risiko perlu selalu dikomunikasikan dan dikonsultasikan dengan para pemangku kepentingan utama perusahaan baik internal maupun eksternal. 10. Dinamis, interaktif, dan responsif terhadap perubahan: Proses manajemen risiko perusahaan perlu bersifat fleksibel, mengidentifikasi risiko-risiko baru yang mungkin terjadi. 11. Memfasilitasi pengembangan berkelanjutan dan peningkatan kapabilitas perusahaan: Manajemen risiko mendorong pengembangan dan peningkatan kapabilitas perusahaan melalui proses asesmen terhadap keandalan pengendalian internal dan perbaikan yang perlu dilakukan. V. KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO Perusahaan menetapkan Kebijakan Manajemen Risiko sebagai komponen yang tak terpisahkan dari kebijakan Perusahaan di dalam Sistem Manajemen Perusahaan untuk memenuhi prinsip-prinsip tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Kebijakan Manajemen Risiko digunakan sebagai dasar dan acuan dalam penerapan dan Hal : 5/17

pengelolaan risiko, yang didasarkan pada kerangka kerja manajemen risiko menurut ISO 31000:2009 Risk Management Principles and Guidelines sebagai berikut: Komitmen dan Mandat Kebijakan MR Panduan Penerapan MR Strategi MR Pola Penerapan Berjenjang Rencana & Proses MR Assurance Plan Proses Strategis Komunikasi & Latihan Analisis Pemangku Kepentingan Analisis Kebutuhan Pelatihan Strategi Komunikasi Strategi Pelatihan Jejaring Penetapan Konteks Proses Strategis Pemantauan & Tinjauan Risk Assessment Identifikasi Risiko Analisis Risiko Evaluasi Risiko Komunikasi & Konsultasi Proses Strategis Penanganan Risiko Proses ManajemenRisiko Tinjauan & Pengembangan Jaminan Pengendalian Rencana Kemajuan MR Risk Maturity Assessment KPI dalam MR Benchmarking Tata Kelola Pelaporan Sistem Informasi Manajemen Risk Register &Rencana Tindak Lanjut, KRI & KCI, Assurance Plan, Reporting Template Proses Strategis Struktur & Akuntabilitas Risk sponsor/ Chief Risk Officer Corporate Risk Manager Risk Control Risk Manager Risk Coordinator Risk Officer Risk Owner *MR = Manajemen Risiko Gambar 1 Kerangka Manajemen Risiko Hal : 6/17

Penjelasan kerangka kerja di atas adalah bahwa manajemen risiko di perusahaan mencakup proses strategis dan proses taktis. Komponen-komponen pada proses strategis secara berurutan adalah sebagai berikut: 1. Komitmen dan Mandat; 2. Komunikasi dan Latihan; 3. Struktur dan Akuntabilitas; 4. Sistem Informasi Manajemen; 5. Tinjauan dan Pengembangan. Adapun komponen-komponen proses taktis manajemen risiko secara berurutan adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi dan Konsultasi; 2. Penetapan Konteks; 3. Asesmen Risiko: Identifikasi, Analisis, dan Evaluasi Risiko; 4. Penanganan Risiko; dan 5. Pemantauan dan Tinjauan. Penjelasan lebih terperinci untuk setiap komponen dijabarkan sebagai berikut: A. Komitmen dan Mandat Dalam rangka mewujudkan komitmen terhadap manajemen risiko, maka Perusahaan akan: 1. Menjadikan manajemen risiko sebagai bagian yang terintegrasi dan membudaya dalam praktik bisnis dan pengambilan keputusan Perusahaan sehingga secara berkesinambungan mampu mendukung tercapainya sasaran Perusahaan melalui pengelolaan risiko. 2. Melakukan monitoring secara aktif atas kondisi lingkungan internal dan eksternal Perusahaan dengan melakukan identifikasi dan analisis terhadap potensi risiko serta penanganannya sesuai dengan batas risiko yang dapat diterima Perusahaan (risk tolerance). 3. Melakukan konsultasi dan komunikasi secara proaktif dan efektif mengenai penerapan manajemen risiko yang dilakukan Perusahaan. Hal : 7/17

Strategi Penerapan Manajemen Risiko Strategi yang dilakukan Perusahaan untuk menerapkan manajemen risiko secara efektif adalah sebagai berikut : 1. Membentuk Unit Manajemen Risiko yang memantau penerapan manajemen risiko di dalam Perusahaan dan melaporkan secara langsung kepada manajemen Perusahaan. 2. Membangun sistem manajemen risiko yang handal dan terintegrasi untuk meminimalkan semua risiko yang mungkin timbul. 3. Menyusun Panduan Penerapan Proses Manajemen Risiko sebagai penjabaran lebih lanjut dari Kebijakan Manajemen Risiko yang memberikan penjelasan yang lebih rinci atas proses pengelolaan risiko mulai dari tahap komunikasi dan konsultasi hingga pemantauan dan tinjauan. 4. Melakukan sosialisasi manajemen risiko secara berkesinambungan agar tercipta budaya risiko bagi seluruh pegawai/karyawan. 5. Menetapkan Key Risk Indicator dan Key Control Indicator, sebagai dasar monitoring pengelolaan risiko atas pencapaian Key Performance Indicator. 6. Melakukan penyempurnaan terhadap prosedur seluruh proses bisnis dengan memperhatikan faktor risiko dan pengendalian internal sehingga dapat mengindari potensi risiko yang dapat merugikan Perusahaan. 7. Mengintegrasikan sistem manajemen risiko dengan sistem yang ada di Perusahaan. 8. Melakukan koordinasi dan melaporkan hasil evaluasi penerapan manajemen risiko secara berkala. 9. Mengantisipasi Black Swan Events dengan meningkatkan kelenturan (resiliensi) dalam menghadapi efek negatif dari peristiwa yang tidak terduga dengan dampak yang sangat katastropik bagi keberlangsungan perusahaan (black swan events). Perusahaan juga perlu memiliki kapabilitas dalam memanfaatkan efek positif dari peristiwa tersebut. Untuk itu, Perusahaan mengembangkan dan menerapkan kebijakan, strategi dan program manajemen keberlanjutan usaha (business continuity management) sebagai bagian yang tidak terpisah dari penerapan manajemen risiko perusahaan. Hal : 8/17

Pola Penerapan Berjenjang Penerapan dan pengelolaan risiko Perusahaan dilakukan pada: 1. Risiko Unit Kerja, yaitu pengelolaan risiko yang dilakukan pada setiap aktivitas yang dilakukan oleh setiap unit kerja termasuk proyek. 2. Risiko Korporat, yaitu pengelolaan risiko dengan tingkat risiko tinggi dan dapat mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran korporat. Penerapan dan pengelolaan risiko Perusahaan dilakukan dengan menggunakan pola pengelolaan risiko yang dilakukan melalui beberapa tahap berikut: a. Mengidentifikasi potensi risiko di unit kerja serta menyusunnya menjadi risiko tingkat Departemen. b. Mengelompokkan risiko Departemen menurut proses bisnis Perusahaan. c. Mengerucutkan risiko Departemen menjadi risiko Direktorat dengan menggunakan kriteria tertentu (untuk Tingkat Risiko TR 9, dan TR=5 yang nilai dampaknya 5) dan menggabungkan risiko sejenis. d. Mengerucutkan risiko Direktorat menjadi risiko korporat dengan merangking risiko berdasarkan Tingkat Risiko ( TR 12). Rencana dan Proses Manajemen Risiko Secara teratur sedikitnya setahun sekali, Pengurus Perusahaan (Direksi) melalui Chief Risk Officer (CRO) dan Corporate Risk Manager menyetujui dan memantau Rencana Kerja penyusunan risk register dan profil risiko untuk tahun berikutnya. Pelaksanaan rencana kerja tersebut diterapkan dalam proses manajemen risiko di unit-unit kerja dengan difasiitasi oleh risk manager dan/atau risk coordinator perusahaan. Assurance Plan Pelaksanaan Rencana Kerja dan penerapan proses manajemen risiko perlu dipantau dan ditinjau secara teratur sedikitnya setahun sekali oleh fungsi Internal Audit atau risk control perusahaan. Untuk itu, rencana pemantauan dan tinjauan (assurance plan) terhadap pelaksanaan Rencana Kerja dan penerapan proses manajemen risiko perlu disusun dan menjadi bagian integral proses audit oleh fungsi Internal Audit. Hal : 9/17

Risk Appetite / Risk Attitude Perusahaan menetapkan risk appetite sebagai acuan dalam menentukan opsi atau pilihan yang akan diambil dalam pengelolaan risiko dengan menetapkan batasan tingkat risiko maksimal yang dapat diterima jika tujuan dan sasaran Perusahaan tidak tercapai. Risk Appetite Perusahaan terdiri dari 3 hal, yaitu: 1. Kriteria risiko Diperlukan untuk melakukan pengukuran terhadap risiko-risiko yang telah teridentifikasi. Kriteria yang digunakan dalam pengukuran tingkat risiko merupakan kriteria untuk menentukan nilai kemungkinan (likelihood) dan dampak yang ditimbulkan (consequences). Adapun kriteria risiko yang digunakan Perusahaan adalah sebagaimana terdapat dalam Prosedur Penerapan Manajemen Risiko Perusahaan. 2. Tingkat risiko Merupakan hasil penilaian risiko yang dilakukan dengan menggunakan Kriteria Risiko yang telah ditetapkan Perusahaan. Nilai Tingkat Risiko diperoleh dengan mengalikan nilai kemungkinan (likelihood) dengan nilai dampak (consequence). Dengan diperolehnya nilai Tingkat Risiko maka akan diketahui risiko-risiko yang memerlukan perhatian dan penanganan risiko lebih lanjut. 3. Risk Tolerance Perusahaan menetapkan risk tolerance sebagai batas tingkat risiko maksimal yang dapat diterima jika tujuan dan sasaran Perusahaan tidak tercapai. Perusahaan menetapkan risk tolerance sebagai berikut: a. Risiko ditetapkan sebagai risiko yang membutuhkan penanganan risiko lebih lanjut di tingkat korporat yang mempunyai nilai Tingkat Risiko (TR) 12. Key Risk Indicators (KRI) dan Key Control Indicators (KCI) untuk risiko-risiko ini dikembangkan dan dipantau bersama unit kerja terkait. b. Risiko dengan nilai Tingkat Risiko (TR 9<TR<12), dan nilai TR=5 dengan nilai dampak (C) = 5 ditetapkan sebagai risiko yang membutuhkan penanganan risiko di tingkat Departemen. Key Risk Indicators (KRI) dan Key Control Indicators (KCI) untuk risiko-risiko ini dikembangkan dan dipantau bersama unit kerja terkait. Hal : 10/17

c. Risiko dengan nilai Tingkat Risiko (TR) 5<TR<9 dan tidak termasuk dalam risk tolerance yang ditetapkan pada poin (a) dan (b) dilakukan pemantauan atau monitoring secara berkala dengan dilakukan penanganan risiko (mitigasi) di tingkat unit kerja masing-masing. d. Risiko yang mempunyai nilai Tingkat Risiko (TR) <5 dilakukan pemantauan atau monitoring secara berkala dengan melakukan pengendalian internal di tingkat unit kerja masing-masing. B. Komunikasi Risiko dan Latihan Perusahaan mengkomunikasikan profil risiko secara periodik kepada pemangku kepentingan (internal dan eksternal) sesuai kebutuhan. Perusahaan menerapkan analisis pemangku kepentingan dan strategi komunikasi yang tepat untuk memastikan bahwa tidak ada pemangku kepentingan utama yang tertinggal atau sasaran komunikasi tidak tercapai. Pemanfaatan berbagai media/sarana komunikasi secara optimum dilakukan untuk membangun kesadaran, dukungan, dan kerjasama dari para pemangku kepentingan. C. Peran dan Tanggung Jawab Peran dan tanggungjawab terkait penerapan manajemen risiko Perusahaan adalah sebagai berikut: Gambar 2 Peran dan Penanggung Jawab Penerapan Manajemen Risiko Perusahaan Hal : 11/17

Peran, Tugas, dan Tanggung Jawab Penerapan Manajemen Risiko Peran, tugas dan tanggung jawab penerapan manajemen risiko sebagaimana tercermin dalam gambar di atas adalah: a. Risk Sponsor/Chief Risk Officer (CRO) : menetapkan kebijakan manajemen risiko; merumuskan, memelihara, dan meninjau penerapan manajemen risiko secara periodik; memberikan arahan stratejik secara efektif; melakukan management review terhadap penerapan manajemen risiko di Perusahaan; memastikan bahwa penerapan manajemen risko berjalan efektif; mengkomunikasikan dan melaporkan proses penerapan manajemen risiko kepada Dewan Komisaris. b. Corporate Risk Manager (Kadep HMR / Sekper) : mengkoordinasikan penetapan konteks risiko; meningkatkan kesadaran akan manfaat penerapan manajemen risiko; memfasilitasi kegiatan kegiatan penerapan manajemen risiko; mengintegrasikan penerapan manajemen risiko lintas fungsi; mengkoordinasikan pengelolaan risiko korporat dan risiko operasional yang berdampak signifikan bagi Perusahaan dengan risk owner; memverifikasi proses dan hasil penyusunan Key Risk Indicator dan Key Control Indicator; melakukan evaluasi penerapan Risk Maturity Level (RML) bersama Internal Audit (Risk Control/Audit); melaporkan dan mengkomunikasikan secara periodik penerapan manajemen risiko kepada Direksi; memberikan saran kepada Direksi dan Kepala Departemen yang melaksanakan manajemen risiko yang menjadi tanggung jawabnya; Hal : 12/17

memelihara dan memastikan manajemen risiko diterapkan secara konsisten dan efektif. c. Risk Control (Internal Audit/SPI/SKAI) melakukan evaluasi penerapan Risk Maturity Level (RML) bersama Corporate Risk Manager; memvalidasi proses dan hasil penyusunan Key Risk Indicator dan Key Control Indicator; melakukan pemantauan pengendalian internal (internal control) dan rencana penanganan risiko pada level unit kerja hingga korporasi; melakukan audit berbasis risiko dalam perencanaan dan pelaksanaan audit; melakukan Control Risk Self Assessment (CRSA) dan mengevaluasi penerapan pengendalian internal. d. Risk Manager (Unit Manajemen Risiko) memfasilitasi kegiatan-kegiatan penerapan manajemen risiko di unit kerja; melakukan monitoring atas penerapan proses manajemen risiko di unit kerja; sebagai counterpart dalam penerapan manajemen risiko; memfasilitasi proses dan hasil penyusunan Key Risk Indicator dan Key Control Indicator; mensosialisasikan penerapan manajemen risiko secara efektif; memfasilitasi pengembangan kompetensi Risk Officer, penanggung jawab langsung penerapan manajemen risiko dan Tim yang menangani manajemen risiko. meninjau dan mengusulkan penyempurnaan kerangka kerja dan proses manajemen risiko perusahaan. Hal : 13/17

e. Risk Coordinator (Ka Departemen) mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap penerapan manajemen risiko secara konsisten dan efektif di Departemen dan unit-unit kerja di bawahnya; memverifikasi proses dan hasil penyusunan Key Risk Indicator dan Key Control Indicator yang ada di departemen dan unit kerja jajarannya; menetapkan konteks risiko Departemen dan unit kerja jajarannya; mengkomunikasikan penerapan Manajemen Risiko kepada Corporate Risk Manager; melakukan pemantauan (monitoring) dan tinjauan (review) atas proses manajemen risiko di Departemen dan unit kerja jajarannya; memberikan saran dan usulan atas penanganan risiko yang lebih efektif. f. Risk Officer (Kepala Biro) mengkoordinir dan bertanggungjawab atas penerapan manajemen risiko secara efektif terhadap pencapaian sasaran dan tujuan Perusahaan di jajaran unit kerjanya; melakukan risk assessment yang meliputi identifikasi risiko, analisis risiko, dan evaluasi risiko; melakukan identifikasi Key Risk Indikator dan Key Control Indicator; melakukan penanganan terhadap risiko yang menjadi tanggung jawab di jajaran unit kerjanya; melakukan pemantauan (monitoring) dan tinjauan atas penerapan manajemen risiko serta melakukan analisis potensi terjadinya risiko baru; mengkomunikasikan penerapan manajemen risiko kepada Kepala Departemen; mendokumentasikan dan menjaga data pengelolaan risiko. Hal : 14/17

g. Risk Owner (Unit Kerja) menerapkan manajemen risiko secara efektif terhadap pencapaian sasaran dan tujuan Perusahaan di unit kerjanya; melakukan risk assessment yang meliputi identifikasi risiko, analisis risiko, dan evaluasi risiko. melakukan penanganan terhadap risiko yang menjadi tanggung jawab unit kerjanya; melakukan pemantauan (monitoring) dan tinjauan atas penerapan manajemen risiko serta melakukan analisis potensi terjadinya risiko baru; mengkomunikasikan hasil penerapan manajemen risiko kepada Risk Officer; mendokumentasikan dan mengelola informasi manajemen risiko. D. Sistem Informasi Manajemen Dalam rangka mewujudkan penerapan manajemen risiko secara terpadu/terintegrasi dengan proses bisnis perusahaan, maka sistem informasi manajemen harus mencakup sistem informasi terkait manajemen risiko, antara lain risk register, rencana tindak lanjut, KRI & KCI, assurance plan, risk management dashboard, dan laporan profil risiko. E. Tinjauan dan Pengembangan Berkesinambungan Sistem dan efektivitas manajemen risiko perusahaan harus secara teratur dan berkala ditinjau dan disempurnakan sesuai dengan dinamika dan kebutuhan Perusahaan. Langkahlangkah yang perlu dilakukan mencakup: control assurance, pemantauan perkembangan penerapan rencana manajemen risiko, evaluasi Risk Maturity Level, tinjauan atas KPI manajemen risiko, benchmarking, dan tatakelola pelaporan manajemen risiko. Hal : 15/17

VI. PROSES MANAJEMEN RISIKO Proses Manajemen Risiko Perusahaan berbasis pada ISO 31000:2009 Risk Management Principles and Guidelines terdiri dari tujuh tahapan, dan masing-masing tahapan terdiri dari beberapa kegiatan seperti terdapat dalam gambar berikut: Penetapan Konteks Pemantauan & Tinjauan Risk Assesment Identifikasi Risiko Analisis Risiko Evaluasi Risiko Komunikasi & Konsultasi Penanganan Risiko Gambar 3 Proses Manajemen Risiko 1. Tahap Komunikasi dan Konsultasi Proses yang dilakukan untuk merencanakan, mengkomunikasikan dan mengelola proses manajemen risiko yang sedang berjalan. 2. Tahap Penetapan Konteks Proses untuk mendefinisikan parameter dasar dalam pengelolaan risiko dengan memberikan pemahaman mengenai lingkungan internal & eksternal dalam penerapan manajemen risiko. 3. Tahap Identifikasi Risiko Proses sistematis untuk menjaring setiap risiko yang berpotensi menghambat atau mendukung pencapaian tujuan dan sasaran Perusahaan. Hal : 16/17

4. Tahap Analisis Risiko Proses penilaian risiko yang dilakukan untuk memastikan bahwa semua risiko telah dinilai kemungkinan (likelihood) dan konsekuensinya (consequence). 5. Tahap Evaluasi Risiko Proses yang dilakukan untuk membandingkan tingkat risiko dengan batas risiko yang dapat ditoleransi Perusahaan (risk tolerance) sehingga diketahui risiko risiko yang memerlukan penanganan lebih lanjut. 6. Tahap Penanganan Risiko Proses untuk menentukan opsi penanganan risiko yang paling tepat, efektif, efisien dan dapat diimplementasikan. 7. Tahap Pemantauan dan Tinjauan Risiko Proses yang digunakan untuk melakukan tinjauan atas pengelolaan risiko, evaluasi efektivitas penanganan risiko, dan pemantauan terhadap rencana penerapan manajemen risiko. VII. PENUTUP Agar Kebijakan Manajemen Risiko ini dapat dipahami oleh seluruh personil Perusahaan, maka Kebijakan Manajemen Risiko Perusahaan dikomunikasikan kepada seluruh pegawai/karyawan. Dengan ditetapkannya Kebijakan Manajemen Risiko ini, maka dapat dijadikan dasar bagi semua pihak untuk selalu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan berorientasi kepada pengelolaan risiko secara tepat dan optimal guna mencapai tujuan Perusahaan. Hal : 17/17