BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari pembahasan bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan:! Hasil survei pelanggan menyatakan bahwa sebagian besar responden menginginkan perbaikan pada sisi operasi, dalam hal ini termasuk kecepatan pelayanan bongkar muat. Terdapat kesenjangan antara tingkat pelayanan di TPK Koja dengan harapan pelanggan.! Dari data operasional tahun 2003 ditemukan: o Nilai BCH yang telah dicapai rata-rata telah di atas hook cycle teoritis dan di atas dari nilai sasaran mutu yang hanya 24 peti kemas/jam. o Nilai BSH belum mencapai sasaran mutu yang telah ditetapkan, yaitu 38. Hanya 5 shipping line yang mencapainya. o Nilai BOR 59,2% masih dapat ditingkatkan (secara teoritis bisa sampai 65-70%).! Meningkatkan nilai BCH dan BSH sekaligus tidak hanya dapat dengan menambah peralatan atau menaikkan kapasitas fisik terminal saja, tetapi meminimalkan waktu yang terbuang selama operasional bongkar muat adalah sangat penting.! Waktu operasional yang terbuang yang memiliki koefisien variasi relatif besar dan dimungkinkan untuk diperbaiki adalah yang disebabkan oleh cc trouble, cc
clash, boom up down, tunggu bayplan muat, tunggu muatan, tunggu head truck, dan non operating time.! Pengurangan waktu yang terbuang tersebut di atas menyebabkan turn round time menjadi lebih singkat, yang selanjutnya adalah menurunkan rasio penggunaan dermaga (BOR).! Penurunan BOR memberikan peluang peningkatan pendapatan bagi TPK Koja. Contoh, bila problem waktu-terbuang dikurangi dari 4,31 jam menjadi 2,64 jam, maka akan menurunkan BOR dari 59,2% menjadi 53,9%, dan menaikkan pendapatan dari US$ 62.937.000 menjadi US$ 70.203.000. Atau dengan kata lain, penurunan problem waktu 1,67 jam akan menurunkan nilai BOR sebesar 5,4% dan meningkatkan pendapatan sebesar US$ 7.266.000. Jumlah ini cukup signifikan dibandingkan penurunan problem waktu. 5.1.1 Pengurangan Waktu Terbuang Secara umum, pengurangan waktu terbuang dapat ditempuh dengan memperbaiki sistem operasi dan prosedur (SOP) dan membuat program aplikasi/database peralatan dan operator. Pada Lampiran 6 terdapat contoh perbaikan SOP untuk kegiatan bongkar. Pada perbaikan SOP tersebut ditambah dengan memperkirakan akibat dari masalah yang kemungkinan timbul terhadap kinerja bongkar (BCH dan BSH), lihat prosedur ke-3. Hal ini diharapkan pencapaian BCH dan BSH tidak menyimpang jauh dari perencanaan bila terjadi masalah. Secara lebih rinci, untuk mengurangi waktu yang terbuang, hal-hal berikut ini dapat dipertimbangkan.
! Pembuatan bayplan bongkar muat dapat merujuk pada database operator quay crane serta database kapal. o Database yang menyimpan data tingkat ketrampilan setiap operator quay crane dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk pembuatan bayplan bongkar muat. Sehingga kecepatan bongkar muat setiap quay crane dapat diperkirakan lebih akurat. Hal ini akan mengurangi waktu terbuang akibat dari cc clash dan juga mengurangi tingkat variasi waktu yang terbuang pada saat boom up/down o Database kapal yang lebih spesifik akan membantu pembuatan bayplan yang lebih sesuai dengan kondisi kapal.! Dalam penyusunan LOI: o Perlu diperhitungkan pengaturan dan jumlah head truck secara lebih tepat agar distribusi head truck merata. Hal ini juga akan mengurangi cc clash karena head truck yang mengantar peti kemas dari lapangan penumpukan ke quay crane dan sebaliknya datang tepat pada waktunya.! Sistem operasi dan prosedur khusus untuk penanganan shifting untuk quay crane perlu dibuat agar tidak terlalu banyak melakukan shifting.! Disiplin pengemudi head truck perlu ditingkatkan untuk: o Mengurangi RTG clash karena peti kemas diantar ke lokasi yang sudah ditentukan. Hal ini juga akan meningkatkan ketepatan lokasi peti kemas di lapangan penumpukan. o Meningkatkan kecepatan kerja dan tidak banyak melakukan kesalahan.
o Meniadakan keinginan pengemudi yang cenderung melayani proses bongkar.! Perlu dibuat sistem informasi kondisi dan ketersediaan peralatan secara terintegrasi dengan sistem operasi agar: o RTG trouble terkurangi. o Informasi kondisi quay crane lebih terdistribusi dan diketahui masalahnya secara lebih awal sehingga mengurangi cc trouble. o Kerusakan head truck saat beroperasi terkurangi. o Suku cadang dari peralatan yang dipakai (crane, RTG, dan head truck) selalu tersedia (dan pengadaannya tidak mengalami hambatan) karena terdapat antisipasi kerusakan, terutama untuk bagian dari peralatan yang sering mengalami masalah.! Bea Cukai: o Perlu koordinasi kerja operasional yang efektif dan efisien untuk mempersingkat pemeriksaan peti kemas dan pelayanan dokumen.! Penetapan closing time harus seminimal mungkin sampai batas yang mampu dikendalikan, sehingga cargo owner tidak terlambat mengirim peti kemas.! Untuk mempercepat proses persetujuan bayplan muat oleh chief kapal: o Perlu penyiapan SOP khusus untuk kapal yang tidak memiliki sistem pemeriksaan bayplan muat secara otomatis lewat file. o Bagian Perencanaan dan Pengendalian lebih meningkatkan komunikasi dengan chief kapal dan membuat batasan waktu untuk kesiapan bayplan muatnya.
! Operator quay crane: o Perlu meningkatkan kedisiplinannya agar mengikuti SOP yang ditetapkan. Hal ini akan membantu mengurangi cc trouble dan cc clash. o Perlu meningkatkan ketrampilannya, terutama untuk mereka yang kurang cepat mengoperasikan quay crane. Sehingga keseimbangan ketrampilan operator akan mengurangi cc clash. Peningkatan ketrampilan (dan kecepatan hook cycle) juga dapat ditempuh dengan memasang kamera (magic eye) pada spreader dari quay crane.! Bagian Teknik: o Perlu selalu disiplin agar quay crane dan peralatan lainnya terpelihara dengan baik. o Perlu membuat master plan peralatan untuk mengetahui umur pakai peralatan. 5.1.2 Langkah Perbaikan Problem Non Operating Time (NOT) Problem NOT dapat dikurangi dengan meningkatkan koordinasi dan perbaikan SOP atau instruksi kerja yang lebih efektif dan efisien pada bagian operasi terminal. SOP dan koordinasi yang lebih baik dapat menghindarkan keterlambatan pemberian perintah bongkar muat.
5.2 Saran! Banyak hal yang tidak tercatat pada data operasional yang sebenarnya mempengaruhi produktivitas dan kinerja TPK Koja. Seperti catatan kelambatan karena pergantian shift, waktu istirahat operator yang lebih lama daripada yang ditentukan, dan sebagainya, perlu dimasukkan dalam perhitungan kinerja bongkar muat. Waktu yang terbuang (idle time) pada sisi tersebut di atas bisa jadi lebih besar daripada idle time di bagian operasi bongkar muat lainnya.! Dari hasil penelitian ini, masih dapat diteruskan dengan penelitian lain sebagai kelanjutannya. Berikut topik penelitian yang dapat diteliti lebih lanjut oleh peneliti lain: o Penelitian di luar proses transfer cycle, seperti proses di lapangan penumpukan, gate, dan sebagainya. o Pemasangan magic eye pada spreader. Untuk itu TPK Koja dapat menerima penelitian mahasiswa Universitas Bina Nusantara, Jurusan Teknik Informatika. o Pengembangan aplikasi atau database kinerja operator quay crane, database kondisi peralatan, dan database kapal yang lebih spesifik, juga dapat dilaksanakan oleh mahasiswa S1 sebagai penelitian untuk skripsinya.