BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia mode pakaian di Indonesia beberapa dekade ini mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. rambut dan tata rias wajah yang mengusung gaya ketimuran khususnya tren

BAB I PENDAHULUAN. dan pengambilan keputusan pembelian tanpa rencana atau impulsive buying.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang modern memberi pengaruh terhadap perilaku membeli

BAB 1 PENDAHULUAN. macam kegiatan pemasaran yang tidak lepas dari perilaku konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para peritel untuk mendapatkan konsumen

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan strategi masing-masing dalam mendapatkan konsumen yang diharapkan akan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbelanja adalah sesuatu yang umum yang dilakukan oleh masyarakat.

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci utama dalam memenangkan persaingan. harus mengkaji sikap konsumen terhadap produk yang dihasilkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory

BAB VI PENUTUP. namun memiliki keuangan yang terbatas. Saat berbelanja di Boutique

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penentuan Pokok Bahasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta. Sebagai ibukota dari provinsi Jawa Timur, kota Surabaya juga

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bertahan dan memenangkan persaingan di dalam bisnis ritel. bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada banyak hal salah satunya pada dunia Fashion. Aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selaras dengan tuntutan dunia, hal-hal baru pun bermunculan dengan siap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas

Pada saat ini banyak sekali bermunculan pusat-pusat kebugaran yang. menawarkan berbagai produk maupun aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. manusia, salah satunya adalah adanya perkembangan teknologi internet. Internet

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. remaja sering mengalami kegoncangan dan emosinya menjadi tidak stabil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dewasa ini telah membawa pengaruh yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu sebagian besar manusia memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan dapat dibedakan menjadi Tiga bagian, yakni kebutuhan pimer, sekunder, dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi, baik kebutuhan yang bersifat jasmani maupun rohani. Kebutuhan adalah UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Fashion bukan hanya tentang pakaian namun mencakup peran dan makna pakaian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menginginkan lokasi belanja yang lebih bersih tertata dan rapi. Utami

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan dari budaya terhadap perilaku konsumen adalah, budaya digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. yang baik bagi konsumen. Terdapat banyak alternatif serta. mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan masyarakat berlomba-lomba mengikuti fashion tersebut. Karena jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia mode pakaian di Indonesia beberapa dekade ini mengalami peningkatan yang sangat pesat, bahkan menjadi sorotan publik karena dianggap sebagai ladang yang potensial untuk berbisnis. Mode pakaian kini sudah menjadi topik pembicaraan sehari-hari, apalagi tampil modis sepertinya sudah menjadi sebuah keharusan bagi sebagian orang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mode adalah ragam (cara, bentuk) terbaru pada suatu waktu tertentu, baik tentang pakaian, rambut, corak hiasan, dan sebagainya (www.kbbi.web.id). Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dimengerti bahwa sebuah mode pakaian yang digemari pada bulan ini akan dikatakan ketinggalan jaman pada beberapa bulan kemudian. Banyak individu di masyarakat, baik wanita maupun pria seolah-olah kecanduan akan mode pakaian terbaru. Mereka menganggap mode pakaian sebagai suatu kebutuhan yang bukan hanya sekedar berpakaian atau berpenampilan semata, tetapi juga dianggap sebagai cara untuk mengekspresikan individualitasnya karena mode pakaian yang dikenakan oleh individu tersebut mampu mencerminkan siapa si pengguna tersebut. Selain itu, individu yang berpenampilan modis secara tidak langsung menunjukkan bahwa dirinya sebagai individu yang memiliki gaya hidup modern dan selalu mengikuti tren yang ada.

Gaya hidup tersebut membantu individu menentukan sikap dan nilai-nilai serta menunjukkan status sosialnya. Berbicara mengenai mode pakaian biasanya identik dengan penampilan, dan juga wanita. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila para wanita terlihat seperti saling berlomba dengan cara yang inspiratif untuk dapat tampil lebih modis. Mereka menyerasikan mode pakaian dengan aksesoris pendukung seperti sepatu, tas, sendal, kalung, jam, gelang, dan lain sebagainya sesuai dengan tren mode terkini yang semakin hari semakin banyak pilihannya. Salah satu mode pakaian yang sedang diminati saat ini ialah mode pakaian ala korea. Tidak dapat dipungkiri bahwa akhir-akhir ini segala macam persoalan tentang Korea memang tengah mendunia, baik persoalan yang berkaitan dengan musiknya (boyband/girlband), filmnya, ataupun tren mode pakaian, dan tren make up-nya. Gaya ala Korea atau biasa disebut dengan Hallyu ini pada awalnya hanya berkembang di negaranya saja, tepatnya di Seoul. Namun seiring perkembangannya ke berbagai belahan dunia, Hallyu kini semakin banyak diminati, termasuk di Indonesia yang penyebarannya sendiri bermula di kota-kota besar di Indonesia, seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, dan kini hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila banyak sekali masyarakat Indonesia saat ini yang menggunakan mode pakaian ala Korea dalam segala aktivitasnya, karena mode pakaiannya yang simple, nyaman digunakan, elegan, keren, unik, dan tidak monoton, serta memiliki perpaduan warna yang cantik dan cerah sehingga akan membuat pemakainya terlihat lebih modis dan keren layaknya idola K-pop sehingga sangat cocok untuk menunjang 2

pergaulan. Bandar Lampung sebagai salah satu kota transit yang menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Sumatera tidak luput dari dampak adanya penyebaran Hallyu ini. Butik-butik dan pusat perbelanjaan, baik tradisional, moderen, maupun online pun banyak yang menyediakan pakaian dan aksesoris khas gaya Hallyu sehingga tidak mengherankan apabila kini minat konsumen dalam berbelanja semakin berkembang pesat. Pesatnya pertumbuhan mode pakaian ini tidak luput dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas belanja dari masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya jumlah pusat perbelanjaan, seperti department store, butik, atau toko, sehingga mereka berupaya dengan berbagai strateginya untuk dapat menarik konsumen agar berkunjung dan berbelanja ke pusat perbelanjaan mereka. Berbelanja merupakan aktivitas rutin dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat berbagai alasan seseorang tergerak untuk berbelanja, diantaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup, untuk mengisi waktu luang, untuk refreshing, atau sekedar untuk mengusir kejenuhan. Aktivitas berbelanja yang demikian ini adalah hal yang wajar. Namun aktivitas berbelanja akan menjadi hal yang tidak wajar ketika dilakukan secara berlebihan dan tanpa perencanaan sebelumnya. Pembelian yang dilakukan secara berlebihan tersebut disebut sebagai pembelian kompulsif. Solomon (2002, dalam Kurniawan dan Suparna, 2012 : 1687) mengungkapkan bahwa pembelian kompulsif adalah proses pembelian yang dilakukan oleh seseorang secara berlebihan dan sering atau dalam jangka waktu yang lama dan berulang yang diakibatkan oleh rasa ketagihan, tertekan, atau rasa bosan, serta 3

merupakan bagian dari pembelian impulsif. Seseorang yang cenderung melakukan pembelian kompulsif secara tiba-tiba tanpa direncanakan, dilakukan secara berulang-ulang, dan merasa ketagihan biasanya dilakukan untuk menghilangkan kekhawatiran diri, menghilangkan stress, dan untuk mendapatkan kepuasan sesaat, atau untuk menonjolkan karakteristik pribadinya karena aktivitas berbelanja kini bukan lagi sekedar untuk mendapatkan produk yang diinginkan atau dibutuhkan saja, tetapi juga menjadi suatu aktivitas yang dilakukan untuk memuaskan motif-motif sosial dan personal. Penelitian yang dilakukan oleh Dittmar dkk (2002, dalam Ergin, 2010: 334) menunjukkan bahwa perilaku pembelian kompulsif biasanya terjadi pada produk-produk yang bersifat consumer goods, seperti pakaian dan produk lainnya yang dapat menunjang penampilan seseorang. Selain itu, dalam penelitiannya ditemukan pula bahwa perilaku pembelian kompulsif ini rata-rata 90% dimiliki oleh konsumen wanita karena aktivitas berbelanja semacam ini sangat erat kaitannya dengan masalah emosional dan identitas seseorang yang lebih didominasi oleh konsumen wanita dari pada konsumen pria. Dan pembelian kompulsif ini cenderung melanda masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan yang notabene mayoritas masyarakatnya memiliki gaya hidup konsumtif (Diba, 2014: 314). Gaya hidup merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana seseorang memilih untuk menggunakan waktu, uang, dan energi dalam merefleksikan nilainilai, rasa, dan kesukaannya. Jadi gaya hidup ini menggambarkan bagaimana seseorang menjalankan konsep dirinya, bagaimana seseorang menggunakan uangnya, dan bagaimana seseorang itu mengalokasikan waktunya (Sumarwan, 4

2003: 56). Gaya hidup yang diinginkan oleh seseorang akan mempengaruhi perilaku pembelian yang ada di dalam dirinya sehingga lambat laun akan mempengaruhi bahkan mengubah gaya hidup seseorang tersebut. Jadi gaya hidup dapat menjadikan seseorang berperilaku kompulsif demi menunjang status sosial dirinya dalam lingkungannya. Bagian dari pola hidup yang kompulsif salah satunya adalah kontrol diri. Seperti yang diungkapkan oleh Kurniawan dan Suparna (2012 : 1686) bahwa salah satu faktor yang dapat menyebabkan seseorang berperilaku kompulsif adalah karena rendahnya kontrol diri sehingga kurang bijak dalam mempergunakan uangnya. Lemahnya kontrol diri ini membuat seseorang mudah tergiur dengan suatu objek (www.kompasiana.com). Perilaku kompulsif tidak hanya berdampak pada ekonomi saja, namun berdampak pula pada kehidupan sosial yang akhirnya menimbulkan persaingan dan kecemburuan sosial. Sikap inilah yang mendorong setiap kalangan tanpa memandang status ekonomi bersaing untuk menunjukkan harga dirinya. Seseorang yang memiliki kontrol diri yang rendah cenderung tidak mampu mengalihkan perhatiannya untuk memiliki produk baru (Hirschman, 1992 dalam Naomi dan Mayasari, 2009 : 1). Kontrol diri didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengendalikan dirinya dari tindakan yang impulsif dan hanya mengikuti emosi sesaat karena seseorang yang memiliki kontrol diri yang rendah sering mengalami kesulitan menentukan konsekuensi atas tindakan mereka sehingga kontrol diri perlu dimiliki seseorang ketika menghadapi situasi pembelian yang bersifat impulsif 5

maupun kompulsif (Gottfredson dan hirchi, 2013 dalam Shohibullana, 2014: 49 ; Naomi dan Mayasari, 2009 : 3). Penelitian yang dilakukan oleh Naomi dan Mayasari (2009) serta Utami dan Sumaryono (2008, dalam Kurniawan dan Suparna, 2012: 1688) menunjukkan bahwa individu dengan kontrol diri yang rendah akan menyebabkan individu tersebut sering melakukan pembelian kompulsif. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi kontrol diri seseorang, maka kemungkinan terjadinya pembelian kompulsif akan semakin rendah. Spector (dalam Santosa, 2012 : 8) menyatakan bahwa kontrol diri adalah variabel kognitif yang mewakili keyakinan umum individu pada kemampuannya untuk mengontrol penguatan positif serta negatif dalam kehidupannya. Oleh karena itu, orientasi kontrol diri merupakan ukuran bagaimana seseorang memandang hubungan antara pengaruh internal dalam dirinya ataupun kekuatan eksternal disekitarnya tergantung pada tindakan dan hasil dari perbuatan yang dilakukannya apakah tindakannya tersebut dapat dikendalikan ataupun tidak. Dapat dikatakan bahwa dengan adanya kontrol diri pada seseorang dapat meminimalisir resiko dan dapat menjadi penentu nasib seseorang yang diterima kedepannya. Dalam penelitian ini, kontrol diri digunakan sebagai variabel moderating karena penentu nasib seseorang bergantung pada pengendalian dirinya yang berdasarkan pada pendapat Indriantoro (dalam Santosa, 2012 : 9) yang menyatakan bahwa kontrol diri merupakan salah satu variabel moderasi yang dapat digunakan untuk penelitian di Indonesia. Dengan adanya kontrol diri akan dapat mengurangi aktivitas konsumtif atas kepemilikan suatu barang dan dapat membedakan antara kebutuhan atau sekedar hanya keinginan terhadap konsumsi barang tersebut (Santosa, 2012 : 13). Menurut Rotter (dalam Santosa, 2012 : 13), cara pandang seseorang terhadap 6

suatu peristiwa apakah ia dapat atau tidak dapat mengendalikan persitiwa yang terjadi padanya. Adanya kontrol diri berperan untuk mengendalikan seseorang ketika berbelanja secara kompulsif. Simpur Center sebagai salah satu pusat perbelanjaan pertama dan terbesar di Kota Bandar Lampung berdiri sejak tahun 2005, tepatnya terletak di Jl. Raden Intan No. 32 Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung, yang menggunakan konsep ONE STOP SHOPPING karena terdapat berbagai macam fasilitas komersial yang menyenangkan, seperti Department Store, Area Parkir, Gerai Makan, dan franchise-franchise yang cukup lengkap guna untuk memenuhi kebutuhan warga Bandar Lampung dan Sekitarnya (www.simpurcenter.com). Simpur Center memiliki 3 pintu masuk utama, yakni pintu masuk yang berada di Jl. Raden Intan, Jl. Brigjen Katamso, dan Jl. Suprapto dengan 4 lantai, dan 1 Ground Floor. Pada tingkat Ground Floor di isi oleh beragam toko Handphone & Electronics. Pada lantai 1 diisi oleh beragam toko aksesoris, toko sepatu, toko tas, dan Kid Fun. Sementara lantai 2 diisi oleh Chandra Supermarket & Department Store. Kemudian lantai 3 dan lantai 4 terdapat Area Parkir dan Area Gerai Makan (www.simpurcenter.com). Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan penulis, Simpur Center menyediakan produk-produk mode pakaian yang mengusung mode pakaian ala korea yang elegan, keren, dan menarik. Selain itu, produk pakaiannya pun selalu up to date tiap bulannya sehingga konsumen dapat dengan mudah mengaktualisasikan dirinya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Gaya Hidup Terhadap 7

Perilaku Pembelian Kompulsif Dengan Kontrol Diri Sebagai Pemoderasi (Studi Pada Konsumen Pakaian di Simpur Center Bandar Lampung). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalahnya ialah : 1. Apakah gaya hidup berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif? 2. Apakah gaya hidup berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif yang dimoderasi oleh kontrol diri? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya hidup terhadap perilaku pembelian kompulsif. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya hidup terhadap perilaku pembelian kompulsif yang dimoderasi oleh kontrol diri. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini ialah : 1. Secara Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori perilaku konsumen, dan referensi bagi pengembangan 8

penelitian di kemudian hari, serta dapat menambah wawasan sehingga dapat melatih kemampuan analisis dan berfikir secara sistematis dan konseptual. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan upaya membangun hubungan yang baik dengan konsumen. 9