BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sudah terjadi di seluruh bangsa tak terkecuali indonesia. Faktor pendukung

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN GAYA HIDUP KONSUMTIF SMA BHINNEKA KARYA 2 BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ketahui untuk mencapai pengelolaan keuangan yang benar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Mahasiswa. di Perguruan Tinggi (Kamus Bahasa Indonesia Online, kbbi.web.id).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. harapkan. Bangsa Indonesia mengharapkan kehidupan yang lebih baik dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pasar, produsen semakin lebih kreatif terhadap jasa dan produk yang ditawarkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah merambah cepat ke seluruh pelosok dunia, tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selaras dengan tuntutan dunia, hal-hal baru pun bermunculan dengan siap

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada banyak hal salah satunya pada dunia Fashion. Aspek

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan termasuk

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekaligus merugikan bagi semua orang. Akibat globalisasi tersebut diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang

BAB I PENDAHULUAN. besarnya tingkat konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan penambahan dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BABI PENDAHULUAN. Seperti yang telah diketahui bahwa rnenjelang abad ke 20, negara

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik telah

BAB I PENDAHULUAN. dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini,

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

I. PENDAHULUAN. itu dibagi menjadi dua macam. Pertama, kebutuhan primer, yaitu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kaum hawa. Bahkan kebanyakan dari mereka merasa bangga dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gaya hidup menurut Kotler (2002) adalah pola hidup seseorang di dunia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang semakin besar menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. dan terkait dengan tren yang sedang berlaku. Masyarakat sudah menyadari

ini menjadi tantangan bagi perusahaan karena persaingan semakin ketat dan Persaingan antar produsen ini juga terjadi di Indonesia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang tengah berkembang dengan pesat pada zaman ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa diseluruh bagian dunia melalui perjalanan investasi, perdagangan, serta budaya populer yang menjadikan batas Negara menjadi sempit. Hal inilah yang menjadikan Negara-negara maju dan berkembang berlomba-lomba menjadikan negara mereka lebih baik dalam bidang ekonomi dan kesejahteraan bangsanya. Globalilasi menimbulkan banyak dampak, baik dalam segi positif maupun negatif, terutama pada Negara berkembang seperti indonesia. Dampak positif dari globalisasi antara lain : berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, serta meningkatkan taraf kehidupan menjadi lebih baik. Sedangkan dampak negatif antara lain : gaya hidup yang mulai bergeser dari budaya asli, dan pola hidup konsumtif. Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh yang tidak hidup dalam masyarakat modern. Pada perkembangannya, gaya hidup saat ini tidak lagi merupakan persoalan di kalangan tertentu. Gaya hidup menurut Assel (dalam Novita, 2015) adalah pola kehidupan sehari-hari yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas, minat dan opini. Pada era modernisasi gaya hidup menjadi suatu yang penting yang harus dilakukan dan diikuti oleh semua orang. Gaya hidup menjadikan seseorang memperhatikan lingkungan sekitar jika hal tersebut berkaitan dengan dunia fashion, tren masa kini dan budaya-budaya modern apa yang sedang banyak disukai.

Salah satu bentuk gaya hidup yang banyak dilakukan oleh individu ialah gaya hidup konsumtif, yaitu kehidupan individu yang lebih menyukai dan mengutamakan kesenangan semata. Gaya hidup konsumtif diartikan sebagai pemakaian (pembelian) atau pengonsumsian barang-barang yang sifatnya karena tuntutan gengsi semata dan bukan menurut tuntutan kebutuhan yang dipentingkan (Barry, 1994). Sedangkan menurut Subandy (1997) gaya hidup konsumtif merupakan pola hidup untuk mengkonsumsi secara berlebihan barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan untuk mencapai kepuasan maksimal. Dalam arti luas konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah. Kebiasaan dan gaya hidup masyarakat cepat sekali berubah, kini masyarakat cenderung memiliki pola hidup yang selalu mengikuti arus perkembangan jaman. Gaya hidup yang dijalani cenderung mengarah pada kebiasaan hidup glamour, senang menghamburkan uang, dan hanya menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Gaya hidup konsumtif inilah telah menjadi identitas individu maupun kelompok tidak terkecuali indonesia. Dengan adanya teknologi, masyarakat indonesia mudah mengakses barang maupun produk yang ingin dibeli (Zulkaida, 2015). Gaya hidup konsumtif sering dilakukan oleh kalangan remaja, karena remaja saat membeli barang tidak memikirkan efek dan konsekuensi yang timbul ketika mereka mengambil keputusan untuk membeli barang. Konsumerisme merupakan aktivitas sosial untuk diri sendiri (memutuskan membeli atau tidak) atau sebagai kompetisi pada teman anggota masyarakat (sebagai simbol status, gengsi dan image manusia modern tidak ketinggalan zaman). Remaja mengenal gaya hidup modern atau modis dilihat dari cara membeli barang bermerek yang harganya mahal (Wahyudi, 2013).

Berikut ini adalah kutipan yang diambil dari sebuah jurnal yangmendukung pernyataan diatas : Kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial bagi produsen. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, gaya hidup remaja biasanya meniru teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Lewat gaya hidup, seorang remaja juga dapat menunjukkan status sosialnya di tengah-tengah masyarakat (wagner, 2009). Gaya hidup konsumtif dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang menjalankannya, tergantung pada bagaimana orang tersebut menjalaninya, gaya hidup konsumtif sering disalahgunakan oleh sebagian besar remaja, apalagi para remaja yang berada dalam kota Metropolitan. Maka individu yang dikatakan gaya hidup konsumtif harus tampil menarik, harus memakai pakaian yang baru dan bermerk, membeli produk untuk menjaga gengsi, membeli barang-barang mahal agar terlihat tampil menarik, membeli produk-produk yang lagi tren agar dipandang hebat. Coleman (dalam Nugrahani, 2003) membuktikan dalam penelitiannya bahwa kecenderungan gaya hidup remaja mengarah pada gaya hidup dapat dilihat dari dominannya budaya anak muda yang senang pesta, bermobil, punya banyak teman yang senang hura-hura dan sebagainya. Orang yang dianggap keren ketika mampu memanfaatkan waktu luangnya dengan menghabiskan uang jutaan rupiah untuk liburan keluar kota ataupun keluar negeri. Ketika gaya hidup diekspresikan dengan cita rasa dan nilai material. Menurut Amstrong, (dalam Zulkaida 2015) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan individu seperti kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif ada 2 faktoryaitu faktor internal (sikap, pengalaman, pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif dan persepsi), sedangkan faktor ekternal (kelompok referensi, keluarga, kelas sosial dan kebudayaan).

Salah satu faktor yang memepengaruhi gaya hidup konsumtif adalah konsep diri karena konsep diri berhubungan dengan image merek, cara seseorang memandang dirinya sendiri untuk menetukan minat terhadap produk (Amstrong dalam Sandy, 2013). Hurlock (2010) mengatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai. Sedangkan secara umum Agustiani (2009) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya. Setiap individu memiliki konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif merupakan individu memandang dirinya menyenangkan terhadap dirinya sendiri, sedangkan konsep diri negatif adalah individu yang melihat dirinya gagal, tidak mampu dan mempunyai pandangan buruk terhadap dirinya (Mufidah, dalam Zulkaida 2016). Beragam informasi yang masuk, akan menjadi pilihan bagi remaja dalam menyikapi berubahan nilai-nilai budaya yang sesuai dengan konsep dirinya. Remaja akan menilai dan mempertimbangkan informasi yang masuk dari luar apakah sesuai dengan kepribadiannya atau tidak, termasuk bagaimana remaja dalam menyikapi persoalan gaya hidup yang terdapat di dalam masyarakat modern saat ini yang akan datang. Sementara itu,remaja dengan konsep diri negatif akan bersikap meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup, pesimistik terhadap kehidupandan kesempatan yang dihadapinya. Mahasiswa, yang merupakan peralihan individu dari fase remaja, tentunya tidak terlepas dari karakteristik individu yang mudah terbujuk oleh hal-hal yang menyenangkan dan suka ikut-ikutan teman, menjadi pelaku utama gaya hidup konsumtif. Tidak jarang dari mahasiswa yang menyatakan bahwa pola hidup konsumtif sudah melekat dalam kehidupan

sehari-harinya. Mahasiswa melakukan hal tersebut demi menjaga penampilan mereka sehingga dapat menjadi percaya diri (Taufik, dalam Achmad 2012). Mahasiswa dipandang sebagai individu yang terpelajar mengalami pematangan dalam berfikir, berpenampilan menarik, rapi dan sopan satun. Pandangan inilah yang akhirnya membuat mahasiswa untuk mengondsikan diri selalu tampil menarik, elegan dan rapi (Purnomo, 2011). Hal ini sering diartikan oleh mahasiswa bahwa untuk tampil menarik harus memakai pakaian yang baru dan bermerk, membeli produk untuk menjaga gengsi, membeli barang-barang mahal agar terlihat tampil menarik, membeli produk agar dipandang hebat, dan membeli barang mahal agar terlihat lebih hebat. Hal inilah yang akhirnya membuat mahasiswa memiliki gaya hidup konsumtif untuk memenuhi tuntutan gaya hidupnya. Karakteristik mahasiswa secara umum yaitu stabilitas dalam kepribadian yang mulai meningkat, karena berkurangnya gejolak-gejolak yang ada didalam perasaan. Mereka cenderung memantapkan dan berpikir dengan matang terhadap sesuatu yang akan diraihnya, sehingga mereka memiliki pandangan yang realistik tentang diri sendiri dan lingkungannya. Selain itu, para mahasiswa akan cenderung lebih dekat dengan teman sebaya untuk saling bertukar pikiran dan saling memberikan dukungan, karena dapat kita ketahui bahwa sebagian besar mahasiswa berada jauh dari orang tua maupun keluarga. Sedangkan karakteristik mahasiswa yang mengikuti perkembangan jaman modern adalah mereka memiliki rasa ingin tahu terhadap kemajuan gaya hidup, seperti pakaian yang sedang tren, teknologi yang semakin canggih dan tempat-tempat nongkrong yang lagi tren. Mereka pasti akan mengikutinya karena mereka sangat mudah terpengaruh dengan apa yang sering marak pada saat itu. Fenomena gaya hidup konsumtif tampak merambah dikalangan remaja, menginginkan agar gaya berpenampilan, gaya tingkah laku, dan cara bersikap akan menarik

perhatian orang lain, terutama kelompok teman sebaya. Hal tersebut dikarenakan remaja ingin diakui oleh lingkungan sekitar. Seperti wawancara yang saya kutip dari salah satu mahasiswi politeknik sebagai berikut : Biasanya aku itu suka membeli barang-barang yang bermerk, yang lagi trend, jalan-jalan ketempat yang lagi hits, liburan keluar kota atau keluar negeri sama teman-teman, dan yang penting itu kalau aku belanja selalu memperhatikan harganya, yang harganya diatas rata-rata Rp. 500.000,- gitu sih... (wawancara, 12 November 2016). Menurut Dariyo (2004) individu yang memiliki konsep diri yang baik akan memiliki kemampuan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosial dengan baik. Dapat dikatakan bahwa penerimaan atau penolakan terhadap suatu informasi yang masuk tergantung daripada konsep diri yang dimiliki oleh remaja tersebut. Mahasiswi yang berorientasi pada gaya hidup konsumtif, diduga belum memiliki konsep diri dengan baik. Individu yang memiliki konsep diri dengan baik memiliki kemampuan baik dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya. Berdasarkan uraian diatas penelitian ini menyimpulkan, bahwa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN GAYA HIDUP KONSUMTIF PADA MAHASISWI MANAJEMEN POLITEKNIK UNGGUL LP3M MEDAN. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diketahui bahwa remaja memiliki rasa ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Remaja merasa malu dan gengsi jika tidak membeli barang bermerek, karena mereka akan dikucilkan temanya. Hal ini menunjukkan pola hidup konsumtif adalah pada saat ini, semua kemajuan berpusat pada

dunia barat, mulai dari teknologi, mode pakaian, permainan, sampai tempat makan. Sehingga tercipta sebuah tren dan gaya hidup perkotaan. Mahasiswa, yang merupakan peralihan individu dari fase remaja, tentunya tidak terlepas dari karakteristik individu yang mudah terbujuk oleh hal-hal yang menyenangkan, membeli barang yang up to date, membeli teknologi yang mahal dan tren, memakai pakaian yang mewah dan suka ikut-ikutan teman, menjadi pelaku utama gaya hidup konsumtif. Tidak jarang dari mahasiswa yang menyatakan bahwa pola hidup konsumtif sudah melekat dalam kehidupan sehari-harinya. Mahasiswa melakukan hal tersebut demi menjaga penampilan mereka sehingga dapat menjadi percaya diri (Taufik, dalam Achmad 2012). Gaya hidup konsumtif dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang menjalankannya, tergantung pada bagaimana orang tersebut menjalaninya, gaya hidup konsumtif sering disalahgunakan oleh sebagian besar remaja, apalagi para remaja yang berada dalam kota Metropolitan. Salah satu faktor yang memepengaruhi gaya hidup konsumtif adalah konsep diri karena konsep diri berhubungan dengan image merek, cara seseorang memandang dirinya sendiri untuk menetukan minat trehadap produk (Amstrong dalam Sandy, 2013). Menurut Dariyo (2004) individu yang memiliki konsep diriyang baik akan memiliki kemampuan dalam penyesuaian diridengan lingkungan sosial denganbaik. Dapat dikatakan bahwa penerimaan atau penolakan terhadap suatu informasi yang masuk tergantung daripada konsep diri yang dimiliki oleh remaja tersebut. Remaja yang berorientasi pada gaya hidup konsumtif, diduga belum memiliki konsep diri dengan baik. Individu yang memiliki konsep diri dengan baik memiliki kemampuan baik dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk menjawab permasalahan diatas. Untuk itu peneliti melakukan penelitian dengan judul Hubungan Konsep Diri dengan Gaya Hidup Konsumtif pada Mahasiswi Manajemen Politeknik Unggul LP3M Medan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, dapat dirumuskan masalah penelitian adalah untuk melihat apakah ada, hubungan konsep diri dengan gaya hidup konsumtif pada mahasiswi manajemen politeknik unggul lp3m medan? D. Batasan Masalah Pada penelitian yang membahas mengenai hubungan konsep diri dengan gaya hidup konsumtif pada mahasiswi manajemen politeknik unggul lp3m medan, peneliti membatasi masalahnya dengan menjelaskan tentang konsep diri dan gaya hidup konsumtif pada mahasiswa politeknik unggul lp3m medan. Gaya hidup konsumtif menurut Sumartono (dalam Achamd, 2012) merupakan suatu tindakan menggunakan suatu produk secara tidak tuntas. Artinya belum habis suatu produk dipakai, seseorang telah menggunakan produk lain dengan fungsi yang sama. Hal ini tentunya akan menghabiskan pengeluaran individu lebih banyak. Hurlock (2010) mengatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai.

E. Tujuan Masalah Dalam sebuah penelitian baik penelitian yang bersifat ilmiah maupun penelitian yang bersifat sosial pasti di maksdukan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Pada penelitian ini yang ingin dicapai oleh peneliti adalah ingin mengetahui hubungan konsep diri dengan gaya hidup konsumtif pada mahasiswi manajemen politeknik unggul lp3m medan. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan psikologi khususnya psikologi perkembangan, serta dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para pembaca mengenai gaya hidup pada remaja serta diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi para pembaca agar lebih bersikap positif terhadap gaya hidupnya.